Sukses

Kisah Kereta Kencana Cirebon yang Menginspirasi Mobil Eropa

Salah satu teknologi yang diterapkan pada kereta kencana Cirebon yang masih dipakai hingga kini adalah pelapis cat pada kereta.

Liputan6.com, Cirebon - Kereta Singa Barong merupakan kereta kencana milik kerajaan yang kini tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat. Berdasarkan buku bertajuk Paguyuban Seni dan Budaya Wijaya Kusuma Keraton Kasepuhan Cirebon, kereta itu didesain berdasarkan penglihatan adik Sultan Cirebon II, Pangeran Losari.

Saat itu, ia melihat sesosok makhluk terbang melintasi angkasa dengan sepasang sayap yang indah. Makhluk tersebut berbadan singa, berkepala naga dengan belalai menyerupai gajah yang menggenggam sebilah trisula. Itulah sosok makhluk prabangsa (purba).

Desain itu kemudian diwujudkan oleh arsitek Ki Natagana atau Ki Gede Kaliwulu dalam bentuk Kereta Singa Barong pada tahun Jawa 1571 Saka (1649 Masehi) dengan sengkalan (kode) tahun Saka: Iku Pandhita Buta Rupane (Itu Pendeta Raksasa Wujudnya).

Kereta itu disebut-sebut memiliki teknologi cukup canggih pada masanya, bahkan ada yang terpakai hingga kini. Kereta Singa Barong memiliki warna yang sempurna karena dilapisi serbuk intan emas yang merupakan cikal bakal di teknologi modern dinamakan metalik.

Kereta tersebut juga memiliki suspensi sempurna yang dapat meredam guncangan kereta saat melalui jalanan berbatu atau rusak. Sistem power steering persis seperti mobil saat ini, sehingga membuat kendaraan nyaman saat digunakan. Didukung dengan desain roda yang diciptakan sesuai dengan suspensi yang dimiliki kereta, kereta dapat bergerak secara stabil.

Roda kereta didesain untuk menghadapi kondisi jalan becek, sehingga posisi roda dibuat menonjol dari jari-jarinya agar terhindar dari cipratan air saat melaju. Kereta ini memiliki kemudi yang menggunakan sistem hidrolik, sehingga mudah dikemudikan oleh sais.

Kedua sayap yang dimiliki oleh kereta ini dapat bergerak, seperti kepakan saat kereta berjalan. Pada masa kesultanan dulu, Singa Barong dijadikan kendaraan dinas Sultan untuk berkunjung ke wilayah pemerintahannya hingga ke pelosok daerah.

Kereta ini ditarik oleh empat ekor kerbau bule, yang diyakini memiliki kekuatan lebih dibanding jenis kerbau biasanya. Saat ini, kereta Singa Barong sudah tidak lagi digunakan dan disimpan di dalam Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.

 

2 dari 2 halaman

Akulturasi Budaya

Dengan teknologi yang ada pada kereta Singa Barong, konon semua mobil canggih buatan Eropa mengadopsi teknologi yang ada di Kereta Singa Barong. Berdasarkan sejarah, Kereta Singa Barong juga merupakan akulturasi beragam suku bangsa seperti India, Arab, dan China.

Hal itu tercermin dalam bentuk kereta kuno tersebut menyerupai tiga binatang yang digabung menjadi satu, yakni gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga, dan bertubuh burak.

Belalai gajah merupakan tanda persahabatan dengan India yang berbudaya Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan China dengan kultur Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang mayoritas beragama Islam.

Dengan keistimewaan filosofi itu, seorang pengusaha batik di Cirebon mengadopsinya menjadi motif batik untuk tren 2018. Pengelola outlet batik Sisikmelik Kota Cirebon, Adi Kurniawan bahkan sempat meriset dulu sebelum membuatkan motif batik.

"Kita juga sebelumnya berdiskusi di internal bersama teman-teman Metland Hotel dan akhirnya memutuskan untuk mengangkat tematik Singa Barong pada tahun 2018," ujar dia.

Dalam proses menentukan motif batik baru yang akan diangkat, Adi juga rajin berinteraksi dengan para seniman maupun pengusaha batik lain yang ada di Cirebon. Dia juga berencana menggelar berbagai event untuk mengangkat motif baru batik Cirebon 2018.

"Motif ini (Singa Barong) memiliki akulturasi budaya yang sangat tinggi," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: