Sukses

Emak-Emak di Bangkalan Keluhkan Lonjakan Harga Beras dan Tepung

Harga beras naik rata-rata Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram. Kenaikan ini dikeluhkan para emak-emak di Bangkalan.

Liputan6.com, Bangkalan - Di awal tahun baru 2018, kalangan ibu rumah tangga di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, mengeluhkan harga beras naik. Lonjakan harga itu memberatkan mereka karena kenaikan berkisar antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram.

"Kalau beras mahal, terasa betul, karena kebutuhan sehari-hari," ucap Halimah, warga Kecamatan Socah, Kamis, 4 Januari 2018.

Kata Halimah, ada dua jenis beras beredar di pasaran. Harga beras naik tajam. Pertama, beras bermerek produksi pabrik, seperti Lima Jaya, Lele, Dua Delima, Terompet, dan Shifa. Kedua, beras petani atau beras yang ditanam petani, digiling sendiri, dan dijual berasnya.

Contohnya, kata Halimah, beras premium merek Lima Jaya yang sepekan lalu masih di harga Rp 12 ribu. Namun, setelah tahun baru, naik menjadi Rp 13 ribu per kilogram.

Begitu pula beras petani. Biasanya di kisaran Rp 7.000 hingga Rp 7.500 per kilogram, saat ini harga beras naik dan termurahnya Rp 9.000 per kilogram.

"Itu pun kualitasnya enggak bagus, rada kotor, enggak bening," ujar dia. 

2 dari 3 halaman

Pemicu Kenaikan Harga

Rohmah, pedagang beras di Kecamatan Socah, membenarkan keluhan Halimah. Menurut dia, harga beras naik lantaran harga kulakan juga naik.

"Harga beras naik sejak dua hari sebelum tahun baru," kata dia.

Anehnya, imbuh dia, dalam dua hari terakhir harga beras naik dua kali. Dia mencontohkan, saat kulakan beras merek Shifa pada Selasa lalu, harganya Rp 280 ribu per sak ukuran 25 kilogram.

Esok harinya, saat kulakan beras di tempat yang sama, harganya naik menjadi Rp 282 ribu per sak.

Rohmah mengaku dirinya tak kulakan beras merek lain sejak harga naik. Dia hanya kulakan beras merek Shifa yang harganya paling murah dibanding merek lain. Misalnya, merek Lele dan Lima Jaya yang harga per saknya di atas Rp 300 ribu.

"Kalau harga Rp 300 ribu mau diecer berapa, kalau mahal enggak ada yang beli, pelanggan pasti beli yang paling murah," dia mengungkapkan.

3 dari 3 halaman

Awal Musim Tanam

Soal penyebab kenaikan harga, Rohmah memastikan, bukan karena stok langka. Dia menduga salah satunya karena saat ini baru memasuki awal musim tanam padi periode pertama.

"Di tempat saya kulakan, banyak beras," kata dia.

Selain beras, harga tepung juga naik per 1 Januari 2018. Kenaikan rata-rata Rp 300 per kilogram, seperti tepung kemasan buatan PT Wilmar Nabati Indonesia (WNI).

Riski Salim, Sales Area Madura PT WNI menuturkan, tepung terigu merek Mila misalnya naik dari Rp 6.600 menjadi Rp 6.900 per kilogram. Merek Sania Green dari Rp 6.500 menjadi Rp 6.800, juga tepung merek Tulit, naik dari Rp 5.500 menjadi Rp 5.800 per kilogram.

Namun, dia tak tahu penyebab kenaikan. "Mungkin karena harga bahan baku naik," katanya.

Selain tepung, PT Wilmar juga memproduksi beras dan minyak goreng seperti merek Fortune dan Sovia. Namun, menurut Riski, harga beras dan minyak goreng tidak naik, masih sama dengan tahun 2017.

Saksikan video pilihan di bawah ini: