Liputan6.com, Palembang - Pihak kepolisian Sumatera Selatan (Sumsel) masih terus menguak kasus tenggelamnya Kapal Cepat Awet Muda di Perairan Tanjung Serai Bagan 13 Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) pada Rabu, 3 Januari 2018.
Namun ada beberapa kejanggalan yang terjadi saat kapal cepat ini mengalami kecelakaan lalu lintas (lakalantas) yang menewaskan 13 orang penumpangnya.
Menurut Toto Mulyono, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Sumsel, penemuan belasan korban kapal cepat yang tenggelam memang berada di kawasan yang dikenal warga sekitar sebagai wilayah rawan kecelakaan.
Advertisement
Baca Juga
"Dari laporan salah satu warga di kawasan perairan tersebut, Tempat Kejadian Peristiwa (TKP) tenggelamnya Kapal Cepat Awet Muda selalu terjadi kecelakaan lalu lintas (lakalantas) kapal,” ujarnya kepada Liputan6.com, Sabtu, 6 Januari 2018.
Lakalantas Kapal Cepat Awet Muda ini bukan kali pertama terjadi di Perairan Tanjung Serai Bagan 13 Kabupaten Banyuasin. Bahkan, kecelakaan kapal selalu terjadi setiap tahunnya di lokasi tersebut.
Sebelum melakukan evakuasi para korban, tim Basarnas Sumsel memetakan terlebih dahulu lokasi TKP.
Lokasi kecelakaan ternyata masih berada di perairain Sungai Banyuasin, dengan kedalaman sungai yang rendah.
TKP sendiri masih berada di ambang dalam perairan sungai. Sekitar 40 mill lagi baru memasuki kawasan ambang luar yang ombaknya dipengaruhi oleh arus lautan.
“Jika di dekat ambang luar, bisa jadi itu karena pengaruh ombak lautan yang menghantam kapal. Tapi TKP berada di bagian dalam sungai, masih jauh dari ambang lautan. Ombak besar biasanya hanya terbentuk saat kapal besar melewati kawasan tersebut,” ungkapnya.
Namun saat kejadian, tidak ada kapal besar yang melewati TKP saat lakalantas Kapal Cepat Awet Muda terjadi. Hanya ada kapal cepat sejenis speedboat Awet Muda yang melewati kawasan tersebut.
Sarang Buaya Bakau
Basarnas Sumsel juga mendapat informasi dari para nelayan di sekitar bahwa di TKP lakalantas tersebut sangat dekat dengan sarang buaya Hutan Bakau Kabupaten Banyuasin.
Buaya Hutan Bakau sering melintas di kawasan tersebut untuk mencari makan atau berpindah tempat. Para nelayan sekitar sering melihat beberapa ekor buaya tersebut.
Pihak Basarnas Sumsel langsung melakukan evakuasi agar menghindari tubuh para korban menjadi santapan buaya di kawasan tersebut.
Setelah kejadian, tim Basarnas Sumsel tidak melihat satu ekorpun buaya yang melintas di TKP. Para nelayan juga tidak melihat buaya saat pencarian para korban Kapal Cepat Awet Muda dilakukan.
"Saya turun langsung di hari kedua evakuasi dan beruntungnya tidak terlihat ada buaya yang berada di TKP. Para korban juga tidak ada yang dimakan buaya. Jika diserang buaya, pasti tubuh korban dibawanya ke daratan," ungkapnya.
Namun saat tubuh belasan korban ditemukan, beberapa panca inderanya sudah tidak lengkap lagi, seperti mata, hidung dan telinga. Kondisi wajah korban sudah sulit diidentifikasi, karena sudah berbentuk tengkorak.
"Kemungkinan panca indera para korban sudah dimakan oleh binatang air lainnya, seperti ikan. Karena tiga panca indera tersebut memang lebih lembut dan mudah terlepas jika sudah dua hari terendam di air," ungkapnya.
Karena sudah lama hanyut di Perairan Banyuasin, tubuh korban sudah mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Namun kondisinya masih lebih baik dibandingkan jika sudah terendam selama 1 minggu lebih.
Anggota tubuh lainnya juga masih utuh, sehingga tidak ada kendala bagi tim Basarnas Sumsel saat melakukan evakuasi.
"Karena baru dua hari tubuh korban masih kokoh. Kalau sudah satu minggu lebih, biasanya kulit korban mudah mengelupas jika dipegang. Kulitnya bisa juga lengket di tangan kita, butuh alat evakuasi khusus," ujarnya.
Advertisement
Terhalang Akar Hutan
Tidak mudah bagi tim SAR Sumsel untuk menemukan belasan korban yang tenggelam.
Selain terombang-ambing di perairan dengan ombak yang cukup tinggi. Lokasi kecelakaan juga berada di kawasan Hutan Bakau dengan akar hutan yang menyangkut.
Ranting dan dedaunan Hutan Bakau juga menyulitkan tim SAR untuk melakukan pencarian, terlebih perairan di Hutan Bakau sering pasang surut.
"Untungnya tidak ada korban yang terseret ke dalam Hutan Bakau. Sepuluh orang korban ditemukan di tempat kecelakaan," katanya.
Sedangkan satu orang korban terakhir berinisial FA (6), ditemukan di ambang luar Perairan Banyuasin.
Tubuh korban mengambang menuju ke Pelabuhan Tanjung Api-Api (TAA) Kabupaten Banyuasin Sumsel.
FA ditemukan pada Jumat (5/1/2018) dan menjadi penutup evakuasi, karena seluruh korban sudah ditemukan.
Tim Basarnas Sumsel juga dibantu oleh pemilik speedboat lainnya dan nelayan sekitar dalam pencarian korban.
"Kita sudah memberitahu para nelayan dan pemilik speedboat, jika mendapatkan ada korban baik dalam keadaan hidup atau meninggal dunia, segera dilaporkan ke posko kita di dekat TKP," ujarnya.