Liputan6.com, Jambi - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi kembali melakukan operasi pasar di sejumlah titik di daerah itu. Hal ini dilakukan karena dari hasil pemantauan Tim Satgas Pangan, memasuki awal tahun 2018 harga beras di Jambi terpantau mahal dan pasokannya mulai menipis.
Mahalnya harga beras juga diakui sejumlah pedagang beras di Jambi. Kenaikan harga ini terjadi pada beras kelas medium.
"Harganya sudah di atas Rp 10 ribu per kilogram," ujar Budi, salah seorang pedagang beras di Kota Jambi saat dihubungi, Selasa, 9 Januari 2018.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Budi, mulai akhir tahun 2017 hingga awal 2018 ini, pasokan beras di Jambi memang sedikit berkurang. Terutama, di sejumlah distributor. Kondisi ini menyebabkan kenaikan harga beras di pasaran.
"Mungkin karena kondisi liburan dan transportasi," ucapnya.
Firasti (50), salah seorang warga Bagan Pete, Kota Jambi juga mengeluhkan naiknya harga beras dibanding biasanya. Beras kelas medium yang biasa dibelinya sudah naik lebih dari Rp 1.500 per kilogram.
"Biasanya saya beli eceran harga per kilogram tidak lebih dari Rp 10 ribu. Ini kemarin saya beli ada yang Rp 11 ribu per kilogram," dia mengeluhkan.
Melihat kondisi itu, Firasti berharap harga beras bisa kembali stabil, sehingga tidak terlalu membebani pengeluaran biaya rumah tangga keluarganya.
"Kondisi sekarang harus pintar mengatur keuangan keluarga. Karena kondisi harga sembako bisa berubah sewaktu-waktu, tidak menentu," dia menambahkan.
Upaya Menjaga Harga Beras Stabil
Menipisnya pasokan yang menyebabkan kenaikan harga beras di Jambi juga diakui Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi, M Dianto. Kondisi itu terpantau dari hasil Tim Satgas Pangan Provinsi Jambi selama akhir tahun 2017 hingga memasuki awal 2018 ini.
Untuk menjamin kestabilan harga serta ketersediaan beras, Pemprov Jambi pada Selasa (9/1/2018) hari ini melepas 60 ton beras ke pasaran. Ini merupakan bagian ke dua operasi pasar yang sudah digelar sejak akhir 2017 lalu.
Puluhan ton beras tersebut dilepas dari gudang beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) Jambi di kawasan Pasir Putih, Kota Jambi.
"Untuk menjaga kestabilan harga beras, kita jual Rp 9.450 per kilogram atau di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 9.950 per kilogram. Jadi ada selisih Rp 500," ujar M Dianto menjelaskan.
Dianto juga mengakui, selain mulai kekurangan pasokan, harga beras kelas premium di tingkat pasaran sudah dijual melebih HET, yakni sekitar Rp 10 ribu lebih per kilogram.
Puluhan ton beras itu selanjutnya akan dilepas kepada tiga distributor Bulog dengan kemasan karung 50 kilogram. Oleh pihak distributor, beras itu akan kembali dikemas menjadi kemasan 20 kilogram atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat di pasaran.
"Ini akan kami pantau terus agar harga beras tidak dimainkan. Operasi pasar juga akan digelar secara rutin apabila kondisi harga tidak stabil," imbuh M Dianto.
Direktur Produk Ekspor dan Hasil Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, Prahastuti usai mengikuti pelepasan beras murah di Jambi mengatakan, Menteri Perdagangan sudah mengintruksikan agar seluruh stafnya mengawal dan memonitor operasi pasar yang dilakukan Bulog dan pemerintah provinsi di berbagai daerah di Indonesia.
"Setelah ini kita akan tinjau ke pasar untuk mengetahui bagaimana model operasi pasar ini," ujar Prahastuti.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement