Sukses

Demi Misi Rahasia, 6 Warga Lokal Nekat Daki Gunung Agung

Pimpinan rombongan pendaki ditemukan lemas oleh relawan yang berupaya mengevakuasinya. Ia beralasan lemas karena belum makan.

Selat - Status Awas Gunung Agung tak menghentikan langkah enam orang warga Bali mendaki gunung tertinggi di Pulau Dewata itu pada Selasa, 9 Januari 2018. Mereka turun gunung keesokan harinya, Rabu, 10 Januari 2018.

Rombongan pendaki itu adalah I Made Suarjana (40), asal Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang; Kadek Agus Setiawan (33), Pemecutan Kaja, Denpasar Utara; Sabran (47), asli  Bima, namun tinggal di Bangli.

Ada juga Sunarmi (42), asal Pasuruan Jawa Timur, ikut bersama anaknya Tomi Azdi Marta (20). Satu lagi pendaki Gunung Agung yang merupakan pimpinan rombongan adalah Morgan Made Suarta alias Kanjeng Prabu Wiranega.

Pria itu mengajak rekan-rekannya mendaki dengan alasan misi spiritual.  Ia mengaku mendapat pawisik sebelum naik ke puncak.

"Tujuan saya naik gunung untuk mendak. Ada misi spiritual yang tidak bisa diceritakan," ujar pria asal Legian, Kuta, Badung, itu ditemui di Mapolsek Selat.

Pria berusia 55 tahun itu mengaku sudah tahu aktivitas gunung tertinggi di Bali itu masih dalam status Awas, dan direkomendasikan untuk tidak didaki."Tapi saya punya keyakinan lain, tidak akan terjadi apa-apa," ucapnya.

Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.

 

2 dari 3 halaman

Tersesat Saat Turun

Rombongan tersebut naik ke puncak lewat jalur Pura Pasar Agung Sebudi, Selasa, 9 Januari 2018, sekitar pukul 11.00 Wita. Sebelum mendaki, mereka terlebih dulu sembahyang di Pura Pasar Agung.

Dari enam orang itu, hanya empat orang sampai naik ke puncak. Dua orang lainnya, Sunarmi dan anaknya Tomi, hanya sampai pertengahan. Tomi tak kuat melanjutkan perjalanan sehingga ditemani ibunya sampai di tengah jalan.

Tomi yang sebenarnya sebatas sopir mengantar rombongan itu memilih menunggu sedikit lebih di atas Pura Pasar Agung. Tiba di puncak, rombongan yang dipimpin Morgan itu menggelar ritual dengan sarana banten pejati.

Mereka berada di puncak sekitar 30 menit. Sempat mengabadikan momen di atas gunung."Di sana saya lihat bersih, tidak ada apa-apa," kata Morgan yang mengaku kelelahan karena kekurangan bekal makanan.

Saat turun gunung rombongan itu sempat tersesat, lantaran hari sudah mulai gelap, tidak menemukan jalan. Menghindari tersesat lebih jauh, mereka memilih menginap di tengah perjalanan hingga keesokan harinya.

Rombongan pendaki tersebut ketahuan mendaki Gunung Gunung setelah relawan Pasemetonan Jagaya (Pasebaya) Gunung Agung melihat ada sinar lampu di atas gunung terus bergerak sekitar pukul 20.00 Wita.

"Saya sudah curiga pasti ada nekat mendaki. Makanya kami tungguin di Pura Pasar Agung," ujar Ketua Pasebaya, I Gede Pawana.

3 dari 3 halaman

Sulitnya Proses Evakuasi

Evakuasi terhadap keenamnya cukup sulit. Malam itu, tim sempat mengecek dan menemukan sebuah mobil Toyota Avanza warna silver, yang diduga dibawa pendaki di portal dekat Embung Yeh Kori. Selain itu juga ditemukan sebuah motor Vario di parkiran Pura Pasar Agung.

Baru sekitar pukul 09.00 Wita, salah satu relawan Pasebaya Wayan Mudi yang naik dari lereng Pasar Agung berhasil menemukan keenam pendaki tersebut.

Mereka sedang beristirahat karena kelelahan. Keenamnya juga sudah sempat mendaki ke Puncak Gunung Agung. Bahkan, pimpinan pendaki, Kanjeng Prabu Wiranegara alias Morgan Made Suparta asal Kuta dalam kondisi lemas.

Relawan lain menyusul. Setelah bersusah payah sekitar dua jam, akhirnya tim relawan Pasebaya, Basarnas, Polsek Selat, dan Koramil Selat berhasil mengevakuasi.

Sekitar pukul 11.00 Wita, mereka berhasil dibawa turun ke parkiran Pura Pasar Agung. Kemudian mereka dijemput ambulans dan langsung diajak ke Polsek Selat.

Pawana mengimbau masyarakat mematuhi imbauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang sudah menetapkan radius perkiraan bahaya erupsi Gunung Agung. 

Saksikan video pilihan berikut ini: