Liputan6.com, Ponorogo - Suweg atau umbi bunga bangkai biasanya diolah hanya dengan dikukus. Namun tidak di tangan ketiga siswi SMAN 3 Ponorogo ini. Mereka mengolah suweg menjadi biskuit. Siapa yang menyangka, suweg yang murah dan mudah didapat ini bisa menjadi camilan yang bergizi dan bernilai jual.
Hanik An Nur Maria, Elwigia Irma Rosantriani, dan Andiarini Mega Pertiwi mampu mengolah suweg hingga menemukan komposisi yang tepat. Pasalnya, jika salah mengolah bahan makanan ini maka akan menyebabkan rasa gatal usai memakannya.
Hasil kreasi ketiga siswa kelas XI SMAN 3 Ponorogo ini mendapatkan apresiasi dengan menjadi juara pertama dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat karesidenan Madiun yang digelar oleh Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun.
Advertisement
Baca Juga
Ketua kelompok, Hanik An Nur Maria menerangkan olahan suweg tidak hanya berupa biskuit, tetapi juga bisa menjadi bubur dan kroket. Ada cara khusus agar umbi bunga bangkai ini tidak menyebabkan gatal ketika memakannya.
"Sebelum diolah suweg dikupas, dicuci, dan direndam dengan air garam minimal satu hari satu malam," tuturnya kepada Liputan6.com, Kamis, beberapa waktu lalu.
Â
Cara Mengolah Suweg
Setelah itu, dipotong kecil-kecil, dicuci bersih kemudian dijemur dibawah terik matahari langsung selama sehari penuh. Lalu dihaluskan hingga menjadi tepung.
Hanik sapaannya, menerangkan cara pembuatan biskuit yakni tepung suweg ditambah dengan tepung terigu, mentega, gula, dan telur dengan takaran tepung suweg 200 gram, tepung terigu 75 gram. Usai adonan tercampur rata, kemudian dicetak dan dioven selama 15 menit.
Sedangkan, untuk pembuatan bubur, tepung suweg dicampur tepung beras dan diberi sedikit demi sedikit air hingga berbentuk bubur.
Sementara, untuk pembuatan kroket, tepung suweg 300 gram dicampur dengan kentang 100 gram. Tepung suweg ini juga memberikan tekstur pada kroket. "Hasilnya bisa jadi 20 biji kroket," ucapnya.
Olahan suweg yang beragam mulai dari biskuit, bubur, dan kroket ini diberi nama 'Biuret'. Suweg dipilih karena selain mudah didapat, harganya pun terjangkau. "Selain itu, tepung suweg lebih awet," katanya.
Guru Pembimbing, Siti Nur Wahidah mengaku bangga dengan prestasi yang ditorehkan anak didiknya. Diharapkan dengan munculnya berbagai inovasi makanan bisa menjadi alternatif kuliner Tanah Air.
"Supaya tidak bergantung beras saja, masyarakat harus diperkenalkan dengan diversifikasi makanan contohnya suweg ini," Siti menandaskan.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement