Sukses

Jelang Panen Raya, Impor Beras Cemaskan Petani Banyumas

Pemerintah membuka keran impor beras. Padahal, pada Februari dan Maret 2018, Banyumas sudah memasuki puncak panen raya.

Liputan6.com, Banyumas - Sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, memasuki panen perdana masa tanam pertama (MT 1) 2018. Lantaran masih berupa spot atau bersifat kewilayahan, harga gabah masih tinggi.

Sejumlah wilayah yang memasuki masa panen adalah Jatilawang, Ajibarang, dan beberapa wilayah di Kecamatan Pekuncen.

Harga yang tinggi itu pun disambut baik oleh para petani. Musababnya, hasil panen mereka dibeli dengan harga tinggi oleh tengkulak. Ini kenikmatan yang amat jarang dirasakan oleh petani.

"Sudah mulai panen, di Kecamatan Jatilawang sudah ada, di Ajibarang juga sudah ada, tapi sedikit," ucap Fahrurrozi, selaku Ketua Gapoktan Ngudi Mulya, Senin (15/1/2018).

Di lain sisi, panen perdana itu pun belum mampu menurunkan harga beras medium yang kini mencapai Rp 14 ribu per kilogram di tingkat pengecer lokal. Harga itu jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 9.500 per kilogram.

Fahrur juga menyayangkan pemerintah yang membuka keran impor beras. Pasalnya, wilayah Banyumas dan sekitarnya pada Februari dan Maret 2018 mendatang sudah memasuki puncak panen raya.

Impor beras disebut menyebabkan harga turun drastis. Padahal, panen raya pun pasti akan disusul dengan penurunan harga gabah dan beras yang beras.

"Jangan impor beras. Sebentar lagi petani panen raya. Gabah banyak. Nanti akan turun sendiri," dia menegaskan.

2 dari 3 halaman

Panen Dimulai, Harga Beras Pasti Turun

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Widarso, mengatakan petani di sejumlah wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mulai panen pada Musim Tanam Pertama (MT 1) 2018 ini.

Namun, lantaran masih dalam skala kecil dan jumlah panen terbatas, harga gabah di tingkat petani masih tinggi. Harga gabah kering panen (HKP) saat ini masih Rp 5.000 per kilogram.

Adapun harga gabah kering giling (GKG) seharga Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram. Sebab itu panen spot atau kewilayahan ini belum berpengaruh terhadap harga beras.

"Kemarin ada panen perdana. Kalau spot-spot itu kemungkinan belum berpengaruh secara langsung," ucap Widarso, saat dihubungi Liputan6.com.

Panen raya di Banyumas baru akan dimulai pada Februari mendatang dan mencapai puncaknya antara pertengahan Februari hingga Maret 2018. Saat itu, harga gabah dan beras diperkirakan akan turun.

Panen raya Banyumas diperkirakan juga akan bersamaan dengan panen raya di daerah-daerah lain seluruh Jawa dan sebagian Indonesia.

"Mungkin nanti dua minggu lagi kita akan panen raya di semua wilayah, akan sangat berpengaruh terhadap penurunan harga," dia menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Harga Gabah Tinggi Untungkan Petani

Dia pun mengakui harga beras dan gabah yang tinggi ini menguntungkan petani. Harga gabah yang tinggi ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kalau dari sisi petani, sebenarnya kita senang-senang saja karena sudah ada yang panen. Karena harga gabah tinggi," ujarnya.

Meski mahal, Widarso menjamin ketersediaan beras di pasar lokal Banyumas mencukupi hingga musim panen raya. Tak terjadi kelangkaan beras seperti yang dikhawatirkan.

Harga beras kualitas medium jenis IR 64 di Banyumas mencapai Rp 13 ribu–Rp 14 ribu per kilogram. Dalam kondisi normal, harga beras berkisar Rp 8.500 per kilogram. Adapun harga eceran tertinggi beras medium adalah Rp 9.450 per kilogram.

Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub-Divre 4 Banyumas pun rutin menggelar operasi pasar di 31 pasar tradisional empat kabupaten yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga.

Beras medium dijual dengan harga Rp 8.000 ke pedagang dan Rp 8.500 ke konsumen langsung. Pedagang dapat menjual beras ke konsumen dengan syarat tidak melampaui HET.

Saksikan video pilihan di bawah ini: