Sukses

Puluhan Sapi di Cianjur Mati Mendadak, Terserang Virus Apa?

Total kerugian akibat 22 ekor sapi mati mendadak di Cianjur tersebut Rp 130 juta.

Liputan6.com, Cianjur - Dua puluh dua sapi milik Dinas Ketahanan Pangan Peternakan Provinsi Jawa Barat di Kecamatan Gekbrong, Cianjur, mati mendadak. Namun, sejauh ini, belum diketahui penyebab puluhan sapi mati mendadak tersebut.

Petugas Inseminator Dinas Ketahanan Pangan Peternakan, Rusli Subhan mengatakan, selama 18 tahun bertugas di peternakan tersebut, baru kali ini ada sapi mati mendadak hingga puluhan ekor.

"Dari sekian banyak sapi yang mati rata-rata berusia delapan bulan dan dalam satu kandang diperkirakan empat sampai lima ekor yang mati," ucap dia, Kamis (18/1/2018), dilansir Antara.

Untuk mencari musabab kematian sapi tersebut, pihak terkait menghubungi dokter hewan yang berada di Bandung, Jawa Barat.

"Kita langsung menghubungi dokter hewan, untuk memeriksa penyebab sapi yang mendadak mati itu. Kami juga memasang garis larangan masuk ke setiap kandang yang sapinya mati," ujar Rusli.

Tamu dan dan karyawan dilarang mendekat kandang sapi tempat hewan-hewan itu mati guna menghindari hal yang tidak diinginkan sampai diketahui penyebab pasti matinya puluhan ekor sapi tersebut.

Menurut Rusli, harga sapi jenis Frissian Holand dengan usia delapan bulan berkisar Rp 4 juta per ekor, sehingga ditotal kerugian akibat 22 ekor sapi mati mendadak tersebut Rp 130 juta.

2 dari 3 halaman

Kematian Sapi-Sapi di Kampung Zumi Zola

Kematian sapi secara mendadak juga terjadi di Provinsi Jambi. Hampir satu bulan terakhir, sebagian warga Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), geger akibat kematian mendadak belasan sapi di daerah itu.

Kematian sapi itu silih berganti hanya berselang hari. Sebagian besar adalah milik warga Kelurahan Tanjung Solok, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjabtim.

Kabupaten Tanjabtim adalah kampung keluarga besar Gubernur Jambi, Zumi Zola. Sebelum menjabat gubernur, Zola sebelumnya adalah Bupati Tanjabtim. Kakek dari bapak Zumi Zola dikenal sebagai salah satu saudagar atau pedagang kaya di daerah pesisir timur Jambi itu.

Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanjabtim, Rajito mengatakan, dari hasil uji laboratorium, kematian mendadak belasan sapi itu disebabkan oleh virus jembrana. Virus ini dikenal mudah menular dan teridentifikasi virus mirip HIV/AIDS.

"Kita ambil sampel sapi yang mati dan dikirim ke Balai Veteriner di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Hasilnya positif Virus Jembrana," ujar Rajito saat dihubungi, Kamis, 16 November 2017.

Ia menjelaskan, agar virus tersebut tidak menyebar, pihaknya sudah melindungi sapi-sapi di Kecamatan Kuala Jambi. Salah satunya dengan memberikan vitamin khusus. "Sudah ada 123 ekor sapi kita beri vitamin," sebut Rajito.

3 dari 3 halaman

Virus Mudah Menyebar

Ia menceritakan, dari keterangan beberapa warga setempat, wabah virus jembrana bermula saat seorang warga Kelurahan Tanjung Solok bernama Purwa membeli seekor sapi Bali dari daerah Kebun Kolim, Tangkit, Kabupaten Muarojambi. Sapi yang dibeli itu baru berumur tujuh bulan. Tak lama kemudian sapi tersebut mati, tepatnya pada 15 Oktober 2017.

Tak sampai sepekan kemudian, disusul kematian sapi milik Purwo lainnya. Setelah itu berturut-turut sapi milik warga lainnya bergantian mati. "Usai menerima laporan kami (Dinas Peternakan) langsung turun dan mengambil isi perut sapi yang mati untuk sampel," ujar Rajito.

Virus jembrana, kata Rajito, memang mudah menular. Prosesnya ditularkan oleh binatang penghisap darah seperti lalat atau nyamuk. Namun, virus ini hanya menular pada hewan, tidak pada manusia.

Ia mengakui, virus jembrana sebelumnya juga sudah menyebar di daerah lain di Jambi, seperti Kabupaten Muarojambi, Tebo, Bungo dan Sarolangun. Bahkan pada Agustus 2017 lalu, warga Kabupaten Muarojambi digegerkan akan kematian 500 ekor lebih sapi akibat terjangkit virus jembrana.

Saksikan video pilihan di bawah ini: