Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menemukan anak yang terkena dampak buruk dari lokalisasi Dolly. Anak perempuan berusia 8 tahun itu mengalami hiperseksual atau nafsu seks berlebihan.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengungkapkan, kasus ini ditemukan saat Wali Kota Risma memerintahkan jajarannya di tingkat kecamatan dan kelurahan untuk mencari warganya yang mengalami kondisi buruk.
Saat itu, ditemukan keluarga yang menderita tuberkulosis (TBC). Setelah keluarga berhasil didekati, akhirnya si ibu juga bercerita bahwa salah satu anaknya, Mawar, mengalami perilaku seks yang menyimpang.
Advertisement
Anak itu berperilaku seperti orang dewasa. Dalam hal ini, berkaitan dengan perilaku seksual. Nanis mengatakan, perilaku anak tersebut didapatkan saat dia tinggal bersama neneknya di kawasan lokalisasi Dolly.
Baca Juga
Saat itu, usianya masih 2 tahun. Faktor lingkungan itu yang membuatnya mengalami perilaku hiperseksual. Perilaku anak tersebut diketahui saat ia kembali tinggal bersama ibunya. Bocah itu bahkan mencontohkan perilakunya kepada adik-adiknya.
"Dari pengakuan anak tersebut, ia diajari oleh orang dewasa saat dia tinggal bersama dengan neneknya,"Â tutur Nanis di Kantor Bagian Humas Pemkot Surabaya, Rabu, 17 Januari 2018.
Menurut Nanis, keberadaan lokalisasi memang sangat membahayakan karena dapat merusak otak maupun perilaku anak. Terdeteksinya anak-anak harus segera digali lebih dalam. Diduga, anak-anak berperilaku seperti Mawar masih akan ditemukan.
"Kami kemudian lakukan outreach lebih dalam, dan melakukan koordinasi bersama puskesmas, untuk diberikan pengobatan. Saat ini juga sudah dilakukan pendampingan oleh psikolog," kata Nanis.
Menurut dia, sangat tepat langkah yang diambil Wali Kota Surabaya dengan menutup lokalisasi yang sudah sekian puluh tahun berdiri, walaupun ada pro dan kontra saat penutupan.
"Tujuan utamanya bagaimana supaya anak-anak bisa tumbuh berkembang dengan wajar dan bisa berprestasi, bisa mempunyai masa depan yang cerah untuk bangsa dan negara," Nanis menegaskan.
Pendampingan Anak-Anak Bermasalah
DP5AÂ merupakan lembaga khusus yang menangani permasalahan anak dan perempuan. Terdapat lembaga lain yang menangani kasus serupa, yakni Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPTP2A) di lingkup kota dan Pusat Krisis Berbasis Masyarakat (PKBM) di lingkup kecamatan.
Warga Surabaya bisa datang langsung ke tempat tersebut untuk mendapatkan informasi terkait permasalahan anak dan perempuan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Febria Rachmanita, menyampaikan, saat ini Dinkes telah mendampingi Mawar untuk memulihkan kondisinya, baik melalui pengobatan maupun pendampingan dari psikiater dan psikolog.
"Untuk menangani pasien seperti ini tidak hanya pasiennya saja, keluarganya pun kita ajak. Jadi keluarga itu kita gali juga dari psikolog," kata Febria.
Selain itu, Febria juga menyampaikan, dinkes terus melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, sebagai upaya deteksi dini dan pencegahan terhadap permasalahan anak.
"Dengan melakukan pengawasan terhadap anak, diharapkan tidak terjadi lagi kasus yang tadi," ucap dia.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser menambahkan, jika masyarakat menemukan kasus serupa, silakan menyampaikan informasi tersebut kepada pihak kelurahan atau kecamatan.
"Bisa juga langsung melalui DP5A, telpon Command Center 112, dan Puspaga (Pusat Pengaduan Seputar Masalah Keluarga), banyak hal konseling untuk menyelesaikan masalah-masalah anak ini," kata dia.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement