Sukses

Potret Menyedihkan Taman Budaya Purwokerto

Tak ada satu pun kegiatan di Gedung Kesenian Soeteja Purwokerto bernilai miliaran rupiah ini.

Liputan6.com, Purwokerto - Sepintas lalu dari jalan raya, Kompleks Taman Budaya Soeteja, Purwokerto, Jawa Tengah, terkesan mewah dan gagah. Sayangnya, begitu menjejakkan kaki di gerbang halaman, segala kesan baik itu buyar.

Jalan masuk yang dilapisi paving block atau bata beton ambles di sana-sini. Hujan menyebabkan air menggenang di beberapa bagian. Eceng gondok memenuhi kolam di sisi kanan dan kiri jalan. Barangkali, jika di daerah rawa, kolam ini menjadi persemayaman buaya atau anaconda.

Mendekat ke area gedung, bundaran dengan patung logo raksasa "Banyumas Better" yang sempat menjadi perdebatan publik sedikit menghibur mata. Rupanya, dari kejauhan, bundaran di parkiran ini yang menipu mata dengan warnanya yang ceria.

Ada kesan megah dan sedikit futuristik pada bentuknya. Tapi, tetap saja, rerumputan dan semak yang tak terkendali menganggu kemegahan kompleks Taman Budaya Soeteja, Purwokerto, yang diproyeksikan menjadi Taman Budaya lengkap ini.

Kesan tak terawat begitu terasa begitu kaki menginjak teras gedung. Siang hari, tak ada satu pun kegiatan di gedung bernilai miliaran rupiah ini. Gedung ini layaknya sarang hantu yang tak berpenghuni.

Tampak sekitar 75 meter di sebelah kiri gedung, sejumlah pria tengah memandikan burung. Hanya itulah kegiatan yang nampak di seputaran Gedung Kesenian Soeteja ini. Tentu apa yang mereka kerjakan tak ada hubungannya dengan gedung ini.

Kesan tak terawat bertambah ketika menyaksikan beberapa bagian lantai, dinding dan plafon gedung rusak. Padahal, Gedung Kesenian Soeteja dan kompleks taman budaya di Purwokerto bernilai miliaran rupiah itu baru diresmikan pada Desember 2017.

2 dari 4 halaman

Lantai dan Dinding Retak, Atap Bocor

Di bagian teras, sejumlah lantai keramik retak dan pecah. Lantai pagelaran bagian luar yang dibangun layaknya Colosseum Roma mini juga ambles dan retak. Beberapa bagian plafon gedung juga ambrol.

Tampak pula, beberapa bagian dinding retak. Instalasi kabel yang mestinya terpasang juga putus atau hilang. Aksi vandalisme juga terjadi pada bagian dinding dan lantai gedung ini. Berbagai coretan mengotori dinding di bagian luar dan dalam gedung.

Dugaan sementara, rusaknya gedung kesenian Soeteja disebabkan lantaran tanah urukan tak cukup solid menahan beban gedung yang begitu besar. Tanah labil memengaruhi struktur dan kekuatan gedung.

"Tadinya itu kan tanah uruk. Mungkin menguruknya kurang lama. Waktunya yang kurang," ucap Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda dan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko, Selasa, 16 Januari 2018.

Kerusakan rupanya tak hanya terjadi pada lantai, dinding dan plafon, atap gedung megah itu pun, bocor. Lantai pementasan di bagian dalam gedung pun menggelembung.

3 dari 4 halaman

Gedung Jadi Korban Vandalisme

Parahnya, gedung juga menjadi korban vandalisme. Coret-coret tak bermutu, bahkan gambar mesum, menghias dinding luar bagian samping dan belakang Gedung Kesenian Soeteja. Barangkali, pelaku vandal itu tak tahu, coret-coret tak bermutu bukan bagian dari kesenian yang pantas dilestarikan.

Deskart menduga, gedung ini menjadi korban vandalisme lantaran pengamanan yang belum maksimal. Diduga, ada orang-orang yang tak bertanggung jawab masuk ketika gerbang dalam kondisi belum terkunci.

"Ini kelihatannya ya seperti itu. Jadi ada saat-saat di mana ruangan dalam itu dibuka ada orang yang masuk tidak terdeteksi," dia menjelaskan.

Dinpoabudpar Banyumas, sebetulnya sudah menugaskan lima orang untuk mengelola Kompleks Taman Budaya Soeteja. Pengelola itu terdiri dari satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan empat warga setempat sebagai pembantu pengelola, mulai dari keamanan, kebersihan hingga lokasi parkir.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Bebaskan Gedung Soeteja dari Vandalisme?

Namun, lantaran belum diserahkan kepada Dinporabudpar Banyumas, pengelolaan pun belum maksimal. Saat ini, Kompleks Taman Budaya Soeteja masih berada dalam pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan masih dalam masa pemeliharaan kontraktor sampai enam bulan mendatang.

“Karena selama ini kan pemborongnya yang bertanggungjawab untuk pengelolaan yang sifatnya bangunan gedung karena belum diserahkan,” dia menerangkan.

Mestinya sebelum diserahkan kepada Dinporabudpar nanti, gedung dan kompleks taman budaya sudah harus dalam keadaan baik layaknya bangunan baru. Untuk itu, ia sudah berkoordinasi dengan Dinas PU dan kontraktor untuk meningkatkan pengelolaan dan pengamanan gedung.

“April besok rencananya akan diserahkan pengelolaannya ke kita. Ya harus sudah beres,” dia menegaskan.

Ia pun berjanji telah memiliki trik jitu untuk membebaskan Taman Budaya Soeteja dari pengurusakan dan coret-coret. Metode itu, terbukti efektif mengurangi vandalisme di Taman Andang Pangrengan, Purwokerto.

Caranya yakni dengan melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan Taman Budaya Soeteja, mulai parkir, pengamanan hingga pengelolaan kantin.

Saksikan video pilihan di bawah ini: