Sukses

Radius Bahaya Gunung Lokon 1,5 Km dari Kawah

Aktivitas Gunung Lokon melonjak sejak tahun baru. Belum bisa dipastikan apakah akan meletus atau tidak.

Liputan6.com, Tomohon - Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid R Bina, mengatakan, radius bahaya Gunung Lokon 1,5 kilometer (km) dari kawah. Penetapan radius bahaya itu seiring meningkatnya aktivitas vulkanik gunung.

"Tidak boleh ada aktivitas di radius yang disarankan pusat vulkanologi, mitigasi bencana geologi," kata Farid di Tomohon, pada Jumat, 19 Januari 2018 malam.

Dia mengatakan, radius bahaya Gunung Lokon ditetapkan agar tidak ada korban ketika terjadi letusan yang dipicu meningkatnya aktivitas vulkanik.

"Ini yang kita sarankan, mudah-mudahan dipatuhi," ujarnya.

Hingga saat ini, status yang disematkan untuk gunung api aktif setinggi 1.580 meter di atas permukaan laut itu masih Waspada (level II).

"Kami masih melihat perkembangan kegempaan dan akan dievaluasi apakah akan dinaikkan statusnya atau tidak. Namun yang terpenting adalah tidak boleh melakukan aktivitas pada radius yang dilarang," harapnya.

Farid mengatakan, peningkatan aktivitas kegempaan telah terekam sejak awal tahun baru dan mulai menunjukkan peningkatan signifikan sejak 13 Januari lalu.

Di tanggal tersebut, terekam empat kali gempa tektonik jauh, 22 kali gempa vulkanik dangkal, dan dua kali gempa vulkanik dalam. Pada tanggal berikutnya, aktivitas menurun dan hanya terekam satu kali gempa tektonik jauh dan tiga kali gempa vulkanik dangkal.

Selanjutnya, pada 18 Januari terekam dua kali gempa tektonik jauh, tiga kali gempa vulkanik dalam, dan 66 kali gempa vulkanik dangkal, 14 kali gempa embusan, dan satu kali gempa tornillo.

Sementara itu, data yang dirangkum pada periode pengamatan Gunung Lokon tanggal 19 Januari pukul 00.00-00.06 Wita terekam satu kali gempa tektonik jauh, satu kali gempa vulkanik dalam, tujuh kali gempa vulkanik dangkal, dan tujuh kali gempa embusan.

 

2 dari 2 halaman

Meletus atau Tidak?

Kegempaan tersebut juga sering disertai dengan gempa tektonik dan gempa embusan.

"Dalam kondisi normal, rata-rata kegempaan vulkanik yang terekam di bawah lima kali," jelas Farid.

Peningkatan kegempaan vulkanik ini, kata dia, akibat adanya suplai magma, apalagi telah terjadi beberapa kali peningkatan aktivitas pada periode sebelumnya.

"Apakah akan akan terjadi letusan, kami belum tahu. Tapi kami akan melakukan evaluasi apabila kegempaannya terus meningkat," ujarnya.

Koordinasi dengan para pihak seperti pemerintah kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tomohon serta beberapa instansi lainnya telah dilakukan.Â