Sukses

Pagi Sejuk di Area Sawah Berundak Jatiluwih yang Mendunia

UNESCO telah menetapkan sawah berundak Jatiluwih Bali menjadi warisan budaya dunia.

Liputan6.com, Denpasar - Semilir angin bertiup cukup sedang kala Liputan6.com mendatangi kawasan Jatiluwih, Tabanan, Bali. Tanaman padi bergerak ke sana kemari mengikuti alunan angin yang seakan menusuk hingga ke tulang. Ya, Jatiluwih merupakan daerah yang hingga kini menjaga betul peninggalan leluhur.

Dari sini pula beras unggulan Bali dihasilkan. Jatiluwih merupakan kawasan ribuan hektare sawah yang terhampar luas. Tak hanya sekadar ribuan hektare sawah nan hijau belaka yang menjadikannya objek wisata unggulan di Tabanan, namun juga sawah yang berundak-undak menjadi daya tarik tersendiri.

Ya, terletak di dataran tinggi membuat lahan pertanian di sekitar Jatiluwih harus mengikuti struktur perbukitan. Dari atas, sawah-sawah tersebut berundak-undak hingga ke bawah.

Inilah yang menarik minat wisatawan mendatangi objek wisata ini. Hal itu pula yang membuat UNESCO menyematkan "Warisan Budaya Dunia" terhadap undak-undakan sawah di Jatiluwih.

Selain menjadi lumbung padi bagi Pulau Bali, beras dari hasil pertanian Jatiluwih juga merupakan produk unggulan. Salah satu yang terkenal adalah beras merah Jatiluwih.

Itu sebabnya, ketika Anda berkunjung ke sini dan mampir membeli makan di restoran yang banyak tersebar di pinggir sepanjang jalan, Anda akan disuguhi dengan beras merah.

 

 

2 dari 2 halaman

Obat Stres Alami

Berada di objek wisata Jatiluwih tentu saja menyejukkan. Seketika pikiran kita yang penat oleh setumuk pekerjaan lenyap begitu memasuki kawasan ini. Semilir angin yang membelai tubuh membuat kita betah berlama-lama meski hanya sekadar menyeruput kopi ditemani pisang goreng.

Sastro Suwito asal Solo, Jawa Tengah, mengaku sengaja datang ke objek wisata Jatiluwih, meski di daerahnya cukup banyak areal persawahan. Selain ingin melihat lebih dekat areal sawah yang diakui dunia itu, ia juga ingin mencicipi kualitas beras merah yang dihasilkan dari pertanian di sini.

"Datang diajak anak saya ke sini. Saya mau tahu kualitas beras merah. Kalau kita sebut beras merah kan di kalangan petani yang terbersit adalah daerah ini. Makanya saya minta diantar ke sini untuk melihat langsung," kata Sastro di lokasi, Minggu, 21 Januari 2018.

Beda Sastro, lain pula dengan Pande, pemuda yang tinggal masih di sekitaran Tabanan. Ia yang datang bersama temannya itu mengaku sudah sering berkunjung ke Jatiluwih.

Namun, panorama dan udara di sekitar Jatiluwih tak pernah membuatnya bosan mengunjungi kawasan ini. Bagi Pande, Jatiluwih bisa menjadi sumber inspirasi kala ia tengah dihantam kebuntuan dalam memecahkan persoalan kehiduan.

"Sudah sering ke sini. Biasanya kalau penat, ke sini untuk menghilangkan stres. Saya Cuma ngopi sambil menikmati suasana, fresh lagi pikiran," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini: