Sukses

Ada Rindu yang Menempel pada Kue Tapel Cirebon

Kue tapel khas Cirebon termasuk kue langka yang jarang ditemui di kota udang itu. Namun, peminatnya masih banyak terutama para perantau.

Liputan6.com, Cirebon - Kekayaan kuliner khas Cirebon makin banyak diburu, mulai dari makanan lesehan hingga jajanan pasar tradisional. Beberapa jenis kuliner pun mudah ditemui, dari yang kering hingga kue basah. Namun tak semua tahu jenis kuliner khas Cirebon bernama Tapel.

"Sudah lama kok empat generasi mungkin bagi orang Cirebon yang menetap di luar masih ingat kue ini," kata pembuat Kue Tapel Cirebon, Remawati kepada Liputan6.com, Sabtu, 20 Januari 2018.

Sekilas, kue ini mirip dengan kue modern yang ada di supermarket yakni jenis crepes atau kue ape. Namun, jika diperhatikan, kue tapel berbeda dengan kue lain.

Proses pembuatan tapel dilakukan secara tradisional. Adonan kue tapel berbahan kelapa parut yang dicampur dengan tepung beras.

Kedua bahan tersebut diaduk menggunakan air kelapa hingga menjadi adonan. Adonan dicetak manual berbentuk lingkaran di atas kuali wajan yang terbuat dari besi.

Proses mencetaknya menggunakan daun pisang. Lima menit kemudian, adonan tapel tersebut diberi lapisan ketan agar bentuknya tidak rusak ketika sudah matang.

Tiga menit setelah dilapisi ketan, adonan ditaburi pisang raja dan gula merah. Biarkan, beberapa menit kemudian pisang dan gula merah dipenyet hingga melebur jadi satu dengan adonan.

"Untuk menyatukan pisang dan gula merah harus pakai batok kelapa agar tidak lengket saja," ujar dia.

Dia menjelaskan, adonan dicetak manual di atas loyang besi agar bagian dasar adonan tampak licin sehingga mudah dingkat. Sebelum meletakkan adonan, loyang terlebih dahulu digosok menggunakan batu sela.

 

2 dari 3 halaman

Penggunaan Alat Masak Langka

Remawati mengatakan, loyang digosok batu sela karena memiliki kandungan seperti minyak. Dia mengatakan, jenis kue kering ini tidak membutuhkan banyak campuran minyak goreng.

"Loyangnya juga sudah tidak ada lagi yang jual ini sudah turun-temurun," ujar dia.

Remawati mengatakan, kue tapel yang sudah berpuluh tahun tersebut tidak mengubah bentuk dan rasa, yakni manis, gurih, dan renyah.

Dia mengaku sengaja hanya menjual tapel dengan satu rasa karena ingin menunjukkan orisinalitas. Selain itu, kue tersebut sudah turun-temurun diajarkan keluarga.

"Ceritanya apa dan bagaimana saya kurang tahu persis termasuk asal-usul nama," ujar dia.

Namun demikian, Tapel yang berlokasi di Jalan Pagongan, Gang Alas Demang 3, Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon banyak digemari. Pada hari biasa, Remawati mampu menjual minimal 50 tapel.

Jika memasuki libur akhir pekan, tapel yang terjual lebih dari 100 kue. Rema menyebutkan, satu kue tapel dijual Rp 6 ribu.

 

3 dari 3 halaman

Dirindukan Para Perantau

Bagi generasi sekarang, nama kue tapel masih terdengar asing. Padahal, kue ini termasuk jajanan tradisional yang banyak dirindukan.

Khususnya masyarakat Cirebon yang menetap di luar daerah. Seperti dikatakan Julianto putra Remawati, bagi oran-orang dahulu, kue tapel menjadi salah satu makanan populer.

"Biasanya orang baru dapat informasi dari temannya bahkan katanya ada di internet," kata Julianto.

Dia mengaku, usaha tapel sudah turuntemurun. Remawati dan Julianto merupakan penjual tapel generasi keempat. "Sampai sekarang saya masih belum tahu banyak bagaimana asal muasal tapel ini," ujar dia.

Â