Liputan6.com, Kendari - Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) Sulawesi Tenggara memanas. Kondisi ini dipicu adanya dugaan korupsi yang dilakukan salah seorang dekan di universitas tersebut. Dekan itu dituding menggelapkan anggaran praktik mahasiswa saat menggelar kegiatan di Bandung, Jawa Barat awal Januari lalu.
Ulah sang dekan ini memicu ribuan mahasiswa dari lima universitas di Sulawesi Tenggara mendatangi kampus UMK, Selasa, 23 Januari 2018. Mereka menuntut rektor mencopot dekan itu.
Tuduhan korupsi terhadap dekan tersebut bukan tanpa sebab. Hal ini karena dekan dianggap tidak transparan mengenai pengelolaan biaya perkuliahan. Ketika mempertanyakan alokasi anggaran biaya perjalanan Studi Kerja Lapangan (SKL) di Bandung, yang sebesar Rp 16 juta, sang dekan berang.Â
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya mahasiswa yang kecewa atas tindakan sang dekan, ada delapan dosen yang memilih mundur. Alasannya sama, karena dekan tidak transparan selama memimpin fakultas, serta perlakuan tidak santun yang ditunjukkan kepada dosen-dosennya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari, Muhammad Nur membenarkan jika ada delapan dosen mengundurkan diri. Dia mengaku sudah mengambil sikap terhadap sejumlah laporan mahasiswa dan dosen terkait sikap dekan.
"Saat ini, semua laporan ini sudah kami serahkan ke Dewan Muhammadiyah Sulawesi Tenggara, mereka yang akan putuskan apakah dekan akan dipindahkan atau tidak," ujar Muhammad Nur.
Keputusan akan dipertahankan atau tidak dekan yang diduga korupsi tersebut akan melalui proses rapat pada Kamis, 25 Januari 2018. Rapat ini bakal diikuti dewan Muhammadiyah Sulawesi Tenggara.
Ancaman Mahasiswa
Di depan mahasiswa, Rektor UMK Muhammad Nur, menyatakan siap menerima kembali delapan dosen yang sudah mengundurkan diri. Pihaknya mengakui, Universitas Muhammadiyah masih membutuhkan tenaga pendidik.
"Kami siap menerima kembali mereka, kami membuka diri. Mudah-mudahan ini hanya keputusan sesaat mereka sehingga mereka bisa segera kembali beraktivitas," ujar Muhammad Nur.
Namun, mahasiswa menilai rektor bersikap tidak tegas. Menurut Tata, salah seorang mahasiswa, rektor seharusnya memanggil kembali dosen mereka yang sudah keluar.
"Tidak gampang mencari dosen dengan kemampuan bagus, kalau kampus sungguh-sungguh memperhatikan dosen dan tidak memihak dekan, harusnya dipertahankan," ujar Tata.
Tidak hanya dosen yang hengkang dari UMK, tetapi mahasiswa pun memilih pindah. Tercatat, ada belasan mahasiswa kampus UMK yang memilih meninggalkan kampus dan pindah ke kampus lain.
Keputusan pindah ini, diakui mahasiswa, karena jengkel atas sikap dekan dan kampus yang tidak tegas terhadap dekan itu. Padahal, mahasiswa sudah membawa bukti-bukti terkait dugaan penggelapan anggaran praktik mahasiswa dan aksi kekerasan, tetapi kampus lambat memutuskan sikap.
"Daripada kita terus digantung dengan keputusan yang tidak jelas, lebih baik kami pindah saja," tegas Sofyan, salah satu mahasiswa.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement