Sukses

Cerita Sedih Pelajar Pekalongan Usai Gerhana Bulan Total

Sungai Sragi di Kabupaten Pekalongan, Jateng, pun tak mampu menampung debit air hujan yang turun semalaman bersamaan dengan gerhana bulan.

Liputan6.com, Pekalongan - Usai tiga fenomena langka sekaligus Supermoon, Blue Moon, dan gerhana bulan (Super Blue Blood Moon), banjir melanda sejumlah wilayah pesisir pantura Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Pantauan Liputan6.com, hujan deras mengguyur sekitar delapan jam sejak Rabu malam hingga Kamis (1/2/2018) dini hari. Sungai Sragi pun tak mampu menampung debit air hujan yang turun semalaman bersamaan dengan gerhana bulan total.

Usai fenomena Super Blue Blood Moon, ribuan rumah di Pekalongan, Jawa Tengah, terendam banjir, sedangkan ratusan pelajar gagal ujian. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Selain ratusan permukiman warga, sejumlah gedung perkantoran ataupun sekolah tak luput dari terjangan banjir. Salah satunya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sragi.

Seluruh ruangan kelas, ruang guru, dan ruang lain tergenang banjir dengan ketinggian antara 20-40 sentimeter.

Menurut Kepala SMAN 1 Sragi, Rusmono, seluruh ruang kelas yang berjumlah 27 dan lima ruang laboratorium, termasuk ruang guru, tergenang banjir usai fenomena gerhana bulan total. Yang tidak tergenang hanya masjid dan GOR.

"Baru kali ini banjir paling parah, biasanya cuma di jalan saja enggak sampai masuk kayak gini," ucap Rusmono, Kamis (1/2/2018).

 

2 dari 5 halaman

Kertas Ujian Try Out Tergenang Banjir

Rusmono menerangkan pula, jumlah seluruh siswa adalah 753. Kamis ini, seharusnya siswa kelas XII melaksanakan ujian try out hari keempat. Namun, karena semua ruang kelas tergenang banjir, seluruh siswa diliburkan.

Ujian try out terpaksa diundur besok atau Jumat (2/2/2018). "Karena kertas soal dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) basah dan sebagian terendam banjir," katanya.

Ia menyatakan, jika banjir masih menggenang, kegiatan belajar mengajar untuk kelas X dan XI terpaksa juga liburkan.

"Kelas X dan XI masuk siang. Kalau masih banjir, ya terpaksa kami liburkan," ujarnya.

Angga, salah satu siswa kelas XII mengatakan, baru pertama kali sekolahnya tergenang banjir. "Sayang banget, try out-nya jadi ketunda. Semoga cepat surut airnya dan besok Jumat bisa ujian," ucap Angga.

3 dari 5 halaman

Banjir Landa 5 Kecamatan

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan, Bambang Sujatmiko mengatakan berdasarkan laporan data yang diterimanya banjir melanda di lima kecamatan.

Selain sekolah, ribuan rumah juga terendam banjir. Daerah terparah adalah Kecamatan Bojong, Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, dan Kecamatan Wonokerto.

"Jadi sampai saat ini masih terus kita lakukan pendataan. Tapi, belum ada warga yang sampai mengungsi," katanya.

Hanya saja, BPBD Pekalongan tetap memantau kondisinya. "Karena curah hujan masih tinggi dan genangan air masih terjadi," ujar Bambang.

 

4 dari 5 halaman

Langit Kota Medan Tertutup Awan

Fenomena Super Blue Blood Moon yang terjadi pada Rabu malam, 31 Januari 2018, tidak teramati dengan jelas di Kota Medan, Sumatera Utara. Sebab, Bulan di atas langit Kota Medan tertutup awan.

Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Arwin Juli Rakhmadi Butarbutar mengatakan, bahkan Bulan sama sekali tidak terlihat karena cuaca atau keadaan langit di Medan secara umum berawan. Perkiraan pihaknya, gerhana bulan melintas di Kota Medan, pukul 19.00 WIB - pukul 22.00 WIB.

"Tim OIF UMSU mulai menyaksikan fenomena gerhana bulan sejak sore hari kemarin. Mulai pukul 18.48 WIB, tapi langit berawan," kata Arwin di Kampus Pascasarjana UMSU, Jalan Denai, Kamis (1/2/2018).

Ia menjelaskan, fenomena unik Supermoon, Blue Moon, Blood Moon hanya terjadi dalam waktu lama, bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Namun, kali ini, gerhana bulan tidak terlihat jelas lantaran keadaan cuaca di Kota Medan yang tidak mendukung.

"Tadinya kita harap pukul 22.11 WIB bisa menyaksikan gerhana bulan dan cuaca akan cerah. Namun, tidak juga," jelasnya.

Secara umum gerhana bulan terjadi setiap tahun, minimal dua kali dalam setahun. Tetapi, untuk fenomena Supermoon, bisa terjadi berkisar ratusan tahun sekali. "Ini fenomena langka, sangat langka," ujarnya.

Seorang warga Medan, Sutrisno, mengaku sedikit kecewa karena tidak bisa melihat gerhana bulan tersebut dengan jelas. Padahal, warga Jalan Sisingamangaraja ini sangat ingin memperlihatkannya secara langsung kepada anaknya.

"Saya mau kasih lihat ke anak tentang fenomena alam itu, tapi enggak terlihat kali. Mau bagaimana lagi," ungkapnya.

 

5 dari 5 halaman

14 Teleskop dan Salat Khusuf

Sementara, Rektor UMSU Agussani menuturkan, merujuk data yang diperolehnya dari panitia pengamatan gehana bulan, kurang lebih 3.500 warga Kota Medan datang ke Kampus Pascasarjana UMSU untuk melihat langsung fenomena alam tersebut.

"Sangat banyak yang datang kemari untuk melihat. Namun, fenomena Supermoon tidak terlihat dengan jelas," tuturnya.

Agussani membeberkan, OIF UMSU menyiapkan 14 teleskop untuk menyaksikan gerhana bulan tersebut. Ke-14 teleskop disediakan untuk warga dan panitia agar dapat menyaksikan fenomena Supermoon, sekaligus bagian dari program OIF UMSU untuk mengedukasi masyarakat.

"Kita edukasi masyarakat untuk mengetahui ciptaan Allah yang sangat sempurna," ungkapnya.

Terkait fenomena langka tersebut, masyarakat muslim di Kota Medan melaksanakan salat gerhana bulan yang dalam bahasa Arab disebut khusuf. Warga melaksanakan salat khusuf di Kampus Pascasarjana UMSU saat fenomena alam itu terjadi.

"Kita (kaum muslim) dianjurkan mengerjakan salat sunah dua rakaat atau salat sunah khusuf saat terjadi gerhana bulan. Salat ini terbilang sunah muakad," kata Agussani.

Usai melaksanakan salat gerhana bulan tersebut, warga juga sangat antuisias ingin menyaksikan gerhana bulan. Masyarakat saling bergantian melihat gerhana bulan tersebut dengan menggunakan teleskop yang telah disediakan oleh OIF UMSU.

Saksikan video pilihan di bawah ini: