Sukses

Siswa yang Pukul Guru Seni hingga Tewas Dikenal Sulit Ditebak

Sementara, guru seni yang dipukul siswanya hingga tewas diketahui multitalenta. Ia juga suka mentraktir kopi teman-temannya.

Liputan6.com, Sampang - Meninggalnya guru kesenian Ahmad Budi Cahyono karena dipukul siswanya sendiri membuat rekan sesama guru di SMA Negeri 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, sedih dan kehilangan.

"Pasti sedih dan kehilangan. Soalnya kalau di ruang guru, dia duduk sama saya di kursi paling belakang," kata rekan Budi di SMAN 1 Torjun yang tak mau disebut namanya, Jumat (2/2/2018).

Dia sempat tak percaya guru seni rupa itu meninggal usai ribut dan dipukul oleh siswanya sewaktu mengajar. "Kemarin saya enggak ngajar. Sorenya dapat kabar Pak Budi sakit karena dipukul. Saya enggak nyangka, soalnya dia pendiam dan penyabar," ujar guru yang sama.

Setelah Budi meninggal, ada satu hal yang paling dikangeni Abdullah pada sosok Budi, yaitu ke mana-mana ia suka membawa segelas kopi. "Dan sering traktir ngopi teman-teman guru. Dia juga perokok berat," tutur dia.

Adapun MH, siswa kelas XI SMAN 1 Torjun yang kini jadi tersangka penganiayaan terhadap Budi, dikenal guru itu sebagai sosok yang sulit ditebak.

"Sama guru ini, Holili enak dan nurut. Tapi, sama guru lain acuh. Dia sering telat dan suka izin kalau saya mengajar. Tapi, kalau saya mengajar dia nurut," ungkap dia.

 

 

 

 

 

 

2 dari 4 halaman

Sempat Dipanggil Kepala Sekolah

Penganiayaan di SMAN 1 Torjun terjadi Kamis siang, 1 Februari 2018. Saat itu jam pelajaran terakhir di kelas XI adalah materi melukis oleh guru Budi.

Saat dia mengajar dan memberi tugas melukis, seorang siswa bernama Holili sibuk sendiri dan mengganggu teman-temannya. Budi menegur Holili, tapi diacuhkan dan terus mengganggu temannya. Budi pun mendatangi meja Holili dan mencoret pipinya dengan cat sebagai sanksi.

Holili rupanya tak terima dan menantang duel gurunya. Singkatnya, keributan itu berlanjut dengan pemukulan di dalam kelas, tapi berhasil dilerai oleh siswa lainnya.

Keributan itu didengar Kepala Sekolah SMAN 1 Torjun, Amat. Budi pun dipanggil ke ruangannya dan diminta menjelaskan kejadian sebenarnya. Setelah mendengar duduk persoalan, Amat meminta Budi untuk pulang duluan.

Sore harinya, Amat dapat kabar dari keluarga bahwa guru Budi mengeluhkan sakit di leher. Budi coba tidur untuk meredakan nyeri. Namun, makin lama rasa sakitnya bertambah parah hingga membuat Budi tak sadarkan diri.

Keluarga lantas membawa Budi ke Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya. Pertolongan medis pun tak berhasil, kondisinya terus memburuk.

Pukul 21.40 WIB, polisi dapat kabar dari Kepala Dinas Pendidikan Sampang, Jupri Riyadi, bahwa guru Budi meninggal dunia. Dokter mendiagnosis guru Budi mengalami mati batang otak.

3 dari 4 halaman

Dikawal Disdik

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jatim, Saiful Rachman menuturkan Ahmad Budi Cahyono, guru SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, dikenal sebagai guru yang baik dan tidak pernah bermasalah. Guru berparas tampan yang dipukul siswanya, MH, hingga tewas itu juga dikenal jago bermain musik, termasuk biola.

"Dia guru idola para siswanya. Pintar dan multitalenta dan masih muda. 27 tahun," tutur Saiful saat dikonfirmasi.

Saiful sangat menyayangkan insiden tersebut. Dia juga prihatin karena peristiwa itu terjadi saat jam pelajaran. Dalam kicauannya di Twitter, ia bertekad untuk menuntaskan kasus penganiayaan siswa yang menewaskan guru seni di SMA Tarjon, Sampang.

Menurutnya, persoalan itu sangat serius dan harus ditindaklanjuti secara hukum. Saiful pun menyebut hal itu ke Twitter resmi Kemendikbud RI serta Pemprov Jatim.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Timur, Ichwan Sumadi meminta agar kasus yang menimpa Ahmad Budi Cahyono, guru seni SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, terus dikawal pihak kepolisian.

Meski MH masih berstatus di bawah umur, ia menyatakan perbuatan siswa itu sudah keterlaluan. Terlebih berdasarkan laporan yang diterima, perilaku MH selama ini dikenal kurang baik.

"Ini perlu ditindak tegas. Ketika ada seorang guru mencubit muridnya saja ditindak, apalagi persoalan seperti ini," tuturnya.

4 dari 4 halaman

Telusuri Latar Belakang Orangtua

Ichwan mengatakan, selain memeriksa tersangka, perlu juga ditelusuri cara orangtua MH mendidik anaknya. Sebab, kondisi psikologis anak juga dipengaruhi dari faktor keluarga.

Ichwan juga berpesan kepada seluruh guru yang tergabung dalam PGRI Jawa Timur untuk saling menguatkan. "Jangan bertindak sendiri. Dan tetap mengajar seperti biasa saja," katanya.

Rencananya, sepulang dari tugas di Batam, Ichwan beserta pengurus PGRI Jatim akan ke lokasi guna mendapat informasi detail terkait kasus tersebut. "Tentunya PGRI Jatim tidak diam dan mengawal kasus ini," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini: