Sukses

Cerita di Balik Penemuan Arca Mirip Tokoh Semar di Gunung Ciremai

Sepintas, bentuk arca ini mirip dengan satu tokoh pewayangan, Semar. Terlihat dengan wujudnya yang lebar dan pendek.

Liputan6.com, Majalengka - Tak hanya di Cirebon, warga Kabupaten Majalengka juga digegerkan dengan temuan arca di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat.

Arca tersebut ditemukan komunitas sejarawan yang tergabung dalam Grup Madjalengka Baheula (Grumala) pada 28 Januari 2018 . Arca ditemukan Grumala kawasan TNGC Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.

Sepintas, bentuk arca ini mirip dengan satu tokoh pewayangan, Semar. Terlihat dengan wujudnya yang lebar dan pendek.

Perwakilan Komunitas Grumala, Nana Rohmana mengatakan, temuan arca tersebut termasuk ke dalam jenis polinesia.

"Arca yang menyerupai tokoh Semar ini pernah ditemukan juga di daerah lain seperti di Kabupaten Sukabumi tapi memang ada perbedaan," kata dia, Kamis, 1 Februari 2018.

Dia menjelaskan, dari informasi yang didapat, arca Semar termasuk jenis karena polinesia karena disinyalir berasal pada zaman sebelum masuknya agama Hindu dan Buddha. Dilihat dari bentuknya yang sederhana, kata dia, posisi tangan Semar dibuat dengan goresan menempel pada tubuh Semar.

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Arca Berbeda pada Zaman Pajajaran

Begitu juga pada bagian mata, hidung pesek, dan mulut yang hanya memerlukan pahatan sederhana. Arca tersebut, kata dia berbeda dengan tipe arca para zaman Kerajaan Pajajaran. Pada zaman Pajajaran, model arca sudah ada pengaruh Hindu dan Buddha. Cirinya, kata dia, bisa dilihat posisi tangan memegang senjata atau posisi duduknya yang berbeda.

"Kalau diperhatikan puncak bukit temuan arca seperti bentukan sebuah bangunan punden berundak, di mana arca ditempatkan di altar paling atas menghadap ke utara sejajar dengan Gunung Kromong Bobos yang terdapat situs batu tulisnya," kata dia.

Dia menyebutkan, saat ditemukan posisi arca seolah memantau keberadaan kehidupan di lereng bukit. Sementara suasana di sekitar Arca tampak lengang pemandangan luas dan hamparan indah.

Temuan arca tersebut juga bisa mengungkap bahwa di desa kawasan TNGC wilayah Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari peradaban kuno.

"Arca polinesia dan bangunan punden berundak seperti ini sudah kami temui di dua tempat. Pola yang sama punden berundak dengan arca polinesia di altar atasnya," ujar dia.

3 dari 3 halaman

Museum Talagamanggung

Proses evakuasi arca tersebut cukup lama dan membutuhkan proses. Dia mengatakan, semula arca ditemukan oleh anggota Grumala Edhie D dalam ekspedisi pertama.

Dari ekspedisi pertama, tim Grumala kemudian menindaklanjuti dengan melakukan ekspedisi kedua. Keyakinan tim Grumala pun bulat sehingga memutuskan untuk melanjutkan ekspedisi ketiga dan evakuasi.

"Evakuasi ini kami sudah koordinasi dengan Disparbud, Camat, Pemdes, dan TNGC dengan disertai tim dari Museum Talaga Manggung," tutur salah seorang anggota Grumala Eda Ss.

Dia mengatakan, setelah dievakuasi, arca tersebut terlebih dahulu dibawa ke salah satu pos kehutanan milik TNGC. Petugas TNGC, kata dia, sempat tidak percaya.

Dari informasi yang didapat, proses evakuasi arca sempat menuai polemik. Berdasarkan aturan TNGC, benda apapun yang berada di area TNGC dilarang dibawa keluar.

"Kami berusaha meyakinkan bahwa benda tersebut justru rawan bila tidak dipindahkan akhirnya pihak TNGC menyetujui arca tersebut disimpan di TNGC," kata dia.

Namun, dalam waktu bersamaan, rombongan Museum Talagamanggung tiba dan langsung meneliti arca tersebut. Dia mengatakan, sempat terjadi diskusi hangat tentang hingga akhirnya arca dibawa ke Kantor TNGC Cigasong.

"Disepakati, bahwa arca ini memang milik TNGC tapi punya nilai sejarah yang tinggi maka semua pihak berhak untuk menjaga keberadaanya. Akhirnya diputuskan bersama  arca ini diserahkan ke pihak Museum Talaga Manggung untuk dijaga, diteliti dan dipelajari secara mendalam," kata Eda.

Saksikan video pilihan berikut ini: