Liputan6.com, Cilacap - Langit yang cerah pada Jumat siang mendadak berubah kelam menjelang sore. Awan kumulonimbus raksasa bergulung hitam di angkasa. Ini lah tanda utama bibit puting beliung atau angin langkisau.
Angin belum bertiup kencang tatkala kilatan petir tampak menyambar-menyambar di kejauhan. Kumulonimbus, memang nyaris selalu disertai dengan petir dahsyat.
Tetapi, bukan itu yang paling ditakutkan. Awan kumulonimbus juga nyaris selalu melahirkan puting beliung. Lebih berbahaya lagi, puting beliung ini hampir pasti disertai dengan hujan lebat.
Advertisement
Baca Juga
Jibaku 3 Hari Usai 10 Menit Angin Langkisau nan Dahsyat
Kejuaraan renang antar pulau dalam rangkaian Festival Langkisau di Pantai Painan, Kab.Pesisir Selatan, Sumbar. Lomba ini menempuh jarak tempuh 3.200 meter dan diikuti 202 atlet putra dan putri. (Antar
Sodong Culture Symphony 2018 Kacau Balau Diterjang Langkisau
Dan ini lah yang terjadi di Cilacap bagian barat. Angin langkisau disertai hujan lebat merusak ratusan rumah di belasan desa di tiga kecamatan, yakni Dayeuhluhur, Wanareja, dan Majenang.
Dalam peristiwa itu, seorang warga atas nama Darsih, warga Datar Kecamatan Dayeuhluhur meninggal dunia akibat rumah runtuh tertimpa pohon kelapa yang tumbang oleh puting beliung. Rumahnya ambruk, dan Darsih tak tertolong.
Tercatat 183 Rumah Rusak Akibat Terjangan Langkisau
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Edy Sapto Priyono mengatakan secara keseluruhan, di Kecamatan Dayeuhluhur ada enam desa yang terdampak.
Selain Desa Datar, desa yang terdampak adalah Desa Hanum, Bingkeng, Dayeuhluhur, dan Panulisan. Di Kecamatan Wanareja, dua desa terdampak yakni Desa Limbangan dan Sidamulya.
Adapun di Kecamatan Majenang, ada tiga desa yang terdampak yakni Desa Ujungbarang, Cibeunying dan Salebu.
“Informasinya ini untuk di kecamatan dayeuhluhur sendiri, yang rumah tertimpa pohon kelapa dan yang ada korban jiwanya ini rumahnya roboh ini,” Edy menjelaskan, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 3 Februari 2018.
Di Kecamatan Dayeuhluhur, terdata 161 rumah rusak. Di Kecamatan Wanareja, ada 15 rumah rusak. Sedangkan di Kecamatan Majenang, tujuh rumah rusak. Adapun satu desa lainnya, masih dalam verifikasi petugas.
Mulai Sabtu pagi, petugas BPBD memverifikasi jumlah keseluruhan rumah rusak ada kategori kerusakannya, apakah masuk kategori roboh, berat atau ringan. Namun, hampir dipastikan, jumlahnya mencapai belasan rumah ambruk dan rusak berat.
Itu termasuk rumah roboh di Desa Datar Kecamatan Dayeuhluhur yang menyebabkan korban jiwa. Pasalnya, belum seluruh desa melaporkan kerusakan yang dialaminya.
“Ini sedang diverifikasi ke lapangan oleh petugas BPBD,” Edy menerangkan.
Advertisement
Relawan Fokus Singkirkan Pepohonan yang Timpa Rumah
Selain merusak rumah warga, puting beliung itu juga merusak fasilitas umum seperti balaidesa dan sekolah. Belasan titik jaringan PLN juga tertimpa pohon sehingga terjadi pemutusan aliran listrik.
Rumah yang berkategori rusak berat rata-rata disebabkan tertimpa pohon tumbang. Pohon berukuran besar tumbang dan merusak hingga merobohkan rumah.
Edy menambahkan, mulai Sabtu pagi ini, BPBD telah mulai mendistribusikan bantuan logistik (makanan-red) dan bahan bangunan ringan untuk kerja bakti memperbaiki rumah rusak.
Adapun bantuan bahan bangunan kategori berat baru akan didisribusikan setelah petugas BPBD memverifikasi tingkat kerusakan.
Warga dibantu ratusan relawan BPBD, Tagana, Pramuka, TNI, Polri dan komunitas relawan lainnya hari ini bahu membahu menyingkirkan pepohonan yang masih menimpa rumah. Mereka pun mulai memperbaiki rumah yang rusak kategori sedang dan ringan.
“Hari ini fokusnya masih memperbaiki rumah rusak ringan dan sedang. Yang berat nanti menunggu verifikasi,” ucap Edy.
Saksikan video mendebarkan di bawah ini: