Sukses

Kenangan-Kenangan soal Gus Dur dalam Haul di Yogyakarta

Tokoh lintas iman dan istri Gus Dur mengungkapkan kenangannya masing-masing terhadap sosok presiden ke-4 RI itu dalam haul sewindunya.

Liputan6.com, Yogyakarta Peringatan delapan tahun haul atau mangkatnya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur membuat banyak orang bernostalgia.

Mereka mengungkapkan kenangan tentang cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari itu dalam sebuah acara peringatan sewindu haul Gus Dur di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Senin, 5 Februari 2018.

Sewindu Haul Gus Dur digagas oleh 60 komunitas lintas iman dan budaya. Panitia acara, Ketua Mahkamah Konstitusi 2008-2011, Mahfud MD; istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid; dan sejumlah tokoh lintas iman lainnya mengungkapkan kenangan masing-masing tentang sosok tokoh bangsa itu.

Ada beberapa hal yang bisa digarisbawahi mengenai ingatan mereka soal Gus Dur. Mahfud MD mencatat tiga poin penting perihal presiden ke-4 RI itu.

"Bicara apa pun dengan Gus Dur itu oke, dari agama, sejarah, sampai sepak bola, sehingga napak tilas bisa dikaitkan dengan situasi yang relevan saat ini," ujar Mahfud mengawali orasi budayanya dalam ziarah Budaya bertajuk "Menjadi Gus Dur Menjadi Indonesia".

Gus Dur yang menjabat Ketua Umum PBNU tahun 1984-1999 adalah tokoh Islam dan kebangsaan. Islam dan kebangsaan sering kali dipertentangkan dan dianggap tidak pas. Di Indonesia muncul khilafah dan mereka itu orang yang menganggap Islam tidak sejalan dengan kebangsaan.

Berdasarkan sejarah, pendiri bangsa ada dua barisan yang murni sekuler dan agama. Mereka sepakat mendirikan negara berlandaskan Pancasila.

"Gus Dur jadi simpul, agama tidak bisa dipertentangkan dengan agama, dan agama tidak bisa dibenturkan dengan negara karena orang beragama bisa bernegara dengan baik," tutur Mahfud.

2 dari 4 halaman

Tidak Butuh Pencitraan

Gus Dur berjuang tidak memikirkan citra diri. Dia tidak pernah pencitraan. Jika ada yang tidak disukai, Gus Dur yang mendirikan Forum Demokrasi (Fordem) tahun 1991 itu memilih untuk mengungkapkannya, walaupun kemudian berujung pada konsekuensi digagas secara politik.

Menurut Mahfud, Gus Dur berbicara benar dan tidak masalah dijatuhkan karena membela Pancasila dan Republik Indonesia.

"Gus Dur pernah bilang biar sejarah mencatat ada orang yang berani melawan ketidakbenaran walaupun dirinya harus menjadi korban," ucapnya.

Gus Dur merupakan presiden pertama yang membentuk Kementerian Kelautan. Ada tiga hal penting yang mendasari, yakni alasan geografis, kekuatan maritim, dan laut sebagai budaya.

"Nenek moyang kita pelaut dan budaya laut adalah egaliter serta sikap kebersamaan," kata Mahfud.

 

3 dari 4 halaman

Istri Gus Dur Angkat Bicara

Sinta Nuriyah Wahid juga punya kenangan yang melekat soal almarhum suaminya. Dua hal yang selalu diingatnya, Gus Dur menjunjung tinggi kebudayaan dan silaturahmi untuk perdamaian. Bagi Gus Dur, kebudayaan adalah cermin dasar dari kemanusiaan.

"Manusia bisa meningkatkan harkat dan martabat kalau berkebudayaan," ujarnya.

Gus Dur menyampaikan pesannya lewat forum-forum diskusi diselingi gurauan, tulisan-tulisan ilmiah, dan silaturahmi.

 "Yang lebih menarik dari Gus Dur, yaitu kemampuan Gus Dur untuk mendamaikan bermacam-macam perbedaan dan kesabaran Gus Dur untuk merawat dan melayani perbedaan kebudayaan yang ada di Indonesia, termasuk kebudayaan yang diabaikan dan minoritas," ucapnya.

Ia menyadari suaminya dirindukan dan dicintai oleh banyak orang. Namun, situasi tidak boleh berhenti sampai di sini. Generasi sekarang harus mengisi kekosongan budaya yang ditinggalkan Gus Dur.

4 dari 4 halaman

Kerinduan di Tengah Karut-marut

Ketua Panitia Sewindu Haul Gus Dur, Fahrur Rifai, mengatakan kerinduan terhadap Gus Dur muncul ketika muncul karut-marut kondisi bangsa yang seolah-olah melegitimasi agama untuk mendiskriminasikan golongan lain. Ia menyebutkan sejumlah kutipan-kutipan Gus Dur yang relevan dengan situasi saat ini.

Gus Dur mengajarkan agama jangan sampai menjauhkan dari kemanusiaan. Gus Dur juga mengajarkan agama tidak perlu dibela. Terakhir, Gus Dur juga menegaskan semakin berbeda kita semakin jelas titik-titik persamaan kita.

"Tema kali ini diangkat karena Gus Dur adalah prototipe manusia Indonesia," kata Rifai.

 

Video Terkini