Makassar - Tahun baru Tionghoa atau yang kerap disebut Imlek sudah di depan mata. Peristiwa ini merupakan salah satu perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa.
Namun, perayaan Imlek tidak hanya identik dengan lampion dan barongsai. Ada pula masyarakat mengaitkan tahun baru Tionghoa itu dengan hujan.
Ditemui langsung tim redaksi Kabarmakassar.com, pada Rabu, 7 Februari 2018. Robby Anto, Kepala Humas Kelenteng Xian Ma yang merupakan salah satu kelenteng terbesar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menjelaskan kegiatan ritual Imlek dan mengapa Imlek dikaitkan dengan hujan.
Advertisement
Baca Juga
"Untuk ritual menyambut Imlek, biasa kita mandikan patung dewa-dewi, terus dikeringkan dengan handuk. Kebanyakan Luzhu yang membersihkan dan para pengurus kelenteng," tutur Robby yang baru selesai membantu membersihkan patung dewa-dewi Kelenteng Xian Ma lantai 5, Jalan Sulawesi, Makassar.
Luzhu sendiri merupakan orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengurusi patung dewa-dewi di kelenteng.
Adapun, dalam memberikan pandangan terkait Imlek yang identik dengan hujan, Robby menjelaskan bahwa tidak ada kaitannya antara Imlek dengan cuaca buruk yang terjadi sebelum perayaan tahun baru itu dimulai.
"Untuk cuaca hujan yang sering diidentikkan dengan Imlek, kan selalu pada bulan Januari dan Februari itu musim hujan, jadi wajar saja hujan," tuturnya.
Robby menambahkan bahwa memang biasanya akan ada ritual yang menentukan apakah saat Imlek hujan akan datang atau tidak.
"Cuma biasanya hari Imlek itu ada ritual makan makanan yang mirip onde-onde, kalau saat itu (saat makan kue) tidak hujan, Imlek pasti tidak hujan, biasa malamnya atau besoknya baru hujan," dia menambahkan.
Baca berita menarik lainnya dari Kabarmakassar.com di sini.
Awal Mitos Imlek Terkait dengan Hujan
Mitos terkait perayaan Imlek yang memengaruhi cuaca, muncul dari beberapa cerita di masyarakat. Misalnya, karena adanya pertengkaran antara shio lama dengan shio baru yang akan menggantikan.
Shio merupakan zodiak Tionghoa yang memakai hewan-hewan untuk melambangkan tahun, bulan, dan waktu dalam astrologi Tionghoa. Pada dasarnya, hewan-hewan ini diambil melambangkan 12 cabang bumi yang kemudian digabung bersama lima unsur yang membentuk satu periode 60 tahun.
Robby menjelaskan, pemilihan binatang-binatang dalam zodiak Tionghoa juga melambangkan sifat manusia seperti alasan tidak adanya zodiak singa melainkan hanya macan karena singa tidak menggambarkan sifat manusia.
"Singa itu tidak jadi shio karena sifatnya tidak melambangkan manusia, singa dapat memakan anaknya sendiri jika mereka lapar, sedangkan manusia tidak," tuturnya sambil menunjukkan ruangan penuh patung dewa yang mewakili tiap shio.
Robby menjelaskan, mitos terkait cuaca yang selalu hujan saat Imlek memang benar adanya, tetapi sekarang tidak lagi bisa dipercaya mengikuti perkembangan zaman.
"Tidak ada hubungannya Imlek pengaruhi hujan, itu mitos orang dulu, sudah tidak dipakai lagi sekarang," tuturnya.
Imlek akan jatuh pada 16 Februari 2018 mendatang. Berbagai persiapan telah mulai dilakukan oleh berbagai pihak termasuk Kelenteng Xian Ma yang telah ada sejak tahun 1868.
Simak video pilihan berikut ini:
Â
Advertisement