Sukses

Racikan Toleransi Agama dan Budaya ala Pemuda Desa Nisa Nulan

Adat turut membantu mempersatukan warga yang berbeda keyakinan sehingga tidak pernah terjadi konflik lintas agama di wilayah itu.

Liputan6.com, Kupang - Desa Nisa Nulan, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan sebuah desa yang patut menjadi contoh toleransi antara umat beragama. Masyarakat di desa tersebut dapat hidup rukun dan harmonis meski mereka berbeda keyakinan.

Terdapat sekitar 500 penduduk di desa tersebut. Sepertiganya merupakan penganut agama Kristen, sedangkan mayoritas penduduknya beragama Islam. Kendati demikian, sepanjang sejarah belum pernah tercatat konflik lintas agama di wilayah ini.

Penduduk Desa Nisa Nulan tampak harmonis dan saling membantu satu sama lain. Pada saat umat Kristen membangun gereja, warga muslim dengan semangat bergotong royong membantu. Hal serupa juga dilakukan umat Kristiani yang membantu membangun masjid.

Untuk membangun masjid dan gereja di Desa Nisa Nulan, para pemuda di desa itu menggelar turnamen bola kaki setiap tahun. Dalam Turnamen yang dinamai "Nisa Nulan Cup" tersebut, para pemuda mengundang puluhan klub dari desa lain untuk berpartisipasi.

Uniknya, uang hasil turnamen itu akan diserahkan semua ke panitia pembangunan gereja dan masjid.

"Ini turnamen kedua dan hasilnya untuk pembangunan masjid. Turnamen pertama waktu 2016 dan hasilnya untuk gereja dan 2017 ini untuk pembangunan masjid," ujar Ketua Panitia Turnamen, Albertus Ola Bilo kepada Liputan6.com, Jumat (9/2/2018).

Dia mengatakan, setelah turnamen selesai, para pemuda yang masuk dalam kepengurusan turnamen menyerahkan seluruh uang hasil turnamen kepada tokoh adat dan selanjutnya diserahkan kepada tokoh agama.

Upacara penyerahan akan digelar di balai adat dan dimeriahkan dengan penampilan umat Islam dengan kasidah dalam nuansa persaudaraan. "Uang itu diserahkan oleh tokoh adat ke pemuka agama Islam," kata Albert.

 

2 dari 2 halaman

Peran Adat dalam Mempersatukan Warga

Kepala Desa Nisa Nulan, Yohanes Maria Vianei Neti Kemedok, mengatakan, keharmonisan tersebut tidak lepas dari peran tokoh masyarakat. Mereka selalu berupaya menjalin komunikasi dan menjaga keharmonisan sehingga tidak ada benih pertikaian.

"Ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan hingga kini kita terus menjaga kerukunan," katanya.

Dia mengatakan, Desa Nisa Nulan memang terkenal dengan sikap toleransi yang kental. Masyarakat di desa tersebut tidak pernah mempersoalkan masalah keyakinan.

Bahkan, dalam sebuah acara kenduri, jika memang tokoh umat Islam sedang berhalangan hadir, tokoh umat Kristen bisa menggantikannya.

"Siapa pun yang membaca doa, entah itu Islam ataupun Kristen tujuannya pasti untuk kebaikan. Kalau sudah seperti itu kenapa musti diperdebatkan," dia menjelaskan.

Kondisi yang harmonis merupakan aset bagi tumbuh dan berkembangnya suatu masyarakat. Oleh karena itu, warga akan selalu berupaya untuk melestarikannya.

"Kalau umat Kristen melihat umat Islam tidak Jumatan maka akan diingatkan, begitu pula sebaliknya jika orang Islam melihat kita tidak ke Gereja di hari Minggu," papar Yohanes.

Menurutnya, adat menjadi sarana yang sangat baik untuk menciptakan toleransi. Pasalnya, selama ini masyarakat Desa Nisa Nulan masih tunduk pada budaya setempat. Bersatu dalam budaya itulah membuat masyarakat Desa Nisa Nulan tidak pernah merasa ada perbedaan di antara mereka.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Â