Sukses

Remaja Curi Ponsel Polisi demi Menelepon Ibunya di Malaysia

Remaja yang tertembak polisi setelah mencuri ponsel sengaja dititipkan ke asrama polisi untuk dibina akibat kenakalannya.

Liputan6.com, Pekanbaru - Kondisi Sy alias Ujang pasca-tertembak oleh personel Polsek Ransang Barat, Kepulauan Meranti, membaik. Dia masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Ahmad, Kota Pekanbaru, ditemani ayahnya, Jamaluddin.

Dijenguk Kapolres Kepulauan Meranti AKBP La Ode Proyek, Ujang mengungkapkan alasannya nekat mencuri telepon genggam anggota Polsek dimaksud di mess.

"Untuk menghubungi ibu saya di Malaysia karena sudah lama tak jumpa," katanya di ruang perawatan RSUD, Rabu siang, 14 Februari 2018.

Karena tak bisa mengoperasikan barang curiannya, terlintas di benak Ujang untuk menjualnya. Tak lama kemudian, dia ditemukan beberapa anggota Polsek yang mencarinya hingga tertembak.

"Sekarang saya sudah makan dan tidak sakit lagi," ucap Ujang.

Sementara, Jamaluddin, tak hanya berharap peluru di bahu kanan anaknya dikeluarkan tapi juga pemulihan kondisi psikologis. "Kami harap, ada jalan terbaik dari permasalahan ini," kata Jamaludin.

Sebagai seorang ayah, Jamaluddin tak menampik anaknya tergolong nakal. Remaja 14 tahun ini disebutnya sudah sering berurusan dengan masyarakat.

La Ode menyebut Ujang sering berbuat nakal dan perangkat desa menyerahkan ke Polsek dengan harapan dibina. Makanya, Ujang tak ditahan dan dititipkan ke asrama.

Akibat ulah Ujang, tiga anggota Polsek kini menjalani pemeriksaan di Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Riau. Polda juga mengusut tentang kepemilikan airsoft gun yang tidak termasuk senjata organik kepolisian.

"Tengah dimintai keterangannya di Propam, ada tiga personel yang dibawa ke Polda untuk diperiksa," kata Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tejo.

 

 

2 dari 2 halaman

Kak Seto Bersuara

Tertembaknya Sy alias Ujang oleh personel Polsek Ransang Barat, Kepulauan Meranti disesalkan Seto Mulyadi atau disapa Kak Seto. Menurutnya, tak sepantasnya menangani anak yang melakukan tindak pidana dengan cara kekerasan.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini mempertanyakan alasan polisi mengeluarkan airsoft gun. Apalagi saat kejadian, remaja 14 tahun itu tidak memegang senjata tajam yang membahayakan petugas.

"Sangat disayangkan kejadian ini, menangani anak tidak harus dengan penembakan," kata Kak Seto, Rabu petang.

Dalam konteks perlindungan anak, kata Kak Seto, segala cara kekerasan, apalagi berujung pada penembakan sangat tidak pantas dilakukan. "Apalagi, kami di Jakarta sedang mencanangkan program Polisi sahabat anak," kata Kak Seto.

Namun, Kak Seto percaya Polda Riau akan menangani kasus ini secara profesional dan memberikan sanksi kepada anggotanya. Dalam waktu dekat, Kak Seto mengaku akan berkoordinasi dengan Mabes Polri terkait kasus tersebut.

"Kalau itu salah harus ada sanksi kepada petugas. Jangan sampai melunturkan citra polisi," tuturnya.

Sementara Kepala LPAI Provinsi Riau, Ester Yuliani menyatakan akan terus memantau perkembangan bocah tersebut, termasuk pascaoperasi pengangkatan peluru.

Dia juga menyebut akan mendampingi korban hingga kondisi fisik dan psikologisnya pulih. "Anaknya ada rasa takut, penyesalan dan trauma. Saya terus berusaha bicara dengan dia, termasuk jangan sampai ada dendam dengan polisi," ujar Ester.

Setelah berbicara dengan korban dan keluarganya, Ester berkesimpulan bahwa Ujang ini adalah anak yang tidak mendapatkan pendidikan baik. Ujang putus sekolah dan mengkahiri pendidikannya di bangku 2 SD.

"Tidak bisa baca tulis. Ke depan, kami kawal pendidikannya dan mendorongnya ikut ujian Paket A dan lanjutkan pendidikan," kata Ester.

Saksikan video pilihan berikut ini: