Sukses

Kisah Sumur Tua Keramat di Makassar

Tak seperti tahun sebelumnya, sumur tua keramat di Makassar ini sepi pengunjung di musim pilkada

Liputan6.com, Makassar - Berbeda tahun sebelumnya, sumur tua keramat yang diyakini masyarakat setempat sebagai sumur pertama di Kota Makassar itu sepi kunjungan. Padahal saat ini mulai musim Pilkada 2018.

"Mungkin karena bukan musim caleg, tapi pemilihan kepala daerah. Jadi sepi," kata Daeng Sute warga Jalan Tamangapa Raya, Kecamatan Manggala, Makassar kepada Liputan6.com, Kamis (15/2/2018).

Menurut kakek usia 84 tahun itu, sumur yang usianya sekitar 100 tahunan lebih itu tak pernah sepi pengunjung. Apalagi di saat pemilihan legislatif (pileg) berlangsung.

"Sudah banyak caleg yang datang setiap musim pencalegan di sini. Yah mereka mayoritas tujuannya sama mencari berkah Allah melalui wadah air yang berasal dari sumur tua itu," ujar Sute.

Sumur tua dan keramat yang terletak di dalam sebuah lorong di Kecamatan Manggala, Makassar itu kedalamannya tak lebih dari 1 meter. Namun kelebihannya, sejak sumur itu ada, airnya tak pernah kering meski musim kemarau panjang menimpa Sulsel, khususnya kota Makassar sendiri.

"Sumur itu awalnya hanya sebesar mulut ember. Masyarakat Makassar menamakan "bungung lompoa ri Antang"," kata Sute.

 

2 dari 2 halaman

Sejarah Sumur Tua Keramat Makassar

Disebut "Lompoa" (besar) bukan diartikan karena diameter sumurnya yang sekarang sudah besar. Melainkan adanya sejarah awal munculnya sumur tua dan keramat tersebut.

Warga percaya ada campur tangan Tuhan melalui tangan salah seorang penyiar agama Islam asal Aceh yang kala itu hendak menyiarkan agama Islam di daerah Antang, Manggala Makassar.

Penyiar agama Islam itu sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat Sulsel pada umumnya. Ia digelar dengan sebutan Nene Lomo Ri Antang seorang wali atau kekasih Tuhan.

"Sejarah munculnya sumur keramat tersebut sama persis dengan jalan cerita munculnya air zam-zam di tanah Arab," ucap Sute.

Dulunya, masyarakat Antang kesulitan mendapatkan air dan tak tahu berbuat apa lagi. Berbagai ritual adat telah digelar karena pada saat itu masyarakat masih menganut paham animisme. Namun harapan tak pernah tercapai untuk mendapatkan air guna memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari.

Seiring waktu berlalu, lanjut Sute, Nene Lo'mo pun datang untuk menyiarkan agama Islam dan mencoba membantu masyarakat setempat untuk keluar dari masalah yang dihadapi.

"Dengan izin Allah, Nene Lomo ucapkan doa kepada Karaeng Allah Taala (Allah SWT) kemudian menancapkan tongkatnya di tanah lalu ditarik dan keluarlah air. Saat itu masyarakat membendungnya dan kini itulah yang dinamakan "bungung lompoa ri Antang"," jelas Sute.

 

Keberadaan sumur tua dan keramat itu, tepatnya berada 200 meter dari Makam Nene Lomo Ri Antang. Sumur itu sekaligus mengingatkan masyarakat setempat akan pertama kalinya agama Islam disiarkan di daerah Antang.

"Bungung Lompoa ini muncul seiring dengan dilaksanakannya salat Jumat pertama di Makassar yang dilakukan di daerah Tallo ,"ucap Sutte.

Sumur tua itu hingga kini masih dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Meski air PDAM sudah ada dan waduk tunggu telah dibangun di wilayah Antang.

"Yah dipakai mandi, mencuci pakaian serta masih ada juga yang mengambil air wudhu di sumur tua dan keramat itu. Meski masjid di sekitar punya air keran tersendiri," Sute menandaskan.