Liputan6.com, Yogyakarta - Jamu sudah menjadi minuman khas Nusantara yang diwariskan turun-temurun. Bahan bakunya yang herbal atau berasal dari beragam tumbuhan ini terbukti berkhasiat menjaga daya tahan tubuh dan menyembuhkan penyakit.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta juga terbiasa dengan aneka jamu. Salah satu raja Mataram Islam dan keturunannya itu memiliki jamu favorit dalam berbagai bentuk.
Pertama, Jare Guwo. Jamu yang terdiri dari beragam rempah-rempah ini merupakan minuman kesukaan GBPH Poedjokoesoemo, putra dari Sultan HB VIII.
Advertisement
Jamu ini berkhasiat untuk menghilangkan rasa dingin pada kaki dan tangan yang biasa dialami oleh orang lanjut usia. Selain itu, minuman ini bisa mencegah mengerasnya pembuluh nadi yang menjadi salah satu penyebab stroke.
Baca Juga
Kedua, bir Jawa. Minuman ini bukan bir yang mengandung alkohol seperti yang dijual di pasaran. Bir ini terbuat dari rempah-rempah dan akar-akaran. Rasanya hangat dan nyaman. Pantaslah jika Sultan HB VIII memasukkan minuman ini sebagai salah satu jamu favoritnya.
Bir Jawa bermanfaat untuk menyamankan lambung, menghangatkan tubuh, meningkatkan sistem pencernaan yang lambat, memperlancar buang air besar, dan mencegah mengerasnya pembuluh nadi yang menyebabkan stroke.
Ketiga, Adu Lima. Jamu ini juga salah satu minuman khas Keraton Yogyakarta. Komposisi rempah-rempah di dalamnya memiliki khasiat masing-masing. Curcumae domesticae rhizoma berguna untuk membunuh bakteri, pengurang rasa nyeri, mengobati gatal-gatal, dan peluru dahak.
Kaempfera galanga rhizoma membantu mengurangi rasa pegal linu dan memperlancar peredaran darah. Tamarindus indicus bisa mencegah demam dan zingiberis rhizoma membantu memperlancar peredaran darah. Jamu ini pun bisa diminum setiap saat.
Lulur yang Berkhasiat
Selain dalam bentuk minuman, lulur yang terbuat dari bahan alami juga bisa dikategorikan sebagai jamu. Ada dua jenis lulur yang kerap digunakan keluarga Keraton Yogyakarta.
Lulur putih atau sekar arum pada zaman dahulu digunakan untuk perawatan kecantikan sehari-hari putri Keraton. Lulur ini diramu dari rempah-rempah pilihan, seperti kayu cendana, daun kemuning, biji klaber, dan sebagainya.
Fungsinya untuk memberikan kesegaran pada kulit, mengangkat sel-sel kulit ari yang mati, mengurangi bau badan, dan membersihkan kotoran kulit.
Lulur kedua yang digunakan putri Keraton Yogya adalah lulur kuning atau puspita kencono. Lulur yang terbuat dari bangle, temulawak, dan sebagainya ini digunakan pada acara-acara tertentu. Misalnya, terapan atau haid pertama putri Keraton Yogya, tetesan, sunat, dan menjelang pernikahan.
Advertisement
Dipajang di Festival Minum Jamu
Jamu favorit Keraton Yogyakarta itu turut ditampilkan dalam Festival Minum Jamu yang digelar di Plasa Ngasem, Yogyakarta, Sabtu, 17 Februari 2018. Festival ini baru pertama kali diadakan dan rencananya dilaksanakan rutin setiap tahun.
"Untuk mengenalkan tradisi minum jamu kepada anak muda, bahwa jamu bukan identik dengan orang dulu saja, tetapi bisa dinikmati siapa pun," ujar Widihasto Wasana Putra, ketua panitia acara.
Ia menuturkan, jamu atau meracik minuman dari tumbuh-tumbuhan merupakan tradisi bangsa yang sudah dikenal sejak dulu. Terbukti, di relief Candi Borobudur tergambar aktivitas membuat jamu.
Menurut Hasto, mengenalkan jamu juga turut mendukung perekonomian dalam negeri, mengingat minuman ini asli Indonesia.
Saksikan video pilihan di bawah ini: