Liputan6.com, Indragiri Hilir - Lebih dari 40 hari mencari, tim gabungan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan kepolisian di Kabupaten Indragiri Hilir, akhirnya berpapasan secara langsung dengan harimau Sumatera yang diduga pemangsa seorang karyawati perusahaan sawit, Jumiati.
Tak kurang dari dua jam petugas berhadapan dengan harimau sumatera atau kerap dijuluki warga setempat Datuk Belang ini. Tak ada petugas terluka meski sudah masuk dalam incaran dan buruan hingga akhirnya tim bantuan datang.
Kepala Bidang I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo, menuturkan kejadian bermula ketika petugas mendapat informasi adanya harimau di Blok 68 Kebun Tembusu, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, pada Senin, 20 Februari 2018. Esok harinya, petugas masuk ke lokasi itu.
Advertisement
Bergerak pukul 08.00 WIB ke lokasi tersebut, petugas menemukan cakaran di pohon dan jejak harimau yang masih basah. Petugas kian jauh menelusuri dan masuk ke Hutan Green Belt. Sekitar 50 meter masuk, jejak-jejak baru ditemukan.
Baca Juga
"Tak lama kemudian, di lorong hutan itu muncul harimau yang diduga memangsa karyawati perusahaan. Dia mendekat hingga berjarak hanya tiga meter," ucap Hutomo yang baru saja pulang dari lokasi, Rabu (21/2/2018).
Sambil mengerang, harimau ini bergerak ke samping dan membelakangi petugas. Dia pun mengambil ancang-ancang dengan jongkok untuk menyerang. Petugas berbalik dan bertatapan dengan harimau tadi.
Ditatap petugas, harimau ini kembali berdiri dan mengitari petugas. Tak kurang dari 120 menit atau dua jam, para petugas berhadapan dengan situasi tersebut. Petugas tak bergerak dan hanya mengikuti tatapan harimau sumatera.
"Dikitari dari samping, seolah menutup jalan keluar petugas. Mundur tidak bisa, begitu juga maju," sebut Hutomo.
Â
Lolos dari Ancaman Maut Harimau
Pada awalnya, menurut Hutomo, seorang anggota tim yang dibekali senjata api sempat menembak ke atas. Bukannya takut, harimau sumatera ini malah kian mendekat untuk menerkam.
Akhirnya, tim mengambil keputusan hanya berdiam, sembari sesekali mengucapkan takbir. Ada juga petugas yang mencoba berkomunikasi supaya harimau ini menjauh. "Salah seorang anggota tim akhirnya berhasil menghubungi posko dan meminta bantuan," ujar Hutomo.
Untuk mengevakuasi tim di lokasi, dikerahkan alat berat untuk masuk. Selanjutnya, tim bantuan berjalan sekitar 30 menit untuk menemukan koordinat yang dilaporkan.
Masuk ke hutan itu, tim bantuan membuat suara gaduh dengan meletuskan senjata api beberapa kali. Ternyata, suara gaduh ini didengar sang harimau dan menghilang di semak belukar.
"Petugas akhirnya keluar dari hutan itu menjelang siang, beruntung tidak ada yang diserang. Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya," Hutomo menerangkan.
Hutomo menambahkan, sikap harimau ini merupakan perubahan perilaku yang tak biasa. Seharusnya, saat harimau melihat manusia, biasanya menghindar bukannya mendekat dan berniat menerkam.
"Ini jadi kajian kami, bagaimana tindakan selanjutnya supaya tak membahayakan petugas dan harimau itu sendiri," katanya.
Hutomo juga berterima kasih kepada personel Polres Indragiri Hilir yang memilih untuk tak menembak harimau itu meski membahayakan. Sikap ini sebagai bentuk kesadaran pentingnya keberadaan harimau.
Â
Advertisement
Drama Menegangkan 3 Karyawati Dikejar Harimau
‎Rabu, 3 Januari 2018 menjadi hari nahas bagi Jumiati, karyawati perkebunan sawit. Dia bersama dua rekannya yang sedang mendata pohon sawit yang terserang hama berpapasan dengan harimau Sumatera.
Meski sudah berusaha menghindar, perempuan 30 tahun itu meninggal usai diterkam hewan buas berkulit belang itu. Kabid Humas Polda Riau, Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo, menyebut kejadian itu terjadi di Desa Tanjung, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Lokasi tepatnya di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni Estate PT THIP. "Korban karyawan di perusahaan tersebut. Kejadiannya pukul 10.00 WIB di perkebunan sawit," kata Guntur, Kamis siang, 4 Januari 2018.
Guntur menerangkan, pagi itu korban Jumiati bersama rekannya, Yusmawati dan Fitrianti, mendapat tugas mendata pohon sawit yang terserang hama.‎ Tiga jam mendata, ketiganya kemudian berjumpa dengan harimau di tengah berada di kebun.
Ketakutan, ketiganya berusaha menghindar, tapi mereka terus diikuti binatang buas dimaksud. Setelah berlari sekitar 200 meter, ketiganya agak bernapas lega karena melihat harimau berbelok arah menjauhi korban dan dua rekannya.
"Namun tiba-tiba dari arah depan, harimau tadi muncul lagi dari depan dan mengejar ketiganya," ucap Guntur menyampaikan informasi yang diperoleh dari polsek setempat.
Â
Panjat Pohon
Korban dan dua rekannya lalu menyelamatkan diri dengan memanjat pohon sawit yang berbeda-beda. Rekan korban, Fitriyanti, yang panik di atas pohon terjatuh dan masuk ke dalam lumpur.
Namun, harimau itu membiarkan Fitriyanti yang jatuh. Ia justru memanjat pohon sawit yang ada korban Jumiati di atasnya.
Harimau itu melompat dan berhasil menggigit kaki korban, sehingga korban terjatuh. Setelah bergumul selama 15 menit, harimau berhasil menerkam bagian belakang leher korban, sehingga korban tak bergerak lagi.
"Penuturan saksi selamat, harimau tadi memangsa bagian paha kanan korban dan meninggalkan lokasi," kata Guntur.
Rekan korban yang terjatuh tadi kembali memanjat pohon karena takut harimau itu balik lagi. Beberapa jam di atas pohon dan memastikan keadaan aman, keduanya turun dan memberitahukan kejadian mengerikan yang baru saja dialami ke karyawan lainnya.
Kepolisian mendapat kabar itu pada siang harinya. Bersama karyawan perusahaan, beberapa personel polisi masuk ke tengah kebun sawit dengan jarak tempuh sekitar 5 jam dan langsung mengevakuasi korban.
"Korban dievakuasi pada malam hari karena jaraknya jauh, dan di lokasi saat itu sudah tidak ada harimau," ucap Guntur.
Jenazah korban dibawa ke rumah duka setelah diperiksa medis. Usai penyerahan jenazah dari Polsek ke pihak perusahaan, jenazah korban diberangkatkan ke Kecamatan Balai, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, untuk dikebumikan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement