Sukses

Belum Usai, Difteri Masih Mewabah di Tanah Air

Pemerintah Bojonegoro menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di wilayah tersebut.

Bojonegoro - Adanya warga Bojonegoro yang terjangkit difteri menyebabkan pemerintah Kabupaten Bojonegoro menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di wilayah tersebut. 

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Bojonegoro, Totok Ismanto mengungkapkan, sejak awal Januari hingga sekarang data yang telah dihimpun ada delapan kasus difteri di Bojonegoro.

Jumlah ini, menyebar di beberapa kecamatan. Sebelumnya, penderita difteri ditemukan lima orang. Hingga Rabu, 21 Februari 2018, sudah delapan orang ditemukan terjangkit difteri.

Dia menyebutkan, ada salah satu warga Kecamatan Gondang yang dinyatakan positif terkena virus difteri. Kemudian, dilakukan perawatan di rumah sakit di Nganjuk. Selanjutnya, pasien tersebut dinyatakan meninggal.

"Yang warga Gondang itu berumur tiga tahun," ungkapnya kepada JawaPos.com.

Dia melanjutkan, selain di Kecamatan Gondang ada pula yang terjangkit di Kecamatan Kota Bojonegoro. Salah satu yang terjangkit adalah seorang mahasiswa. "Umurnya sekitar 20 tahun," ujarnya.

Menurut Totok, difteri bisa menyerang siapa saja, baik anak kecil, pemuda, hingga orang tua. Sebagai contoh, ada warga yang sudah berumur 20 tahun terjangkit difteri.

Bahkan, ada pula salah satu kasus difteri yang penderitanya berumur sekitar 60 tahun. "Tapi, untuk ini sudah ada penanganan. Sudah berangsur sembuh," kata dia.

Sementara itu, adanya satu kasus difteri terkonfirmasi laboratorium secara klinis dapat menjadi dasar kondisi KLB. Alasannya, karena tingkat kematiannya tinggi dan dapat menular secara cepat.

 

Baca berita menarik lainnya dari Jawapos.com di sini.

 

2 dari 2 halaman

Imunisasi Massal

Totok menjelaskan, difteri itu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan ditandai dengan adanya peradangan pada selaput saluran pernafasan bagian atas, hidung, dan kulit.

Gejalanya, lanjut dia, demam yang tidak terlalu tinggi, tetapi yang terjadi adanya selaput yang menutup saluran napas. Selain itu, bakteri tersebut juga mengakibatkan gangguan jantung dan sistem syaraf.

Dia melanjutkan, difteri merupakan penyakit yang berbahaya. Namun, bisa dicegah dengan cara imunisasi. Untuk itu, dinkes setempat telah melakukan penyuntikan difteri kepada masyarakat Bojonegoro.

Sasarannya berjumlah 327.561 yang terdiri dari umur 1 hingga 19 tahun. "Sudah kami lakukan imunisasi," tutur dia.

Imunisasi dilakukan di lokasi pelayanan kesehatan, seperti puskesmas hingga polindes. Selain itu, imunisasi dilakukan di sekolah-sekolah.

Dia menjelaskan, ada tiga kali putaran imunisasi ini, yakni, pada Ferbruari, Juli, dan November. "Ini sudah sampai 52 persen," dia menerangkan.

Disinggung adanya balita yang setelah disuntik difteri lalu mengalami panas, Totok mengaku itu merupakan bagian dari efek imunisasi. Sebab, ada suntikan dan vaksin yang masuk ke tubuh balita. "Jadi memang ada efek. Salah satunya demam," kata dia.

Apalagi, Totok melanjutkan, ada suntikan yang membuat kulit luka. Demam yang dialami oleh balita itu terjadi karena daya tahan tubuh yang kurang kuat. "Dua sampai tiga hari bisa reda kok panasnya," ujarnya.

Dia mengaku, saat dilakukan imunisasi itu banyak warga yang enggan karena takut dengan jarum suntik. "Bagi masyarakat yang menjadi sasaran imunisasi agar menjalankan imunisasi itu. Agar tidak terjadi masalah yang berat dikemudian hari," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini: