Liputan6.com, Semarang - Di manakah bertemunya buku dan angkutan umum perkotaan (angkot)? Jawabnya, di angkot Daryanto.
Buku dan angkot adalah dua hal yang sulit dicari titik temunya. Namun sosok Daryanto, seorang sopir angkot, mampu menyatukannya.
Berawal dari kegelisahan bahwa penumpang angkotnya terus turun. Daryanto mencoba bersilat ide. Ia ingin sebuah terobosan. Maka jadilah angkot yang memberi layanan tambahan berupa pinjam buku dan air mineral gratis.
Advertisement
Liputan6.com mencoba menemui, Kamis (22/2/2018). Meski jam digital di gawai sudah menunjukkan angka 09.14, Daryanto belum kelihatan di tempat biasa mangkal. Dekat pertigaan PLN dan Toko Ramai di jalan Gatot Subroto, Ungaran.
Jam digital menunjukkan angka 09.27. Sebuah angkot kuning bernomor polisi H 1202 FC menyusuri jalan Gatot Subroto dari arah selatan. Ia tak ngebut, tak juga berlaku slebor seperti umumnya angkot. Mobil yang disebut Puskot tersebut segera parkir di dekat halte bus kota.
Kepada Liputan6.com, sopir santun yang kelihatan terpelajar ini bercerita. Angkotnya baru mampu menyediakan 17 buku. Itupun buku-buku yang dibeli dari ngutang.
Baca Juga
"Buku-buku ini baru sebatas buku komik, kemudian tema agama, dan juga masakan," kata Daryanto.
Perpustakaan angkot yang dikelolanya itu sudah enam bulan beroperasi. Sebelumnya hanyalah angkot biasa. Kalaupun kemudian ia menyediakan buku, bukan karena khawatir dengan persaingan atau sepinya penumpang.
"Agar penumpang betah dan nyaman di angkot ini," kata Daryanto.
Daryanto mengaku resah dengan angkot atau penumpang yang grusa-grusu. Tidak menikmati perjalanan atau berlaku slebor. Dia mencari akal agar penumpang tidak buru-buru turun dan sopir tidak ngebut di jalanan.
"Bagi saya angkot bukan sekadar jalan mencari uang, namun bagaimana memberi kenyamanan. Sopir harus nyaman, penumpang harus nyaman. Makanya saya sediakan minum gratis, tapi ternyata tidak cukup, akhirnya saya tambah buku," katanya.
Daryanto mengaku tak hanya menguber rupiah. Dengan menyediakan air mineral gratis, sejatinya ia menjadi rugi. Apalagi ditambah buku dan wifi. Bahkan untuk menjaga persaingan tetap sehat, ia memperlakukan angkotnya secara wajar, tidak memberi tanda khusus. Meskipun sebenarnya memiliki fasilitas lebih dibanding angkot lain.
Sedikit Koleksi, Pantang Minta Sumbangan
Apa saja sih fasilitas di angkotnya?
"Kalau saya hanya mengejar uang, saya akan pamerkan di badan mobil tentang semua fasilitas, buku, air minum, wifi, TV sampai tempat sampah. Bahkan kalau ada penumpang yang tidak punya uang atau tidak ingin bayar, saya persilakan, tidak saya persoalkan. Ada orang naik angkot saya ini saja, saya sudah senang," kata Daryanto.
Daryanto mengaku persediaan bukunya tersebut menyesuaikan penumpang. Karena penumpang kebanyakan adalah ibu-ibu dan anak sekolah. Maka buku yang disediakan adalah buku menu masakan sampai komik.
"Peminatnya lumayan, terbukti dari 17 buku yang tersedia, sudah hilang lima. Berarti kan diminati," kata sopir murah senyum ini.
Lalu apa yang bisa diperoleh dari semua layanan yang disediakan itu?
"Saya mengamati penumpang, meski saya telah menyediakan buku, tapi masih banyak yang masuk langsung duduk kemudian memegang handphone," kata Daryanto.
Daryanto mengaku tak paham, apakah bacaan yang disediakan memang tidak menarik, ataukah karena rendahnya minat baca.
"Anehnya, saya makin semangat untuk memperbanyak koleksi buku di angkot ini," katanya.
Buku-buku yang jumlahnya tak seberapa itu, dibeli dengan cara mengangsur. Sehari ia mengangsur Rp 10 ribu. Daryanto ibarat lone ranger dalam perjuangan literasi di Kabupaten Semarang.
Ia juga tetap mandiri dan tak meminta disumbang buku. Tapi ia membuka kesempatan jika ada pegiat literasi yang ingin menyumbang atau menitipkan buku di angkotnya.
"Kalau ada yang memberi atau nitip buku malah saya suka. Iso mlaku bareng (bisa jalan bersama) agar banyak orang yang membaca," katanya.
Advertisement
Apa Kata Penumpang
Supriyati, salah satu penumpang mengaku paling suka dengan buku menu masakan. Keberadaan buku-buku di angkot itu sering memberi ide ketika ia buntu hendak masak apa. Supriyati mengaku sering baca buku di rumah, jadi baca buku dimanapun tak masalah baginya. Bahkan tanpa terasa, tiba-tiba sudah sampai tempat tujuan.
"Kadang saya malah sampai kebablasan turunnya," jelasnya.
Apakah Daryanto akan berkutat dengan angkotnya sepanjang hayat? Tidak. Ia menjawab tegas. Namun ia menginginkan koleksi bukunya terus meningkat. Jika koleksinya sudah banyak, buku-buku akan dia sumbangkan ke sekolah dasar.
"Agar terbiasa membaca dari kecil, tidak seperti saya, membaca sedikit saja sudah pusing, sudah ngantuk," kata Daryanto.
Daryanto menjalani kehidupannya dengan kost. Purwani, sang istri tinggal di rumahnya di Salatiga, tepatnya Jalan benoyo Karangpete, RT 9 RW 6, Kutowinangun lor kecamatan Tingkir. Daryanto mengaku lulus SD dan tidak memiliki kecerdasan.
"IQ saya memang rendah mas, juga pendidikan yang saya tempuh. Tapi sedih juga jika melihat penumpang yang langsung pegang handphone sementara ada buku yang tersedia," katanya.
Daryanto bahkan mengaku tak bisa berbicara di depan umum. Ia merasa minder karena pengetahuan dan wawasannya sempit.
Saat ini ia masih ingin menuntaskan keinginannya. Menggratiskan ongkos angkotnya tiap hari Jumat dari pukul 06.00 sampai pukul 09.00.
"Ini masih rembugan dengan istri. Karena saya jarang pulang ke rumah, jadi rembugan ya agak susah. Saya harus mendapat restu dari istri jika menjalankan Jumat gratis tersebut karena juga menyangkut uang yang saya berikan ke dia," katanya.
Dia mengaku sehari-hari dia mampu mengantongi uang sebesar Rp 50 ribu. Itu sudah potong sewa dan bensin. Dia menganggap bahwa hari Jumat sangat tepat memperbanyak perbuatan baik. Dia tidak merisaukan penghasilannya yang pas-pasan, karena anak yang tertua sudah bekerja dan bisa membantu keluarga.
"Punya dua anak perempuan, yang pertama kerja yang terakhir kelas 2 SMK,," katanya.
Mana Lebih Bodoh?
Sementara itu, dalam pandangan teman-teman seprofesinya, Daryanto dianggap sopir angkot yang kelebihan energi. Kepalanya penuh ide kreatif. Ia adalah kawan yang sangat baik.
Kenthus salah satunya yang menilai demikian. Kenthus yang usianya lebih tua tetap menghormati dan segan terhadap Daryanto. Panggilan "Pak Dar" adalah sebuah penghormatan yang tak ia berikan ke tiap orang.
"Pak Dar adalah sopir paling kreatif. Selalu ada ide yang muncul dari dia," kata Kenthus.
Meski demikian, kata Kenthus, tidak ada sopir yang menaruh iri pada Pak Dar. Bahkan perlahan sopir lain perlahan-lahan mencoba mengikuti cara yang dipakainya.
"Pak Dar justru memberi semangat pada kami agar bersama-sama membuat penumpang nyaman, membuat paguyuban ini semakin dikenal dan memberi manfaat pada sopir maupun penumpang," katanya.
Menyitir sebuah ungkapan pergaulan, "Meminjamkan buku adalah tndakan bodoh, namun lebih bodoh lagi adalah memngembalikan buku pinjaman." Bagi Daryanto ungkapan itu mestinya harus ditambah, "Dan dari semua kebodohan yang paling bodoh, adalah mendiamkan buku yang sudah disediakan secara gratis."
Selamat berjuang Pak Dar.
Advertisement