Liputan6.com, Purbalingga - Duka mendalam masih dirasakan oleh Muslikhin dan keluarga yang kehilangan anak tercintanya dalam tragedi longsor di Desa Jingkang, Kecamatan Karangjambu, Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis malam (22/2/2018) lalu.
Empat anak meninggal dunia dalam peristiwa itu. Selain anak tuan rumah, Sifaul Umam (9), tiga anak lainnya juga ditemukan tewas tertimbun di dalam kamar. Mereka adalah Abdul Rouf (11), Al Taromi (7) dan Safangatun Isnain (4).
Advertisement
Baca Juga
Rumah Muslikhin juga rusak berat. Seusai longsor, rumah memang masih tegak berdiri. Tetapi itu lantaran ditopang oleh material longsor yang menimbun hampir tiga meter.
Rumahnya tak lagi bisa ditempati. Selain ancaman roboh, tebing pun bisa sewaktu-waktu kembali longsor dan mengancam nyawa. Muslikhin dan keluarganya sementara ini diungsikan.
Kepala Desa Jingkang, Bambang Hermanto menerangkan, keluarga korban longsor diungsikan sementara waktu. Pemerintah pun akan segera merelokasi keluarga korban dan membangun rumah hunian sementara (huntara) bagi keluarga korban.
Bantuan logistik berupa bahan bangunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga pun telah diterima pemerintah desa Jingkang. Pembangunan akan segera dilakukan seusai penanganan bencana longsor.
Huntara untuk Korban Longsor
Saat ini keluarga korban longsor berada di Balai Desa Jingkang, sedangkan korban luka dirawat di Puskesmas Karangjambu dan Rumah Sakit Umum Daerah Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
"Akan segera kami bangun hunian sementara untuk keluarga korban longsor dan Alhamdulillah bantuan bahan bangunan dari BPBD sudah sampai. Kami akan bergotong royong untuk membangun hunian sementara tersebut," ucapnya, Jumat, 23 Februari 2018.
Rupanya, kekhawatiran tebing longsor juga dirasakan oleh tetangga di RT 03/4 di Desa Jingkang Kecamatan Karangjambu, Purbalingga. Pasalnya daerah ini memang rawan longsor.
Bupati Purbalingga, Tasdi pun mengakui, kawasan RT 03/RW 04 Desa Jingkang merupakan daerah rawan. Pasalnya, ada tebing tinggi yang labil dan sewaktu-waktu bisa longsor.
"Desa Jingkang, dan beberapa desa lain di wilayah Kecamatan Karangjambu, memang merupakan daerah rawan bencana," kata Tasdi, melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.
Advertisement
Pemkab Purbalingga Bakal Sewa Lahan Perhutani
Ia meminta agar rumah korban secepatnya direlokasi ke tempat yang lebih aman. Namun, lokasi aman tersebut hanya ada di tanah milik Perhutani sehingga harus meminta izin kepada Perhutani.
Padahal, untuk relokasi ke lahan Perhutani, dibutuhkan prosedur yang panjang. Di pihak lain, dibutuhkan langkah cepat untuk mengamankan korban longsor.
Karenanya, ia menginstruksikan kepada jajarannya untuk menyewa lahan milik Perhutani yang digunakan untuk relokasi. Langkah ini dinilai solusi tercepat penanganan pasca-bencana.
"Saya instruksikan untuk menyewa satu hektare tanah yang peruntukannya digunakan sebagai relokasi rumah keluarga Solikhin," Tasdi menegaskan.
Tasdi mengemukakan, bangunan itu akan dibuat lantai dua. Nantinya, bangunan itu bisa menjadi shelter atau penampung untuk mengevakuasi warga Jingkang lainnya jika sewaktu-waktu terjadi hujan lebat.