Liputan6.com, Pekanbaru - Dua Harimau Sumatera di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, ternyata tak hanya menjadi "buruan" tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam dan kepolisian.
Hewan dengan sebutan Datuk Belang itu ternyata juga diincar pemburu liar. Salah satu di antaranya merupakan pemangsa karyawati perusahaan sawit di sana, Jumiati.
Adanya dugaan pemburu liar ini dibuktikan dengan temuan puluhan jerat harimau, baik itu di perkebunan sawit maupun kawasan hutan di sana. Jerat-jerat ini sudah dibongkar petugas supaya tak membahayakan manusia dan harimau.
Advertisement
Baca Juga
"Ada puluhan yang kami temukan selama pencarian harimau ini," kata Kepala Bidang I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo, dihubungi dari Pekanbaru, Rabu 21 Februari 2018.
Selain jerat, Hutomo juga menyebut timnya menemukan beberapa pondok di tengah hutan. Bangunan dari kayu itu ketika ditemukan memang tak berpenghuni, tapi di dalamnya terdapat bahan membuat jerat.
"Ditemukan bahan pembuat jerat seperti kawat serta lainnya," kata pria yang baru saja pulang dari lokasi pencarian dan sekarang berada di Kota Pekanbaru.
Hutomo belum memastikan berapa jumlah atau kelompok pemburu liar di sana. Pasalnya, petugas tidak pernah menangkap tangan kelompok yang sedang memasang jerat.
"Sejak tim di lokasi memang tidak pernah berpapasan, diduga sudah kabur karena ada petugas," kata Hutomo.
Hingga hari ke 40 pencarian, petugas sudah beberapa kali melihat Harimau Sumatera dan merekam keberadaanya. Terbaru terjadi pada Selasa 20 Februari 2018 pagi ketika petugas masuk ke hutan.
Perburuan Mendebarkan
Kontak kali ini paling membuat petugas cemas. Pasalnya, harimau hanya berjarak 3 meter dan melokalisir petugas selama 2 jam di lorong hutan. Beberapa kali harimau itu bersiap menyerang dan mengeram.
"Beruntung petugas selalu menatap dan tak membelakangi harimau ini, meski telah dikitari 120 menit," ucap Hutomo.
Dalam tim itu, pawang yang didatangkan dari Aceh tidak ikut. Tim yang dibuat shok oleh harimau ini terdiri dari 2 polisi dan 10 petugas dari BBKSDA.
"Bukan pawang sebetulnya, tapi ahli dalam membuat perangkap harimau. Kami sering bekerjasama untuk mengatasi konflik manusia dengan harimau," ucap Hutomo. (M Syukur)
Advertisement