Liputan6.com, Singkawang - Kota Singkawang di Kalimantan Barat, bersolek menyambut Cap Go Meh atau hari kelima belas perayaan Tahun Baru Imlek. Sebanyak 1.038 tatung dipastikan ikut beratraksi dalam Festival Cap Go Meh Singkawang yang akan dihelat pada Jumat, 2 Maret mendatang.
"Jumlah peserta yang sudah terdaftar ini pasti dan harus keluar pada hari 'H' Cap Go Meh kelak," ucap Ketua Panitia Imlek dan Cap Go Meh Singkawang, Tjhai Leonardi, Minggu, 25 Februari 2018, dilansir Antara.
Ia pun menjelaskan rute-rute tatung yang akan dilalui. Rencananya, para tatung berkumpul di halaman Kantor Wali Kota Singkawang, pada Jumat, 2 Maret 2018, sekitar pukul 07.00 WIB.
Advertisement
Kemudian, para tatung berjalan menuju Jalan Firdaus, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Kepol Mahmud, Jalan Sejahtera, Jalan Budi Utomo, Jalan Saman Diman, Jalan Setia Budi, Jalan Niaga, dan finis di Jalan Pai Bakir (Altar).
Baca Juga
"Untuk panggung kehormatan, sesuai hasil rapat panitia bersama Pemkot Singkawang dan Forum LLAJ Singkawang telah disepakati akan dibangun di depan Gang Empat Lima, Jalan Pangeran Diponegoro," katanya.
Tjai juga memberikan apresiasi atas kerja keras dari panitia. Apalagi, kerja keras itu telah membuahkan hasil yang spektakuler, di mana pada perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun ini telah menyabet tiga rekor sekaligus dari Museum Rekor-Dunia Indonesia atau MURI.
"Tiga rekor MURI itu antara lain lampion dengan jumlah 20.607 unit, gerbang Cap Go Meh terbesar, dan 1.038 tatung yang merupakan jumlah tatung terbanyak di dunia," ia membeberkan.
Adapun Sekretaris Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Singkawang, Suryanto mengungkapkan hasil rapat yang digelar pada Jumat, 23 Februari lalu.
Menurutnya, para pejabat yang akan hadir untuk mengisi kursi VIP di panggung kehormatan nanti antara lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Pariwisata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, serta Menteri Pemuda dan Olahraga.
Termasuk, Duta Besar dari Jerman, Duta Besar Jepang, Duta Besar Korea Selatan, dan Duta Besar Australia. "Ini baru data sementara," ujar Suyanto seputar persiapan perayaan Cap Go Meh di Singkawang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Hikayat Tatung
Konon, hikayat tatung atau lauya ini hanya berkembang di Singkawang dan Pontianak. Budaya tatung adalah permainan tradisional menusuk diri dengan benda tajam, meminum darah ayam hidup, dan memotong bagian tubuh. Atraksi tatung mirip dengan debus di Banten, hanya saja di Singkawang dan Pontianak berlangsung secara massal.
Atraksi tatung itu awalnya dilakukan di Monterado, tempat pendulangan emas di Kabupaten Bengkayang. Saat itu, lima jenderal asal China tiba di Kalimantan dan salah satunya, Jendral Ng Kang Sen. Ia menemukan banyak warga yang terkena penyakit, lantas ia mengobatinya dengan cara mengusir roh jahat itu.
Tanpa tatung, maka tak ada perayaan Cap Go Meh. Pepatah ini berlaku bagi warga Kota Singkawang. Berkat kehadiran para tatung, Perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang menjadi dikenal, serta menjadi pusat perhatian wisatawan dan media.
Beberapa waktu lalu kepada Liputan 6 SCTV, salah seorang pemerhati budaya di kota itu menegaskan bahwa tatung merupakan simbol perlawanan terhadap roh jahat atau energi negatif, juga simbol harapan untuk mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran.
Sosok tatung bukan orang sembarang. Sosok yang identik dengan kesaktian itu diyakini dilahirkan karena takdir. Mereka itu memiliki tulang naga (liung kut), sehingga ia bisa dimasuki arwah-arwah para ksatria dan kebal terhadap senjata tajam.
Ketika perayaan-perayaan usai, ketika aksi-aksi mistis berakhir, dan ketika gemuruh tepuk-tangan habis, para tatung kembali ke kehidupan nyata. Mereka pun kembali menjemput profesi mereka sehari-hari sebagai sopir, montir, atau petani, juga kemiskinan. Mereka umumnya dari kalangan berpendidikan rendah.
Menjadi tatung umumnya karena panggilan jiwa. Mereka bertutur, mereka bahagia bisa menjadi bagian dari kehidupan budaya di kota itu.
Â
Advertisement
Cap Go Meh Berdampak pada Perekonomian Warga
Boleh dibilang, perayaan Cap Go Meh akan berdampak signifikan terhadap perekonomian warga setempat. "Masyarakat dan pelaku usaha akan merasakan dampak langsung dari pergelaran event tahunan ini," kata pengamat ekonomi di Kota Singkawang, Nova Wijaya, Senin (26/2/2018), diwartakan Antara.
Dari segi ekonomi, Cap Go Meh berdampak ada kontribusi peningkatan pendapatan masyarakat khususnya yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan.
Efek lanjutan berdasarkan perhitungan ekonomi, menurut Nova, adalah lima kali lipat dana yang dikeluarkan pemerintah akan masuk ke sektor-sektor jasa yang ada di Kota Singkawang.
Hal ini tentu akan berjalan sebanding lurus dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bakal diperoleh oleh Pemerintah Kota Singkawang.
"Dampaknya dari banyaknya orang berkunjung, misal ke lokasi wisata ke pasar, kuliner dan suvenir. Keuntungan bagi pemerintah sendiri adalah PAD yang didapat," ujarnya.
Namun, yang perlu diingat oleh pelaku usaha dan Pemerintah Kota Singkawang sendiri adalah diperlukan tata kelola peraturan yang jelas. Hal ini mengingat ramainya wisatawan yang akan hadir nantinya.
Tata kelola yang dimaksud seperti memberikan rambu-rambu bagi pelaku usaha jasa. Misalnya di bidang perhotelan maupun penginapan agar tidak menaikkan biaya jasa yang diluar kewajaran, seperti biaya kamar standar yang kemudian dibebankan berkali-kali lipat kepada wisatawan.
"Karena hal tersebut akan jadi preseden buruk apabila selepas pengunjung datang saat pulangnya justru menggunjingkan biaya-biaya yang tinggi yang dikeluarkan," katanya.
Selain itu, Nova melihat tren di mana banyak pengunjung sekarang lebih memilih menginap di ibu kota provinsi dan hanya menghabiskan waktunya selama sehari saat acara puncak Cap Go Meh.
Alhasil, pedagang kaki lima (PKL) ataupun sektor jasa lainnya, tidak mendapatkan pendapatan yang semestinya seperti saat pengunjung menginap di Kota Singkawang. "Karena ada faktor biaya yang mereka pikirkan, semoga ke depannya bisa saja ada regulasi mengenai tarif minimal ataupun batas atas," ujarnya.
Ada korelasi di mana ajakan datang ke Singkawang melalui slogan Pemerintah Kota Singkawang sebagai kota jasa dan wisata yakni "Pasti ke Singkawang" dengan kebutuhan pengunjung itu sendiri.
"Pastinya pengunjung yang datang itu memiliki kocek yang relatif, dan semuanya butuh penginapan layak dengan harga yang layak pula," katanya.
Â
Pekan Kuliner Cap Go Meh Pontianak
Tak hanya Singkawang, Kota Pontianak pun bersolek menyambut Cap Go Meh. Bahkan, Pekan Promosi dan Kuliner Pontianak, dalam rangkaian Festival Imlek dan Cap Go Meh tahun 2018, di Jalan Diponegoro, Minggu, 25 Februari 2018, resmi dimulai.
Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Pontianak, Mahmudah dalam sambutannya pada pembukaan Pekan Promosi dan Kuliner 2018 mengatakan, promosi kuliner menjadi salah satu upaya memperkenalkan seni budaya ke masyarakat luas. Dengan kata lain, seni budaya harus dilestarikan oleh semua masyarakat.
Pekan Promosi dan Kuliner Pontianak, dalam rangkaian Festival Imlek dan Cap Go Meh dan Imlek tahun 2018, dimulai 25 Februari hingga 4 Maret mendatang. Ajang ini juga akan diisi berbagai kegiatan, kesenian budaya Tioghoa, salah satunya kompetisi barongsai.
Ia berharap, kuliner dan promosi tersebut bisa dimanfaatkan sebagai penggerak sektor perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Pekan Promosi dan Kuliner itu bisa jadi daya tarik wisatawan, baik nasional maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kota Pontianak, dan Kalbar umumnya.
"Kami berharap ke depannya harus dikemas lebih menarik lagi dari tahun-tahun sebelumnya, seperti menampilkan makanan khas Imlek dan lainnya," katanya, dilansir Antara.
Mahmudah juga mengajak semua pihak agar selalu menjaga iklim di Kota Pontianak yang saat ini sudah tercipta aman dan tenteram itu. Apalagi, saat ini, tahapan Pilkada Serentak 2018 sedang dilangsungkan.
"Saya mengajak semua pihak agar tidak mudah terpengaruh oleh berita hoaks, dan lebih cerdas dalam menggunakan media sosial," ujarnya.
Adapun Ketua Panitia Pekan Promosi dan Kuliner Pontianak 2018, Heri Candra mengatakan, penyelenggaraan tahun ini agak beda dari tahun sebelumnya. Konsep promosi dimasukkan mendampingi kuliner. Tujuannya untuk lebih memeriahkan tahun baru Imlek dan menjaga adat budaya Tionghoa dengan menyesuaikan yang ada di Indonesia.
"Ini untuk nostalgia dan kuliner, serta belajar menghargai budaya lain dengan makan apa yang mereka makan, budaya punya nilai universal masing-masing, dan jati diri masyarakat," tuturnya.
Pekan Promosi dan Kuliner Pontianak, dalam rangkaian Festival Imlek dan Cap Go Meh dan Imlek tahun 2018, yang diselenggarakan di Jalan Diponegoro itu, diisi 75 stan. Terdiri dari stan kuliner, elektronik, otomotif, ketangkasan nonjudi, dan hiburan. Ada pula panggung utama yang akan menampilkan berbagai macam hiburan dan kesenian daerah.
"Kami berharap kegiatan ini bisa dapat respons, dengan meningkatnya kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Kota Pontianak," ujarnya.
Advertisement