Sukses

Tepergok Warga, Ini Dia Sosok Pria Penyusun Batu di Sungai

Bentuk susunan batu yang ditemukan kali ini, berbeda dibanding sebelumnya. Jumlahnya lebih banyak, ukurannya batu yang digunakan pun lebih besar.

Liputan6.com, Garut - Ratusan tumpukan batu atau lebih dikenal dengan seni rock balancing, kembali ditemukan di aliran Sungai Cibojong, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penemuan berada di tempat yang sama dengan temuan pada awal Februari lalu.

Temuan tumpukan batu yang terulang ini tidak hanya menjadi perhatian warga sekitar. Aparat desa setempat, termasuk anggota polisi, langsung meninjau lokasi temuan.

"Ditemukannya kemarin oleh warga sekitar Kampung Cibojong," ujar Sekretaris Desa Jayabakti, Agus Muzamil dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (27/2/2018).

Bentuk susunan batu yang ditemukan kali ini, berbeda dibanding sebelumnya. Jumlahnya lebih banyak, ukurannya batu yang digunakan pun lebih besar.  Aparat setempat juga memastikan tidak akan bertindak responsif. Temuan kali ini tidak dikaitkan dengan hal-hal mistis apapun.

Aparat dan warga sudah menyadari bahwa tumpukan batu tersebut bukan muncul begitu saja. Ada warga yang membuat dengan alasan sebatas karya seni.

"Akan dibiarkan saja, tidak akan kami bongkar," tutur Agus.

 

2 dari 3 halaman

Sosok di Balik Tumpukan Ratusan Batu di Tengah Aliran Sungai

Susunan batu di Sungai Cibojong kembali jadi perbincangan warga sekitar. Hal mistis yang sempat dikaitkan dengan temuan ini pun sirna. Ada warga yang memergoki seorang pria si penyusun batu.

Dialah Rahmat Apandi (30), pria gondrong yang masih warga sekitar ini mengaku membuat ratusan tumpukan batu seorang diri.

"Ada sekitar 150 tumpukan batu. Satunya dibuat sekitar dua menit," singkat Rahmat Apandi kepada wartawan.

Pria yang bekerja sebagai buruh serabutan ini kemudian mempraktikkan penyusunan batu. Disaksikan warga dan aparat polisi, ia turun ke aliran sungai dan mulai mencari batu untuk disusun.

Satu persatu batu dengan mudah ia susun. Benar saja, waktu yang Ia butuhkan untuk membuat satu tumpukan batu tidak lebih dari dua menit.

"Kalau bikin kayak gini, memang sudah dari kecil," kata dia.

Rahmat mengaku hanya bekerja sebagai buruh serabutan. Hobinya unik ini dilakukan seorang diri, tanpa bergabung dengan komunitas apapun.

 

3 dari 3 halaman

Hanya sebagai Karya Seni

Rahmat mengaku tidak memiliki niat untuk membuat kehebohan. Apa yang dilakukannya hanya sekadar iseng, menyalurkan bakat seni.

"Cuma seni aja," kata Rahmat.

Ia tidak menyangka keisengannya malah menjadi kontroversi di tengah masyarakat. Rahmat pun terkesancuek dengan tindakan yang akan dilakukan warga sekitar atau aparat pemerintah.

"Kalau mau dihancurin, hancurin saja," kata dia.

Rahmat mengaku menyusun ratusan tumpukan batu dalam waktu setengah hari atau sekitar enam jam. Semuanya tumpukan batu dibuat saat siang hari.

"Bikinnya pas lagi cari barang bekas, iseng-iseng saja," singkat Rahmat.

"Yang kemarin juga saya yang bikin," tambahnya.