Sleman - Ada janur kuning dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Bukan tanpa alasan janur kuning muncul pada masa perjuangan Indonesia itu.
Kepala Bagian Operasional Monjali, Nanang Dwinarto mengungkap makna janur kuning sebenarnya digagas oleh Soeharto menjelang peristiwa Serangan Umum 1 Maret. Tujuannya, untuk membedakan pasukan perjuangan yang benar-benar ingin mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Saat itu kan banyak penyusup dari Indonesia yang mendukung Belanda, jadi untuk membedakan ya pasukan yang benar-benar berjuang di Serangan Umum 1 Maret, untuk mempertahankan Indonesia. Janur kuning inilah yang digunakan untuk identitas," ungkapnya kepada KRJogja.com.
Gerakan yang kemudian dilaksanakan 1 Maret 1949 pukul 06.00 WIB tersebut akhirnya dinilai berhasil karena pasukan Belanda bisa tertahan hingga siang hari.
Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Bisa Dipisahkan dari Sejarah Bangsa
Headline berita-berita internasional pun akhirnya mengungkap bahwa TNI masih kuat tidak seperti yang disampaikan Belanda sebelumnya.
Monjali saat ini juga berupaya mendukung 1 Maret sebagai hari nasional layaknya Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November. Berbagai upaya pun ditempuh untuk mewujudkan agenda tersebut.
"Salah satunya pemecahan rekor MURI bambu runcing terbanyak hari ini. Kami ingin menyampaikan bahwa Serangan Umum 1 Maret 1949 memegang peran penting untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kami tidak berbicara satu-dua tokoh, tapi peristiwanya yang tak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa," sambungnya.
Untuk memeringati hari bersejarah itu, warga Monjali melakukan upacara di Monumen Jogja Kembali. Para peserta upacara tampak mengenakan janur kuning yang dikalungkan di leher, Kamis (1/3/2018).
Advertisement