Sukses

95 Ribu Ton Kopi Bengkulu Siap Panen, Siapa Bisa Bantu Ekspor?

Kendala yang dialami Bengkulu selama ini tidak bisa melakukan ekspor kopi secara langsung.

Liputan6.com, Bengkulu - Provinsi Bengkulu yang berada di jajaran bukit barisan dan menghadap langsung ke Samudra Hindia tercatat sebagai salah satu wilayah penghasil kopi terbanyak di Indonesia. Produksi kopi yang hampir seluruhnya merupakan kebun rakyat dengan produksi utama jenis Robusta saat ini tengah bersiap menembus pasar dunia.

Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Provinsi Bengkulu Bebby Hussy mengatakan, saat ini para petani sedang menunggu waktu panen raya. Pertengahan bulan Maret hingga September tahun ini, Provinsi Bengkulu diperkirakan akan menghasilkan setidaknya 95 ribu ton biji kopi kering hijau atau Green Beans.

"Paling tidak setengah dari total produksi kopi tahun ini kita coba ekspor," ungkap Bebby di Bengkulu Sabtu 3 Maret 2018.

Kendala yang dialami Bengkulu selama ini tidak bisa melakukan ekspor kopi secara langsung disebabkan tidak adanya pemain ekspor besar yang mampu menembus pasar dunia. Selama ini melalui provinsi tetangga seperti Lampung dan Sumatra Selatan.

Kepengurusan AEKI Bengkulu yang baru beberapa hari dilantik saat ini tengah mempersiapkan kelengkapan dokumen dan daya dukung ekspor lain seperti mesin kontrol kualitas dan membuka peluang pasar internasional.

Kesepakatan berupa nota kesepahaman antara AEKI dengan PT Pelindo II sebagai operator pengelola pelabuhan samudra Pulau Baai Bengkulu juga sudah ditandatangani. Artinya untuk mengirim kopi melalui jalur laut sudah tidak ada masalah. Apalagi pihak Pelindo juga menyiapkan kontainer kopi dan kapal pengangkut yang khusus menyinggahi Bengkulu secara rutin akan segera dioperasikan.

"Angkutan lewat jalur laut akan memudahkan kita menghitung kuota ekspor kopi," ujar Bebby Hussy.

Saksikan video di bawah ini:

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Mitra Pemerintah Tingkatkan PAD

Rencana ekspor kopi Bengkulu disambut baik pemerintah Provinsi Bengkulu. Pelaksana tugas Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, ekspor langsung dari Bengkulu melalui negara tujuan tentu saja berdampak kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah atau PAD. Jika selama ini ratusan ribu ton kopi yang keluar dari Bengkulu tidak terkontrol dan Bengkulu sebagai wilayah penghasil tidak ada pemasukan.

"AEKI ini mitra strategis pemerintah, kita dorong untuk ekspor dan ada pajak yang bisa dikutip untuk daerah," jelas Rohidin.

Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu mencatat, perkebunan kopi Robusta Bengkulu luasnya mencapai 95.313 Ha, antara lain berlokasi di Bengkulu Utara seluas 12.213 hektare, Kabupaten Muko-Muko 147 hektare, Rejang Lebong 21.059 hektare, Kepahiang 24.017 hektare.

Kemudian di Kabupaten Lebong seluas 7.624 hektare, Bengkulu Selatan 3.082 hektare, Seluma 16.760 hektare, Kaur 7.985 hektare dan Kota Bengkulu seluas 21 hektare. 

Dengan melakukan ekspor sendiri,  tentu akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani, harga kopi yang berstandar internasional akan diberlakukan. Yang terpenting tentu saja, neraca ekspor Bengkulu akan naik.

"Petani kopi juga jangan terbuai, tingkatkan kualitas dan hasil produksi, kami akan terus melakukan langkah pembinaan," lanjut Rohidin.

3 dari 3 halaman

Kopi Bengkulu Sangat Berkualitas

Kopi Bengkulu yang selama ini sangat jarang didengar ternyata memiliki kualitas yang sangat baik. Pengolahan yang dilakukan beberapa pemain kopi dengan standar Internasional ternyata mulai diminati para pencinta kopi.

Wakil Ketua Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Indiustri Kopi Indonesia Pranoto Sunarto menagatakan, mayoritas tanaman kopi yang berada di ketinggian 400 hingga 1.200 meter dari permukaan laut, membuat kopi Bengkulu berada pada strata tertinggi untuk kualitas kopi premium. Apalagi petani kopi Bengkulu tidak mengenal pupuk yang mengandung bahan kimia.

"Sangat tepat untuk kopi premium jenis Fine Robusta, ini organik," tegas Pranoto.

Ketua Komunitas Kopi Bengkulu Herry Supandi menyatakan, pihaknya terus melakukan pembinaan kepada para petani untuk menjaga kualitas kopi dengan metode petik buah merah. Selain itu, pola penjemuran dan pengeringan buah kopi yang selama ini dialkukan diatas tanah, lantai semen hingga di atas aspal jalan juga sudah mulai ditinggalkan.

Para petani mulai melakukan jemur kopi diatas wadah dengan ketinggian minimal 80 centimeter. Tujuannya supaya aroma dan rasa kopi tetap terjaga dan tidak tercampur dengan aroma lain.

"Sifat kopi itu menyerap bebaunan yang ada di sekitar, kita terus melakukan edukasi kepada petani," kata Herry Supandi.