Liputan6.com, Indragiri Hilir - Perburuan harimau Sumatera di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, akhirnya melibatkan tim medis. Tim ini nantinya akan menembak bius pemangsa karyawati perusahaan sawit, Jumiati, pada 3 Januari 2018 lalu.
Menurut Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau, Mulyo Hutomo, tim medis terdiri dari empat dokter dan dua paramedis. Paramedis ini juga punya keahlian menembakkan bius ke hewan liar.
"Untuk penembak (bius) mereka juga. Ada 6 orang jumlahnya, sudah dua hari di lokasi," ucap Hutomo yang berada di lokasi, Senin siang, 5 Maret 2018.
Advertisement
Hutomo menyebutkan, harimau betina yang diberi nama Bonita itu terakhir terpantau di Kampung Danau, desa tersebut. Kontak secara langsung antara tim dengan Bonita terjadi pada Senin pekan lalu.
Baca Juga
Harimau ini terpantau memiliki pola gerak yang sama, mulai dari barat ke timur dan sebaliknya. Dengan pola ini, tim berkeyakinan bisa nantinya melumpuhkan hewan belang ini tanpa membahayakan nyawanya.
"Nanti di tempat terbuka langsung ditembak. Tempat terbuka yang dimaksud sudah menjadi pola geraknya," kata Hutomo.
Hutomo menjelaskan, tim medis didampingi tim yang sudah dua bulan mencari jejak harimau. Meski tim sebelumnya bertatapan langsung dengan harimau dan sangat menegangkan, tidak ada yang trauma.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pelajari Tingkah Laku Harimau Bonita
Hutomo memaparkan pula, selama ini, tim membawa senjata, tapi bukan untuk menangkap. Mereka hanya mempelajari tingkah laku serta pola geraknya. Hasilnya, tim berkesimpulan penembakan bius sudah saatnya dilakukan.
"Perjumpaan merupakan keniscayaan, pengin ketemu lebih dekat. Bukan menembak, tapi mengetahui perilaku. Dan saat ini sudah pas didatangkan tim penembak bius," kata Hutomo.
Bius ini disebut bereaksi selama 15 menit. Usai itu tim akan melacak keberadaan hewan yang dibius untuk ditangkap dan diselamatkan. Makanya, tempat terbuka menjadi pilihan penembakan nantinya.
"Untuk memancingnya, tim juga menggeser jerat-jerat yang dipasangi umpan ke jalur-jalur yang dilaluinya nanti. Pola geraknya sudah pasti setelah dipelajari," sebutnya.
Sejauh ini, harimau Bonita masih menjadi prioritas karena diduga kuat sebagai pemangsa Jumiati. Perilakunya sejak itu juga berubah karena lebih berani kontak dengan manusia dan hilir mudik perkampungan.
"Untuk yang satunya (Boni) nanti dilihat, apakah juga sering masuk ke perkampungan. Tapi, sejauh ini, baru Bonita yang sering masuk ke perkampungan," ujar Hutomo.
Untuk Bonita, nantinya jika ditangkap akan diobservasi terlebih dahulu. Usai itu tim akan mengkaji lokasi pelepasliarannya supaya tidak berkonflik lagi dengan manusia.
Adapun di desa tersebut ada dua harimau Sumatera betina yang terpantau. Satu diberi nama Boni dan satunya Bonita. Nama terakhir sering masuk ke perkampungan serta diduga kuat pemangsa Jumiati dan lebih berani bertatapan dengan manusia.
Advertisement