Sukses

Cerita Dua Sejoli yang Menjelma Jadi El Maut

Bak adegan dalam film klasik kungfu Hong Kong, sepasang kekasih ini menumpang perahu nelayan dalam pelariannya.

Liputan6.com, Semarang - Kisah asmara selalu mengharu biru. Tak jarang mereka yang jatuh cinta mengorbankan segalanya untuk membahagiakan kekasihnya. Bahkan mungkin kebebasannya. Seperti kisah pembunuhan berikut.

Rifai, tokoh kita kali ini. Masih remaja, berusia 23 tahun. Warga Mangkang Wetan, Semarang, Jawa Tengah ini sangat sayang dengan pacarnya, Yuliana. Meski berprofesi sebagai asisten rumah tangga, Yuliana terlihat sempurna di mata Rifai.

Sebagai asisten rumah tangga, Yuliana sangat rajin. Sebelum majikannya bangun, ia sudah mulai membereskan rumah Metha Novita Handayani (38) di Perum Permata Bukit Delima B-9, Ngaliyan. Yuliana bercerita, sekalipun rasa sayangnya sangat dahsyat, namun Metha mencoba campur tangan dan melarang Yuliana berpacaran dengan Rifai.

"Pacar saya dimaki. Dibilang orangnya hitam, kere, dan tidak bekerja," kata Yuliana.

Sakit hati? Iyalah. Namanya juga pacar, harus dibela, begitu pikir Yuliana. Maka ia pun melapor kepada Rifai.

Malang tak dapat ditolak, usai berkeluh kesah kepada Rifai, Yuliana diberhentikan dari pekerjaannya. Kebencian Yuliana mengejawantah menjadi dendam. Ia ingin membalas.

"Kamu berani enggak ngerjain bu Metha? Kan waktu kerja di sana aku dan kamu sering dimaki-maki," kata Yuliana.

Rifai langsung mengiyakan. Bagaimanapun Yuliana adalah calon istrinya. Bahkan sudah pula dilamar. Bersama temannya ia mendatangi Metha.

Nyali ikut berbicara, dan asmara kadang kala mampu membangkitkan nyali. Mereka berdua mendatangi rumah Metha. Singkat cerita, Rifai sukses membekap dan akhirnya membunuh Metha Novita Handayani dengan tusukan pisau, Kamis, 1 Maret 2018.

Setelah membunuh majikan, sejoli itu lalu kabur ke rumah Rifai, di wilayah Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang. Gelisah dan takut, akhirnya pasangan Rifai-Yuliana berjalan ke wilayah tambak.

"Saya seharian tidur di gubuk di tambak," kata Rifai.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Sedikit tentang Pelariannya

Tiduran di gubuk dengan hati gelisah dan takut ketahuan, mengharuskan mereka bergerak. Hari berikutnya, layaknya sepasang kekasih yang merajut kenangan, mereka kemudian menumpang perahu nelayan hingga muara Banjir Kanal Barat Semarang.

Pelarian berlanjut. Mereka menuju Stasiun Poncol. Tapi sesampai di stasiun, mereka berubah pikiran. Mereka memesan taksi online dan meminta diantar ke Banyumanik.

Dari situ, mereka lalu pergi ke Stasiun Poncol untuk diantarkan menuju wilayah Banyumanik. Inilah akhir perjalanan dan pelarian mereka, karena polisi sudah menjemput dan langsung menangkap.

Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Abiyoso Seno Aji menjelaskan bahwa motif pembunuhan mama muda itu memang sakit hati berujung dendam. Saat membunuh, Rifai mengaku sempat menyakiti anak Metha karena menangis mengetahui ibunya dibunuh.

"Saya tidak berniat melukai anak Bu Metha, namun karena menangis saya takut saya cekik dan tampar agar diam," kata Rifai, Senin, 5 Maret 2018, di Mapolrestabes Semarang.

 

3 dari 3 halaman

Terungkap, Tertangkap

Pengungkapan dan penangkapan sepasang kekasih maut ini terkesan begitu mudah meskipun bagi para pelaku petualangannya melarikan diri rasanya sangat lama. Diawali dari tetangga yang mengetahui pembunuhan Metha.

Tetangga tadi mencoba menyusul Yuliana karena telah melarikan diri. Dari situ polisi mendapat ciri-ciri Rifai dan Yuliana. Polisi berkoordinasi dengan seluruh polsek yang ada, sehingga ketika ada warga yang mengenali wajah Rifai dan Yuliana langsung melapor ke polisi.

Total tiga hari pasangan maut ini berada di zona galau karena melarikan diri. Sabtu, 3 Maret 2018, mereka resmi ditahan.

Bagaimana setelah ditangkap?

"Menyesal. sangat menyesal. Saya khilaf karena cinta dengan Yuliana. Saat diminta ngerjain Bu Metha langsung mau, apalagi saya pernah diejek Bu Metha. Yuliana juga dilarang pacaran dengan saya karena hitam, pengangguran," kata Rifai.

Sementara, Abiyoso mengungkapkan pembunuhan tersebut direncanakan Yuliana dan Rifai satu hari sebelum kejadian. Arsitek pembunuhan adalah Yuliana. Bukti sangat kuat karena dia yang menyuruh.

"Mereka sempat mengitari rumah korban dua kali, setelah dirasa sepi mereka masuk dan beraksi dengan pisau dapur," kata Kapolrestabes.

Sepasang kekasih maut itu tak lagi merdeka. Rencana pernikahan buyar di tengah jalan. Bahkan, Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana subsider Pasal 338 KUHP sudah menunggu.