Sukses

Menteri Tantang INSTIPER Buka Sekolah di Kalimantan dan Sumatera

Menristekdikti mengapresiasi keberadaan INSTIPER Yogyakarta dan meminta perguruan tinggi perkebunan swasta tertua di Indonesia itu menjadi pionir teknologi sawit.

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berkunjung ke Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta, Rabu 7 Maret 2018. Kedatangan Nasir ke perguruan tinggi pertanian swasta tertua di Indonesia ini untuk meresmikan gedung pertemuan baru Grha INSTIPER dan memberikan kuliah umum.

Ini untuk pertama kalinya sejak berdiri pada 1958, INSTIPER dikunjungi Menristekdikti. Dia kagum dengan keberadaan INSTIPER yang mampu menghasilkan lulusan yang menjaga perkebunan dan pertanian di Indonesia.

"INSTIPER sebagai perguruan tinggi swasta terbaik harus memimpin teknologi sawit di Indonesia," ujar Nasir.

Ia menilai Indonesia masih membutuhkan teknologi untuk hilir di perkebunan kelapa sawit. Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia seharusnya bisa menentukan harga.

"Indonesia bisa memproduksi tetapi mengapa tidak bisa menentukan harga," tutur Nasir.

Teknologi hilir perlu ditingkatkan karena selama ini Indonesia menghasilkan minyak sawit yang belum sesuai dengan standar dunia. Menurut Nasir, kondisi itu yang menyebabkan minyak sawit dari Indonesia sering dikeluarkan kualitasnya.

Nasir juga mendorong INSTIPER Yogyakarta untuk mendirikan sekolah vokasi di Sumatera dan Kalimantan. Kemenristekdikti bersedia mendukung.

Perkebunan sawit ada di Indonesia bukan terletak di Jawa, melainkan di pulau-pulau itu. Alasan itulah yang melatarbelakangi Kemenristekdikti mengembangkan pendidikan di sana.

"Apalagi selama ini kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar juga sudah terjalin baik, jadi sumber daya manusia juga baik," ucap Nasir.

 

2 dari 3 halaman

Minat Kompetensi Kelapa Sawit Sejak 2005

Rektor INSTIPER Yogyakarta, Purwadi, mengatakan minat kompetensi kelapa sawit di kampusnya sudah ada sejak 2005. Setidaknya terdapat 2.157 sarjana yang lulus dari kompetensi kelapa sawit.

"Oleh karena itu jika bapak presiden menyarankan untuk mendirikan fakultas atau jurusan kelapa sawit, kamu sudah menyelenggarakan sejak 13 tahun lalu," tuturnya.

Pada tahun akademik 2017/2018, jumlah mahasiswa INSTIPER sebanyak 3.529 orang, terdiri dari 60 persen mengambil kompetensi kelapa sawit dan 15 persen merupakan mahasiswa program beasiswa ikatan dinas sejumlah perusahaan.

INSTIPER berdiri pada 10 Desember 1958 dengan nama Perguruan Tinggi Staf Perkebunan, lalu berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Perkebunan, berubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Pertanian, dan terakhir bernama Institut Pertanian Stiper. Perguruan tinggi ini memiliki lima program studi S1 dan satu program studi S2 berupa Magister Perkebunan.

 

 

3 dari 3 halaman

Gedung Baru Senilai Rp 22 Miliar

INSTIPER Yogyakarta juga memiliki gedung baru keenam yang diresmikan oleh Menristekdikti. Pembangunan Grha INSTIPER menelan biaya Rp 22 miliar.

Saat ini, perguruan tinggi tersebut juga memulai pembangunan dua gedung untuk perpustakaan pusat dengan luas 2.200 meter persegi terdiri dari empat lantai serta gedung instalasi pilot plant lapangan di Kampus Lapangan Bawen Ungaran atau Stiper Edu Agro Tourism.

"Kami bersyukur semua bisa dibiayai sendiri lewat pengelolaan uang dari mahasiswa," ucap Purwadi.

Ia juga meminta dukungan Kemenristekdikti untuk mengisi peralatan di perpustakaan dan instalasi pilot plant.

Â