Sukses

Kisah Getir Istri Bunuh Suami Setelah 22 Tahun Jadi Korban KDRT

Kasus istri bunuh suami. Suciati merasa lega sang suami yang sering melakukan KDRT sudah meninggal dunia.

Liputan6.com, Palembang - Aksi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami Suciati (37) berakhir tragis. Tak tahan menjadi korban KDRT selama 22 tahun, membuat Suciati nekat menghabisi suaminya sendiri, Isnadi (39).

Warga Jalan Kemas Rindo, Lorong Segayam, Kecamatan Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ini merasa rumah tangga yang dibinanya sejak usia 15 tahun, tidak pernah merasakan kebahagiaan.

Suaminya yang temperamental dan keras kepala, selalu melakukan KDRT dengan memukuli tanpa belas kasihan terhadap Suciati dan anak-anaknya.

Di tengah buruknya perilaku sang suami, Suciati kembali dihadapkan pada kenyataan sang suami telah mempunyai Wanita Idaman Lain (WIL).

Karena kesabarannya sudah habis, Suciati akhirnya nekat menghabisi suaminya, yang diakuinya merupakan cinta pertamanya.

Pada hari Rabu (7/3/2018) sekitar pukul 05.00 WIB, pelaku mencari suaminya, karena tidak pulang ke rumah. Dia merasa cemas dengan suaminya, terlebih sedang malam hari, hujan turun dengan derasnya.

Suciati lalu mendatangi tetangganya, yang diketahuinya sebagai rumah WIL sang suami. Saat Suciati datang ke sana, dia melihat sang suami sedang tidur bersama selingkuhannya.

Tersangka masih bersabar dan menyuruh sang suami pulang ke rumah. Suciati juga mengingatkan korban, karena sudah mempunyai anak istri dan harus bertanggung jawab terhadap rumah tangganya.

Korban memarahi tersangka dan menyuruh Suciati pulang ke rumah. Karena takut sang suami kembali melakukan KDRT di depan selingkuhannya, Suciati langsung pulang ke rumah.

 

2 dari 5 halaman

Percobaan Pembunuhan Pertama

"Karena takut, saya lari masuk ke rumah. Suami saya menyusul dan dia mengunci pintu rumah sambil marah-marah,” ujarnya saat diinterogasi di Polsek Seberang Ulu (SU) I Palembang, Jumat (9/3/2018).

"Dia berkata kasar dan langsung memukuli saya. Kepala saya juga dibenturkan ke dinding, sampai seluruh badan sakit," katanya.

Usai menganiaya sang istri, korban langsung masuk ke dalam kamar dan tidur. Di saat menahan rasa sakit, Suciati mendengar suara anak bungsunya memanggil-manggil namanya.

Perasaan tersangka pun langsung sedih bercampur bingung. Apalagi dia memikirkan bagaimana nasib anak-anaknya kelak, dengan perlakuan suaminya yang sering main tangan.

Terlebih saat melihat perselingkuhan sang suami, emosi tersangka langsung tak terkontrol. Suciati lalu mengambil senjata tajam (sajam) jenis badik ukuran 25cm.

Sajam kepunyaan suaminya diletakkan tepat di samping korban yang sedang tertidur. Suciati langsung menusukkan sajam tersebut ke perut korban.

"Dia terbangun, menarik rambut saya dan kembali memukuli saya. Saat itu dia sempat berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang datang," katanya.

Korban akhirnya keluar rumah dan mendobrak pintu hingga rusak, untuk meminta pertolongan dari warga sekitar.

Para warga dan keluarga korban langsung membawa korban ke Rumah Sakit Bari Palembang. Seperti tidak terjadi apa-apa, tersangka kembali melakukan aktivitas di rumah dan mengurus anak-anaknya.

 

3 dari 5 halaman

Bunuh Kedua Kalinya

Sekitar pukul 09.00 WIB, petugas Rumah Sakit (RS) mendatangi rumah Suciati. Mereka meminta agar keluarga korban datang ke RS dan mengurus Isnadi. Jika tidak ada yang mengurusi korban, pihak keluarga akan melaporkan kejadian ini ke polisi.

"Saya sempat berpikir, jika tidak meninggal, saya tetap akan dipenjara. Anak-anak saya akan lebih tersiksa. Apalagi selingkuhannya nanti akan berkuasa di rumah saya," ujarnya.

Sekitar pukul 13.30 WIB, Suciati langsung ke RS untuk melihat kondisi suaminya. Tersangka ternyata membawa sajam yang digunakannya untuk menusuk korban. Sajam tersebut disimpannya di pinggang belakang dan dibungkus dengan kertas.

Sesampai di RS, Suciati melihat suaminya terbaring lemah, dengan infus yang tertancap di tangannya. Suciati sempat sedih melihat kondisi suaminya, dia pun mengucap istighfar selama lima menit.

"Tapi keinginan untuk membunuh itu masih ada, karena saya takut. Jika dia masih hidup, saya dan anak-anak saya pasti tetap di siksa," ujarnya sembari menitikkan air mata.

Suciati pun akhirnya nekat menghunuskan pisau ke arah dada korban. Suaminya lalu terbangun dan berteriak kesakitan. Tubuh korban langsung terjatuh dari ranjang pasien. Tersangka yang berusaha kabur, berhasil ditangkap oleh petugas keamanan RS.

Isnadi tewas seketika dengan luka tusuk yang cukup dalam dan pendarahan yang banyak. Sedangkan tersangka langsung dibawa ke Polsek SU I Palembang.

 

 

4 dari 5 halaman

Lega Campur Sedih

Kendati harus dihadapkan dengan hukuman penjara, namun Suciati merasa lega telah membunuh suaminya.

"Lega rasanya dia sudah meninggal dunia, terlepas dari siksaan selama 22 tahun. Walau saya juga merasa sedih tidak bisa bertemu cinta pertama saya lagi," katanya.

Meskipun sudah tega membunuh suaminya, Suciati mengaku masih sayang dengan korban. Namun perlakuan korban, membuat perasaannya tertutupi dengan dendam dan sakit hati.

Selama menjalin biduk rumah tangga selama 22 tahun, tersangka selalu mendapatkan siksaan. Tersangka pun berulang kali meminta cerai, namun korban tetap mengancam akan membunuhnya dengan air keras.

Kisah asmara Suciati dan Isnadi bermula saat tersangka bertemu dengan korban di dekat rumahnya.

Tersangka pun luluh dengan sikap Isnadi yang sangat perhatian dengannya dan selalu memberinya uang. Setelah satu tahun menjalin kasih, mereka pun memutuskan menikah.

Baru tiga bulan berumah tangga, sifat asli korban terlihat. Isnadi sering marah dan memukuli istrinya.

Bahkan saat tersangka sedang hamil anak pertama, korban dengan tega menusukkan lilin panas ke tubuh korban.

Terlebih jika tersangka melakukan pekerjaan dengan tidak sigap, korban tega melempari istrinya dengan piring yang berisi nasi dan sambal.

 

5 dari 5 halaman

Sajam Sang Suami

Anak keduanya pun hampir dibunuh oleh korban, dengan mengacungkan sajam jenis parang dan mengejar-kejar anaknya. Korban juga tak segan menganiaya anak istrinya di depan keluarga dan tetangganya.

"Saya selalu sabar dan berdoa sehabis sholat, agar suami saya segera mendapat hidayah. Saya juga berdoa agar dikaruniai anak lagi, berharap suami saya bisa berubah,"ucapnya.

Namun hingga anaknya sudah empat orang, Isnadi masih tetap memperlakukannya dengan kasar. Anak-anaknya juga sering menjadi korban kemarahan sang suami.

Kapolsek SU I Palembang Kompol Mayestika Hidayat melalui Kanit Reskrim Ipda Alkap mengatakan, tersangka dan korban sempat bertengkar, saat Suciati mendapati suaminya tidur di rumah selingkuhannya.

“Korban sempat memukul dan mengancam tersangka menggunakan pisau yang sering dibawanya," katanya.

Pertengkaran itu mereda setelah korban meninggalkan tersangka dan membuat tersangka nekat membunuh suaminya,” katanya.

Percobaan pembunuhan pertama yang gagal, membuat tersangka kembali melakukan pembunuhan di RS Bari Palembang. Polsek SU I Palembang pun masih melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

Saksikan video pilihan berikut ini: