Liputan6.com, Cilacap - Pada mulanya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim hujan terjadi pada Februari 2018. Tetapi, hingga awal Maret, intensitas hujan masih sangat tinggi. Banjir dan longsor pun terjadi di mana-mana.
Rupanya, puncak musim hujan lebih panjang dari yang diperkirakan. Menjelang sore, nyaris tiap hari, turun hujan lebat berkepanjangan hingga malam.
Kamis menjelang sore, 8 Maret 2018, hujan super lebat turun merata di Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah. Di beberapa wilayah, hujan disertai dengan angin kencang.
Advertisement
Baca Juga
Di Kabupaten Cilacap, hujan lebat memicu meluapnya sungai Cidurian. Luapan sungai itu membanjir hingga jalan milik provinsi antara Cilacap-Tasikmalaya dan sempat menyebabkan kemacetan panjang. Soalnya, kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor tak berani melintas.
Tak hanya Sungai Cidurian, Sungai Cibeureum juga meluap. Ratusan rumah di empat desa di Kecamatan Sidareja pun terandam sejak pukul 22.00 WIB.
Rendaman dilaporkan terjadi di Desa Sidareja, Tegalsari, Sidamulya dan Gunungreja. Rendaman berkisar antara 50-70 centimeter di pekarangan dan 20 centimeter di dalam rumah.
"Di Desa Sidareja yang terendam Dusun Cibenon dan Cikalong," kata Kepala Desa Sidareja, Teguh Budi Suhartono, Jumat, 9 Maret 2018.
Tiga pengungsian untuk korban banjir pun disiapkan, yakni Balaidesa Sidareja, Markas Koramil Sidareja dan Kecamatan Sidareja. Terutama warga Cibenon yang rendamannya paling dalam.
Jembatan Putus di Banyumas
Hujan lebat yang terjadi di Banyumas, Jawa Tengah Kamis sore kemarin menyebabkan banjir di sejumlah wilayah. Selain itu, angin kencang yang menyertai hujan lebat juga menyebabkan pohon bertumbangan. Beberapa diantaranya, menimpa rumah dan fasilitas umum.
Di Kecamatan Wangon, Sungai Kleret maluap. Tingginya debit Sungai Kleret menyebabkan jembatan penghubung dua kecamatan ambruk lantaran tergerus derasnya banjir. Padahal, jembatan ini merupakan jalur penghubung utama antara beberapa desa di dua kecamatan.
Dua desa diantaranya adalah Desa Bantar Kecamatan Jatilawang dan Desa Klapagading Kecamatan Wangon. Jembatan ini juga merupakan akses utama warga desa menuju pasar dan rumah sakit.
"Ini untuk akses jalan menuju Wangon. Yang terpenting itu untuk menuju rumah sakit An Nikmah di Wangon, Pak," ucap Sumarno.
Warga harus berputar setidaknya tiga kilometer untuk menuju pasar dan rumah sakit. Begitu pula dengan warga beberapa desa lain kecamatan yang hendak bepergian. Pasalnya, jembatan ini juga merupakan jalan tembus ke Kecamatan Pekuncen.
"Itu harus memutar kalau menuju ke Wangon, ya sekitar tiga kilometer lah. Ini juga jalan lingkar dari, arah Kecamatan Jatilawang, Kedungwringin, Gunungwetan, Karanglewas, Pekuncen," jelasnya.
Advertisement
Bencana Angin Kencang dan Banjir di Sumpiuh dan Tambak
Untuk penanganan sementara, hari ini warga bersama TNI, Polri, dan relawan berusaha membuat jembatan darurat menggunakan bambu.
Setidaknya sepeda motor dapat melintas sehingga tidak menyebabkan jalur lingkar ke beberapa desa ini putus total. Perkiraannya jembatan darurat dibangun dua hari dan bisa digunakan akhir pekan ini.
"Dengan batang pohon kelapa dan bambu," kata Kondan TRC BPBD Banyumas, Kusworo.Â
Selain menyebabkan jembatan putus, luapan sungai Sungai Pleret juga menyebabkan puluhan hektar sawah terendam. Saat ini, petani tengah mempersiapkan lahan dan sudah menebar benih. Namun, belum diketahui berapa kerugian akibat rendaman banjir.
Hujan deras juga menyebabkan banjir rendaman di Kecamatan Tambak. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Ijo.
Komandan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Banyumas, Heriana Ady Chandra mengatakan angin kencang juga menyebabkan sejumlah rumah di Desa Kelurahan Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh rusak tertimpa pohon tumbang.
Antara lain, rumah milik Samijem dan Sanadi. Dua rumah itu rusak tertimpa pohon randu dan rambutan. Mereka pun rugi jutaan rupiah.