Liputan6.com, Denpasar - Riuh rendah suara turis mancanegara terdengar riang saat mereka asyik membantu puluhan pekerja yang tengah sibuk membuat gong dan gamelan Bali. Sesekali, mereka asyik bernyanyi menggunakan gamelan buatan warga.
Puas berada di sini, mereka lalu bermain di hamparan sawah dengan latar belakang Gunung Agung. Pemandangan tampak begitu asri. Namun, itu dulu, sekitar tiga hingga lima tahun yang lalu.
Kini, pemandangan itu tak bisa lagi ditemukan. Entah karena sebab apa turis-turis itu kini enggan singgah di Desa Tihingan yang terletak di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Advertisement
Desa Tihingan merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Klungkung. Mayoritas warga di sini adalah perajin gong dan alat-alat gamelan.
Baca Juga
Tokoh masyarakat Desa Tihingan, I Gede Suandiasa, bercerita, hingga beberapa tahun lalu turis dari berbagai negara masih banyak yang mengunjungi desanya. Mereka ingin melihat lebih dekat bagaimana kerajinan gong dan gamelan dibuat.
Tak jarang, beberapa di antara mereka meminta untuk diajari membuat atau sekadar memainkan alat musik yang digunakan untuk sarana upacara umat Hindu di Bali tersebut. "Tapi sekarang tak ada satu pun turis yang mampir ke sini. Biasanya ramai," kata Suandiasa kepada Liputan6.com, Jumat, 9 Maret 2018.
Ia mengaku tak tahu lenyapnya kehadiran turis di desa pembuat gong Bali itu. Padahal, kehadiran para turis amat membantu promosi sekaligus penjualan hasil karya para perajin itu.
"Secara langsung proses pembelian sih tidak. Tetapi kehadiran mereka cukup membantu promosi kami. Sebagai desa wisata, tentu kami berharap kunjungan wisatawan," katanya.
Â
Â
Desa Kuno di Bali
Mayoritas warga Desa Tihingan, ia melanjutkan, merupakan perajin gong dan alat-alat gamelan. Jika tak memiliki pabrik, mereka akan membuka usaha ini di rumah.
Warga yang tak punya modal, sudah barang tentu menjadi pekerjanya. "Mayoritas di sini perajin," tutur dia.
Ia berharap pemerintah dapat kembali menggeliatkan pariwisata di Desa Tihingan. Kepada calon gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster Suandiasa berharap daerah wisata di Desa TIhingan bisa kembali bergeliat.
Desa Tihingan merupakan keturunan dari orang-orang yang memiliki ilmu tinggi pada zaman dahulu. Konon, mereka merupakan orang-orang yang kebal terhadap senjata tajam.
Mereka yang diutus oleh Raja Klungkung untuk menjaga suatu tempat yang masih berupa alas tiying (hutan bambu). Saat perang berkecamuk, orang-orang Tihingan diutus untuk menjadi benteng pertahanan.
Upaya itu berhasil. Mereka kemudian menetap di alas tiying hingga kini. Itu sebabnya desa mereka dinamakan Desa Tihingan. Sebagai mata pencarian, mereka membuat gong yang dilakukan oleh keturunan mereka hingga saat ini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement