Liputan6.com, Sampit - Anggota DPRD Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Sutik, mengimbau kepada wisatawan susur Sungai Mentaya untuk berhati-hati dan waspada terhadap serangan buaya.
Pengelola maupun wisatawan susur Sungai Mentaya hendaknya tidak mengabaikan keselamatan.
"Sebab, saat ini, buaya yang ada di aliran Sungai Mentaya sering menyerang manusia," ucap Sutik di Sampit, Senin (12/3/2018), dilansir Antara.
Advertisement
Menurutnya, mengganasnya serangan buaya di aliran Sungai Mentaya diduga karena habitatnya mulai terganggu dan buaya juga mulai kesulitan mendapatkan makan. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan tidak mengabaikan keselamatan diharapkan para wisatawan bisa aman dan terhindar dari serangan buaya.
"Keamanan sangat penting, seperti mengenakan pelampung, tidak bermain air, dan tidak melakukan susur sungai pada senja hari," katanya.
Baca Juga
Sutik mengatakan, susur sungai dengan menggunakan kapal wisata milik pemerintah daerah lebih terjaga keamanannya. Namun, susur sungai dengan menggunakan perahu yang dikelola masyarakat tentunya harus waspada terhadap serangan buaya karena perahunya agak kecil.
Sutik berharap dengan adanya ancaman serangan buaya ini tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk berwisata susur sungai, asalkan selalu waspada dan tetap menjaga keselamatan.
"Kita ingin wisata susur Sungai Mentaya tetap jalan. Sebab, wisata susur sungai belakangan mulai diminati masyarakat," ujarnya.
Belum lama ini, Jumiati salah seorang warga Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur, menjadi korban serangan buaya saat mencuci pakaian di pinggir Sungai Mentaya.
Akibat serangan buaya itu korban selamat dan mengalami luka cakar serta gigitan buaya di bagian tangan kiri dan kanan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Lokasi Rawan Serangan Buaya
Sebelumnya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah mengingatkan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur saat beraktivitas di sungai untuk lebih waspada terhadap serangan buaya. Terlebih di lokasi-lokasi yang rawan serangan buaya. Seperti kejadian serangan buaya di Desa Ganepo.
"Itu sudah terjadi beberapa kali di kawasan itu. Kami mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai," ujar Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah, di Sampit, Sabtu, 10 Maret 2018, diwartakan Antara.
Serangan buaya kembali terjadi pada Kamis sore, 8 Maret 2018, di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau. Seorang perempuan bernama Jumi (49) diserang buaya saat mencuci pakaian. Untungnya korban lolos dari maut karena buaya tidak berhasil menariknya ke sungai setelah gigitannya terhalang kayu lanting.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka cakaran di lengan kiri dan luka gigitan buaya di lengan kanan. Korban masih trauma beraktivitas di sungai, apalagi buaya ganas itu kembali muncul di sekitar lokasi kejadian.
Pada Jumat siang, 9 Maret 2018, Muriansyah bersama tim meninjau lokasi kejadian dan bertemu korban untuk memberi bantuan biaya berobat. Mereka dibuat kaget karena buaya pemangsa itu kembali menampakkan diri di sekitar lokasi kejadian.
Melihat dari bentuk kepalanya, kata Muriansyah, buaya tersebut diidentifikasi merupakan jenis buaya muara yang memang memiliki sifat ganas. Panjang buaya diperkirakan empat meter. Saat didekati menggunakan perahu tradisional, buaya tersebut menghilang.
Ia pun berkoordinasi dengan Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah yang juga turun ke lokasi. Kebetulan lokasi kejadian tepat di seberang sungai dari Markas Komando Direktorat Polairud Polda Kalimantan Tengah di Desa Pelangsian, Kecamatan Mentawa Baru, Ketapang.
Â
Advertisement
Musim Kawin, Buaya Jadi Agresif
Hasil evaluasi BKSDA, imbuh Muriansyah, lokasi kejadian termasuk kawasan rawan serangan buaya. Masih terdapat banyaknya pepohonan dan semak di pinggir sungai menjadi pilihan buaya untuk bertahan.
"Lokasi serangan Jumat (9/3) lalu itu berdekatan yakni berjarak sekitar 500 meter dengan Sungai Remiling, anak Sungai Mentaya. Di sekitar muara Sungai Remiling pada 2015 dan 2016 lalu, terjadi empat kali serangan buaya terhadap warga," katanya.
Muriansyah mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai. Selain menghindari lokasi rawan, warga juga diminta menghindari beraktivitas di sungai pada senja hingga subuh karena rawan serangan buaya.
Buaya biasanya makin agresif saat musim kawin. Selain itu, buaya makin sering muncul di perairan permukiman penduduk dan menyerang warga, diduga karena kelaparan akibat sumber makanan di habitatnya makin sulit didapat.
Masyarakat memperkirakan habitat buaya Sungai Mentaya ada di Pulau Lepeh, yakni pulau kecil tidak berpenghuni di tengah Sungai Mentaya kawasan Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Warga sering melihat banyak buaya berjemur di pulau itu saat air surut.
Namun, karena sumber makanan makin sulit didapat, kini buaya mencari makanan hingga permukiman.
Selain mengincar ternak milik warga, buaya juga mengincar manusia. Sudah banyak korban meninggal akibat serangan buaya Sungai Mentaya, bahkan sebagian korban tidak ditemukan lagi jenazahnya.