Pekanbaru - Setelah dua kali insiden penerkaman warga Indragiri Hilir oleh harimau Sumatera, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menambah personel khusus terdiri dari tim medis dan bius. Penambahan personel ini untuk mengamankan dan merelokasi harimau Sumatera yang diduga dilakukan oleh harimau Bonita.
"Kami meningkatkan jumlah personel khusus untuk pembiusan agar dapat lebih tersebar di hamparan hutan dan kebun yang panjang jalur sampai 40 kilometer," kata Ketua tim penyelamat harimau Sumatera, Mulyo Hutomo kepada Riauonline.co.id di Pekanbaru, Senin, 12 Maret 2018.
Tindakan ini diambil setelah warga Indragiri Hilir mengancam akan membunuh harimau tersebut. Hutomo mengatakan saat ini BBKSDA masih berupaya melakukan mediasi kepada masyarakat usai raja rimba tersebut menerkam seorang warga bernama Yusri Efendi hingga meninggal.
Advertisement
Baca Juga
Hutomo mengatakan, apabila situasi telah berhasil dikendalikan, tim tersebut akan segera diberangkatkan ke Kecamatan Pelangiran, lokasi penerkaman harimau.
Sebenarnya, sesuai rencana ia menjelaskan tim tersebut akan diberangkatkan pada hari ini, Senin, 12 Maret 2018. Akan tetapi, dia belum dapat menyebut jumlahnya karena tim tersebut saat ini tengah disiapkan oleh BBKSDA Riau di Pekanbaru.
Hutomo menjelaskan penambahan jumlah personel khusus untuk upaya pembiusan harimau Sumatera itu telah disetujui dan merupakan instruksi langsung oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Â
Baca berita menarik lainnya dari Riauonline.co.id di sini.
Â
Harimau Serang Warga
Sebelumnya, Yusri Efendi, seorang buruh bangunan di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir meregang nyawa setelah diserang seekor harimau Sumatera pada Sabtu malam, 10 Maret 2018.
Kejadian tersebut berawal saat korban bersama tiga orang rekannya masing-masing Rusli (41) Indra (26) dan Syahran (41) sedang mengerjakan bangunan rumah walet. Korban dan warga merupakan pendatang asal Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.
Sempat dinyatakan hilang, korban Yusri berhasil ditemukan di atas tanaman kumpai (sejenis rumput yang terdapat di atas air) sekira pukul 19.00 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui korban meninggal dunia karena mengalami pendarahan akibat luka robek bekas gigitan harimau di tengkuknya.
Beberapa bulan sebelum insiden tewasnya Yusri, awal Januari 2018 lalu seorang warga bernama Jumiati juga meninggal dunia karena insiden yang sama, diserang harimau. Perempuan berusia 33 tahun itu meninggal saat sedang melakukan perawatan sawit di tempat ia bekerja, PT Tabung Haji Indo Plantantion (THIP).
Â
Advertisement
Proses Pengamanan Harimau
Sebenarnya, usai insiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari TNI, Polisi dan sejumlah pegiat satwa dilindungi.
Sejumlah perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.
Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, selama lebih kurang dua bulan pencarian, belum ada perkembangan berarti.
Di sekitar TKP, Hutomo mengatakan terpantau dua ekor harimau Sumatera. Keduanya berjenis kelamin betina, berusia sekitar empat tahun. Untuk mempermudah identifikasi, BBKSDA Riau memberi nama keduanya dengan nama Boni dan Bonita.
Dalam kejadian ini, Bonita diduga kuat pelaku penerkam warga. Pasalnya, Jumiati sebelumnya tewas ditangan Bonita. Bonita juga disebut mengalami perubahan perilaku pasca menerkam Jumiati. Diantaranya, tidak sungkan untuk bertemu dan mendekati manusia.
Sementara, harimau normal akan menghindar dan lari saat melihat kerumunan manusia.
Beberapa kali pula warga melihat Bonita berkeliaran di areal perkebunan sawit. Tidak sedikit gambar rekaman Bonita berkeliaran di perkebunan sawit direkam warga. Namun, untuk memastikan hal tersebut, Hutomo mengatakan pihaknya masih terus mendalaminya.
Â
Simak video pilihan berikut ini: