Liputan6.com, Cilacap - Masa tanam kedua (MT 2), bagi petani adalah masa yang berat. Beragam hama dan penyakit tanaman padi kerap menyerang. Dua dua hama terberat yang kerap dihadapi petani adalah wereng dan tikus.
Wereng cenderung mudah berkembang biak dalam kondisi kelembapan tinggi. Mereka pun telah berkembang biak pada MT 1, dan tak sempat terputus siklusnya lantaran langsung disusul dengan MT 2.
Serangan wereng stadium berat bisa menyebabkan penurunan hasil panen hingga 80 persen, bahkan gagal panen alias puso. Petani pun sungguh khawatir terjadi serangan yang bakal merugikan mereka.
Advertisement
Baca Juga
Begitu pula tikus, yang kerap menyerang saat padi memasuki tahap vegetatif atau tumbuh dan beranak, serta mencapai puncaknya pada masa generatif atau berbuah.
Tikus-tikus itu juga berkembang biak pesat pada masa tanam pertama. Jumlah anaknya antara empat hingga sembilan ekor, pada umur-umur produktif.
Sekali musim tanam, tikus bisa berkembang biak dua kali. Yang paling mudah ditandai adalah ketika padi memulai tahap generatif atau dalam bahasa lokal padi meteng, tikus pun menutup seluruh lubangnya sebagai tanda tengah beranak.
Untuk mengantisipasi serangan wereng, Dinas Pertanian dan Pertenakan (Dipertanak) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menganjurkan petani menanam varietas padi yang tidak resisten.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penanggulangan Serangan Wereng dan Tikus
Sebab, kelembapan pada masa tanam kedua juga lebih tinggi dibanding MT 1, sehingga berbagai hama dan penyakit lebih mudah menyerang. Hal itu dipengaruhi curah hujan yang lebih tinggi pada awal MT 2 ini.
"Dinamika dalam bercocok tanam itu, mungkin saja ada serangan wereng, sundep," ucap Kepala Dinas Pertanian Cilacap, Gunawan, Rabu, 14 Maret 2018.
Dia mencontohkan, dua varietas yang cukup resisten terhadap serangan wereng adalah Inpari 33 dan Inpari 43. Selain berumur pendek, dua tanaman ini relatif resisten serangan wereng dan sundep.
Tetapi, pilihan varietas pun rupanya tak cukup. Petani wajib hukumnya menanam dengan teknik Jajar Legowo.
Saking berbahayanya serangan wereng, petani diminta waspada sejak masa pembenihan. Benih yang telah terpapar serangan wereng tak akan berproduksi optimal.
Bahkan, ada kalanya, benih sudah membawa telur wereng yang akan berkembang biak pesat pada masa vegetatif dan mencapai puncaknya pada masa generatif.
"Dan tentunya juga, dengan menanam serentak," dia menambahkan.
Advertisement
Pengendalian Secara Terpadu
Jika sudah ada gejala serangan wereng, petani diminta secepatnya berkoordinasi dengan Penyuluh Petanian Lapangan (PPL) di masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pertanian yang tersebar di seluruh kabupaten.
Dengan demikian, serangan wereng dapat ditangani secara terpadu. Dinas pertanian juga sudah menyediakan pestisida untuk penanganan terpadu tersebut.
"Kalau ada gejala-gejala, koordinasikan dengan kita, sehingga bisa segera diatasi bareng-bareng. Dan itu sudah sistematis jalan, karena sistem sudah jalan," dia menerangkan.
Khusus hama tikus, petani dapat mengantisipasinya dengan melakukan gropyokan massal sebelum MT 2 dimulai, atau setidaknya pada masa penebaran benih.
Jika terlambat mengantisipasi, tikus dapat menyerang bahkan sejak masa pembenihan. Serangan lebih ganas pada masa vegetatif dan mencapai puncaknya pada masa generatif.
Adapun Cilacap adalah salah satu lumbung padi di Jawa Tengah. Di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah ini terdapat 65 ribu hektare sawah definitif. Sawah-sawah baru juga dibangun oleh masyarakat di lahan timbul segara anakan dengan jumlah ribuan hektare.