Sukses

Beredar Desas Desus Pemicu Aksi Harimau Bonita

Gara-gara desas desus yang menimpa harimau Bonita, polisi dan bupati sampai turun tangan untuk menenangkan warga.

Liputan6.com, Pekanbaru - Harimau Sumatera bernama Bonita sejak awal 2018 mencuri perhatian karena menerkam dua warga dalam waktu berbeda. Banyak pendapat muncul kenapa harimau betina ini mengamuk, termasuk soal habitat yang terganggu.

Terakhir, muncul desas-desus bahwa Bonita mengamuk karena anaknya ditangkap dan dibunuh beberapa warga di Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Anak Bonita disebut ditangkap beberapa buruh bangunan yang khawatir dengan kehadiran hewan belang itu. Jerat dipasang hingga anaknya tertangkap dan harus berpisah selama-selamanya dengan sang induk.

Gosip itu juga sudah didengar Kapolsek Pelangiran Ipda M Rafi. Dia pun diperintahkan atasannya, dalam hal ini Kapolres Indragiri Hilir, untuk mengumpulkan informasi tersebut.

"Jadi setelah dilakukan penyelidikan, kumpulkan informasi, kabar itu tidak benar. Sudah dicari tahu ke warga di sana, tidak ada," kata Rafi dikonfirmasi dari Pekanbaru, Rabu petang, 14 Maret 2018.

Rafi mengimbau masyarakat supaya tidak terpengaruh gosip tersebut. Dia meminta masyarakat fokus mengatasi konflik dengan harimau yang sudah 72 hari di dusun tersebut.

"Polisi juga turut serta bersosialisasi ke warga untuk mengurangi aktivitas, dan tak keluar sendiri," katanya.

Dia pun menyebut kasus harimau Bonita ini sudah dibahas sampai level pimpinan di kabupaten. Bupati, disebutnya, dalam perjalanan ke lokasi untuk menenangkan masyarakat.

Sementara itu, Kepala BBKSDA Riau Suharyono dikonfirmasi belum memberi jawaban pasti. "Masih dengan seluruh stakeholder di lapangan," jawab Haryono dalam pesan singkat.

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Pengamatan WWF

Terpisah, Humas World Wild Fund (WWF), Syamsidar, menyebut belum ada informasi di lapangan terkait anak Bonita ditangkap warga itu. Dia pun menyebut WWF belum mendapat data ada harimau beranak di lokasi tersebut.

"Terakhir, kami mengamati kawasan Kerumutan pada tahun 2006, belum ada terdata harimau punya anak atau melahirkan," kata Syamsidar.

Usai dari Kerumutan, WWF fokus mengamati habitat harimau di Rimbang Baling. Di sana, juga belum terdata apakah ada harimau berkembang biak.

Untuk di Dusun Danau, WWF masuk dalam tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Setiap hari, anggota WWF secara bergantian turun ke lokasi bersama tim.

"Lead-nya BKSDA, ada dokter juga. Penyerangan terakhir, saat itu sempat anggota kami di lapangan, malamnya pulang ke Pekanbaru," kata Syamsidar.

3 dari 3 halaman

Pengakuan Warga

Sebelumnya, seorang tokoh masyarakat di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Rusli, menyebut ada pengakuan dari beberapa warga pernah menangkap anak harimau, beberapa hari sebelum Bonita mengamuk.

Rusli mengaku satu kampung dengan Yusri Effendi yang menjadi korban kedua Bonita. Dia menyebut anak harimau ditangkap warga di dalam kebun sawit Dusun Danau.

"Bahkan, anak harimau itu dimakan. Itu pengakuan beberapa warga yang saya dengar," katanya.

Kabar itu juga viral di media sosial Facebook. Akun bernama Sahabat Kelapa Indonesia mengunggah tulisan kenapa Bonita marah, di mana di paragraf akhirnya disebut anak Bonita ditangkap dan dimakan beberapa warga.

Saksikan video pilihan berikut ini: