Liputan6.com, Banyumas - Sungai Serayu melintas di lima kabupaten wilayah Jawa Tengah. Ribuan orang menggantungkan hidupnya pada aliran sungai terbesar wilayah barat.
Ratusan tahun, Sungai Serayu mengairi ribuan hektar lahan pertanian. Nelayan-nelayan memancing dan menjaring ikan yang tak ada habisnya. Penambang tradisional menciduk pasir dari dasar sungai.
Advertisement
Baca Juga
Belakangan, penambangan pasir menggunakan mesin sedot dan alat berat marak. Komunitas pelestari sungai pun memrotes keras.
Penggunaan mesin sedot dan alat berat di Sungai Serayu dinilai mempercepat degradasi sungai. Apalagi, banyak yang dilakukan di kawasan terlarang.
Pemerintah daerah dan kepolisian pun tak tinggal diam. Mereka berkali-kali, sidak hingga menyita alat berat. Namun, para penambang liar tak juga jera.
Anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah, Edi Wahono menyoroti tak tegasnya pemerintah dan penegak hukum dalam menindak pelaku perusak Sungai Serayu. Menurutnya, penambangan di daerah terlarang harus ditindak tegas.
Penggunaan Mesin Sedot dan Alat Berat di Kawasan Terlarang
"Bahkan ada penggunaan alat berat untuk penambangan pasir dan batu,” ucapnya, Kamis, 22 Maret 2018, tepat di Hari Air Sedunia.
Pengelolaan Sungai Serayu harus berbasis konservasi, pendayagunaan sumber daya air, dan pencegahan daya rusak air.
Karenanya, pencegahan dan tindakan hukum yang tegas amat penting untuk mencegah penurunan daya guna Sungai Serayu.
“Diantaranya pelarangan penambangan disekitar Bendung Gerak Serayu, karena ini merupakan objek vital,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas pun menggelontorkan beragam program untuk “membujuk” agar ekonomi eksploitasi berubah menjadi pemanfaatan yang berbasis konservasi.
Advertisement
Konsep Wisata Air
Sektor pariwisata digenjot. Kawasan konservasi ikan (conservat) pun ditetapkan. Ribuan ikan endemik ditebar. Harapannya, tentu agar Sungai Serayu Lestari.
Kawasan Bendung Gerak Serayu yang bersandingan dengan Objek Wisata Kalibacin pun dikaji untuk untuk disulap menjadi kawasan objek wisata. Wacananya, perahu-perahu wisata akan melayanni para turis bertualang di sepanjang aliran Serayu.
"Harapannya, saudara-saudara kita yang selama ini bermata pencaharian sebagai penambang pasir, harapan kami ke depan, mereka bisa beralih menjadi perahu-perahu wisata,” ucap Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyumas, Saptono, dalam kesempatan berbeda.
Pemkab juga sedang mencari tanah untuk dibangunnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yang merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanaan. TPI ini bakal menjadi lokasi jual beli ikan hasil tangkapan dari Sungai Serayu, sekaligus wisata kuliner.
Eksploitasi Sungai Berubah Jadi Konservasi
Salah satu yang dilakukan untuk menggenjot pariwisata adalah Festival Sungai Serayu. Tujuannya memperkenalkan budaya wisata sungai yang sudah digagas Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk mengimbangi wisata pegunungan yang telah kondang, Lokawisata Baturraden.
Pariwisata diyakini bakal mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar bantaran sungai. Lewat industri pariwisata, masyarakat bisa memperoleh pendapatan alternatif.
Antara lain dengan bergerak di industri kreatif, perdagangan, transportasi air dan kuliner.
Wisata air itu akan mengubah pola hidup masyarakat di sepanjang aliran Sungai Serayu dari penambang pasir atau nelayan sungai, menjadi masyarakat pariwisata.
Pada akhirnya, eksploitasi akan berubah konsep menjadi pemanfaatan berazas konservasi, untuk kelestarian Sungai Serayu 1.000 tahun lagi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement