Medan - Perjuangan Sugeng Riyadi si penjual tapai patut diapresiasi. Dengan keterbatasan yang dimiliki, tak membuat Sugeng menjadi sosok yang hanya mengharapkan belas kasihan orang lain. Sejak lahir Sugeng tidak memiliki kedua tangan. Keterbatasan itu tidak membuat dirinya putus asa.
Suara terompet nyaring terdengar di antara sunyinya jalan di Komplek Kejaksaan Medan. Itu adalah suara terompet gerobak tapai Sugeng. Gerobak hasil modifikasi sepeda motor Yamaha Mio milik Sugeng yang menjadi andalannya untuk mengais rezeki berjualan tapai keliling.
Topi koboi yang tersemat di kepala jadi ciri khas lelaki 39 tahun itu. Setiap pagi Sugeng sudah berangkat dari rumahnya yang tak jauh dari Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik, Kecamatan Medan Tuntungan. Setelah dagangannya habis, barulah dia kembali pulang. Dengan cekatan dia mengendarai sepeda motornya.
Advertisement
Sugeng mengatakan, dirinya sudah berjualan tapai sejak tahun 2003. Usaha yang sudah dirintis oleh orangtuanya. Ibunya memang dikenal sebagai pembuat tapai handal. "Dulu jualannya pakai sepeda. Ada rezeki baru beli kereta (motor)," jelas Sugeng saat ditemui, Minggu, 25 Maret 2018.
Baca Juga
Meski tak memiliki kedua tangan, Sugeng cukup lihai berkeliling menjajakan dagangannya. Tidak ada kesulitan yang dirasakannya, meski dia harus berkegiatan tanpa tangan yang normal. Kebanyakan pekerjaannya hanya mengandalkan kaki. Bahkan, saat membantu ibunya mengupas ubi juga dilakukannya dengan kaki.
Selain mengupas ubi, Sugeng juga sangat lihat menggunakan kakinya selayaknya fungsi tangan orang normal.
Bahkan, dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Ia membiayai adik-adiknya sekolah dari hasil jualan tape yang per bungkusnya dijual seharga Rp 2 ribu.
Kegigihan Sugeng mencari rezeki pun membuat seorang janda terpikat. Ia pun mengakhiri masa lajangnya pada tahun 2016 lalu. Ia menikah setelah adik-adiknya selesai sekolah.
"Saya nikahnya setelah adik-adik sudah selesai sekolah. Sama keluarga belum dibolehin nikah karena adik masih ada yang sekolah. Jadi setelah mereka sudah selesai saya baru menikah," ujarnya.
Baca berita menarik lainnya di JawaPos.com di sini.
Â
Gigih Bekerja
Ia bertemu dengan istrinya melalui perjodohan. Ia dikenalkan dengan istrinya, Rumiani, yang merupakan janda anak satu dari seorang langganan yang biasa membeli tapai.
Alasan kuat sang istri Rumiani tertarik dengannya karena melihat kegigihan Sugeng bekerja. Kini Rumiani juga sudah mengandung. Usia janinnya tiga bulan. Kelak anaknya lahir, Sugeng ingin anaknya menjadi guru.
"Kalau bisa dia jadi guru. Jadi bisa mengajari anak-anak lainnya. Jangan seperti ayahnya yang cuma tamatan SD," katanya.
Di awal pernikahan, anaknya sering bertanya kepada Sugeng tentang kondisinya. Sugeng tidak bingung menjawab pertanyaan anaknya. Bahkan, sering kali dia melontarkan candaan kepada anaknya yang masih kecil.
"Kalau dia tanya ke mana tangan ayah, saya bilang belum tumbuh," ungkap Sugeng sambil tertawa.
Menyingkapi soal kondisi tubuhnya, Sugeng mengaku tetap semangat dalam menjalani kehidupannya. Motivasi hidupnya adalah berusaha. Dia juga sedikit memberi kritik kepada kaum difabel yang memilih pekerjaan mengemis.
"Banyak orang yang lemah karena memanfaatkan keterbatasannya. Jadi dia menganggap lemah. Padahal kalau da mau berusaha pasti biasa. Jadi enggak perlu meminta-minta. Keinginan itu yang sulit. Makanya kalau ada yang punya keinginan, mungkin dia mau, kalau yang enggak ada itu sulit. Dengan keterbatasan , jangan putus asa, jangan lemah," tegasnya.
"Rezeki ada di tangan Tuhan, jadi jangan takut," tandas Sugeng.
Advertisement