Sukses

171 Kasus Cacing Pita di Simalungun, 3 Kampus dari Jepang Ikut Turun Lapangan

Banyaknya temuan cacing pita di tubuh warga di Simalungun itu menjadikannya sebagai kasus endemi terbesar di dunia.

Liputan6.com, Medan - Sebanyak 171 kasus penyakit cacing pita (Taeniasis) terjadi di Kecamatan Silau Kahaen, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dalam setahun terakhir. Temuan itu menjadikan kasus endemi penyakit cacing pita terbesar di dunia.

Hal itu menggerakkan tiga kampus asal Jepang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) untuk membantu penelitian. Ketiganya adalah Department Of Parasitology Asahikawa Medical University, Laboratory of Veterinary Parasitology, Joint Faculty of Veterinary Medicine Yamaguchi University, dan Center of Human Evolution Modelling Research, Primata Research Institute, Kyoto University.

Ketua Tim Peneliti Cacing Pita Fakultas Kedokteran UISU Dr Umar Zein mengatakan, bersama peneliti dari ketiga universitas dari Jepang dan empat universitas asal Indonesia, yakni Universitas Udayana Bali, Universitas Brawijaya, Universitas Sari Mutiara Medan, dan Universitas Methodist Indonesia Medan telah selesai memeriksa empat sampel cacing pita, termasuk draf artikel ilmiah.

Artikel tersebut nantinya dikirim ke WHO guna melanjutkan proses penelitian atas penemuan endemi taeniasis di Kabupaten Simalungun. Sambil menunggu dukungan WHO, tim Fakultas Kedokteran UISU akan kembali turun ke lokasi pertama kali ditemukan cacing pita di Kecamatan Silau Kahaean.

"Dalam waktu dekat kita akan turun ke sana, untuk melihat perkembangan di sana," kata Dr Umar Zein di Medan, Senin, 26 Maret 2018.

Tim yang ikut serta seperti Prof Munehiro Okamoto dari Kyoto University, Prof Akira Ito dari Asahikawa University,  dan Prof Tetsuya Yanagida dari Yamaguchi University. Sedangkan dari Universitas Udayana Bali, Dr Kadek Swastika; Universitas Brawijaya Malang, Prof Teguh Wahyu Sarjono; Universitas Sari Mutiara Medan, Dr Toni Wandra; dan Universitas Methodist Indonesia Medan, Prof Hadyanto Lim.

 

 

2 dari 2 halaman

Cacing Pita Terpanjang

Sebelumnya, cacing pita sepanjang 2,8 meter ditemukan dari tubuh seorang warga di Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, pada Kamis, 21 September 2017 lalu. Penemuan ini merupakan yang terpanjang di dunia yang sebelumnya ditemukan cacing pita sepanjang 1,5 meter di tubuh manusia Bangladesh.

Penemuan itu disampaikan Dr Umar Zein dalam seminar proposal penelitian Survei Epidemiologi dan Observasi Kasus Taeniasis di Nagori Dolok, yang digelar di lantai 7 gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU) Jalan STM, Medan Johor, Kota Medan pada Kamis, 19 Oktober 2017.

Awalnya, seorang warga datang kepadanya untuk berobat karena keluhan di perut. Setelah diperiksa, orang tersebut didiagnosis  menderita taeniasis atau penyakit akibat parasit berupa cacing pita tergolong dalam genus taenia, yang dapat menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.

"Mengingat tiga tahun lalu juga ada kasus serupa dari daerah yang sama, saya membentuk tim untuk melakukan penelitian," ucap Dr Umar Zein.

Tim yang dibentuk lalu mengambil sampel 29 orang suspect taeniasis dan diberikan obat paraziquantel 1 tablet ukuran 600 Mg setiap orang. Setiap orang yang diberikan pencahar lalu buang air besar. Hasilnya, keluar proglotid yang keluar bersama tinja setelah pemberian obat Praziquantel.

"Setelah itu, strobila atau skolek yang keluar menandakan cacing sudah mati. Ada kita temukan satu cacing sepanjang 2,8 meter," kata Umar.

Saksikan video pilihan berikut ini: