Sukses

Kematian Misterius 9 Warga Sekitar Ruas Tol Batang-Semarang

Dalam beberapa bulan, sembilan warga meninggal tanpa sebab, bersamaan dengan dimulainya pembangunan ruas tol Batang-Semarang seksi 4-5. Menyeramkan?

Liputan6.com, Semarang - Pembangunan jalan tol Batang-Semarang belum juga selesai. Ternyata ada peristiwa misterius menyelimuti pengerjaan jalan itu. Dikabarkan selama pembangunan ada sembilan warga meninggal dunia di pembangunan ruas tol Batang-Semarang seksi 4-5. Berikut kisahnya.

Wajah-wajah cemas memancar di kalangan warga Bringin, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah. Salah satunya Suratinah, warga Bringin Kulon, RT 03, RW IV. Pada Rabu siang, 28 Maret 2018, ia menunaikan salat zuhur di Masjid Baitul Mustaghfirin. Ini adalah tempat ibadah yang harus digempur karena dilalui proyek Tol Batang-Semarang.

"Awal bulan lalu, Pak Zuhri meninggal saat salat asar di masjid ini," ucap Suratinah kepada Liputan6.com.

Zuhri adalah muazin dan bilal di masjid itu. Kematiannya dianggap misterius karena sebelumnya almarhum azan dan salat seperti biasa dalam kondisi sehat.

Menghela napas sebentar, bibir Suratinah tidak lagi bisa menahan untuk tidak bercerita tentang kematian-kematian misterius warga kampungnya. Selama kurun waktu Februari-Maret 2018, ada empat warga yang meninggal dunia, bersamaan dengan dimulainya pembangunan tol Batang- Semarang seksi 4 dan 5.

"Diawali 7 Februari lalu dengan kematian Pak Bandi, tidak berselang lama disusul kematian Pak Jupri dan terakhir anak saya, Nafi Yahya Rosyadi," kata Suratinah.

Kematian itu dianggap janggal dan misterius karena tak satu pun dari warga yang meninggal itu mengidap penyakit. Dicontohkan, Bandi meninggal usai mengantar anaknya sekolah.

"Kejadian aneh itu berlangsung sejak proyek pembangunan tol Batang-Semarang ini dimulai dan masuk kampung kami. Dari pertama dulu sudah sekitar 10 orang lebih yang meninggal. Memang aneh," ujar Suratinah.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Doa dan Sesaji

Tanda tanya di pikiran warga menular cepat bak virus ganas. Nyaris semua warga diteror rasa takut dan penasaran. Kegelisahan bertumpuk, dari gelisah karena bakal kehilangan masjid, hingga khawatir kehilangan tetangga, saudara, dan kerabat.

Mencoba menenangkan warga, Takmir masjid mengajak doa bersama untuk tolak bala. Dipilihlah hari Jumat Kliwon, 16 Maret 2018, untuk doa ini. Tujuannya jelas, meredam ketakutan dan membawa ke jalur agama.

"Ini salah satu upaya tokoh agama di sini agar kondisi masyarakat tetap tenang dan tetap mendekatkan diri kepada Allah," kata Takmir Masjid Baitul Mustaghfirin, Nur Qosim.

Dalam doa bersama itu, disiapkan pula aneka makanan kecil yang biasa disebut jajan pasar. Ada juga bubur merah dan putih, ada nasi urap, dan banyak lagi. Semua menyimbolkan harmonisasi semesta dan manusia.

"Memang sangat kami sayangkan, ketika awal pengerjaan tol ini tidak ada proses selamatan, tidak ada proses kula nuwun," kata Nur Qosim.

 

3 dari 3 halaman

Merusak Sungai Angker

Proses kulo nuwun yang dimaksud Qosim adalah upaya menjaga kerukunan, baik dengan warga maupun dengan alam. Perilaku pengelola proyek tol Batang-Semarang dianggap sembrono dan menjadi penyebab banyaknya kejadian misterius yang menimpa warga.

"Salah satu kali (sungai) sekarang dirusak karena proyek ini, kali Pepe. Kali itu termasuk angker karena sering ada penampakan ular yang besar dan unggas banyak banget terus tiba-tiba menghilang misterius," tutur Qosim.

Kejadian-kejadian misterius seputar pembangunan ruas tol batang-Semarang terus terjadi. Warga tiba-tiba meninggal tak wajar, banyak kecelakaan sampai mesin truk tidak bisa nyala dan tiba-tiba terjungkal.

"Saking angkernya, tak ada satu pun warga yang berani menjamah kawasan Kali Pepe. Sejak dulu menurut kepercayaan kami, tidak boleh dirusak. Karena keramat," kata Qosim.

Jalan tol Batang-Semarang merupakan bagian dari proyek tol Trans Jawa yang dibagi menjadi lima seksi, terdiri dari Seksi 1 Batang-Batang Timur (3,20 km), Seksi 2 Batang Timur-Weleri (36,35 km), Seksi 3 Weleri-Kendal (11,05 km), Seksi 4 Kendal-Kaliwungu (13,50 km), dan Seksi 5 Kaliwungu-Krapyak (10,10 km).

Saat ini pada seksi 4, dari 1.945 bidang tanah (141,842 hektare) yang harus dibebaskan, baru 1.600 bidang (126,67 hektare) yang sudah bebas, atau sebesar 89,3 persen dari total lahan. Sementara itu, di seksi 5 dari 2.698 bidang tanah 146,56 hektare), sebesar 89,96 persen atau 2.630 bidang tanah (131,85 hektare) sudah dibebaskan.