Sukses

Jalan Panjang Ratusan Korban Longsor Cilacap Dapatkan Tempat Tinggal

Dalam peristiwa longsor di Dusun Jatiluhur, Cilacap, pada 2017 lalu, ada 24 rumah yang roboh atau rusak total.

Liputan6.com, Cilacap - Azan subuh baru saja usai tatkala Tarsono (46) menghidupkan mesin sepeda motor bebeknya dari hunian sementara (huntara) korban longsor Dusun Jatiluhur, Desa Padangjaya di Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah.

Kanan dan kiri boncengan, tertata dua jeriken air dengan antang-antang besi. Satu jeriken lainnya diletakkan di bagian depan sepeda motor, diapit dua kakinya.

Tiap pagi dan sore, Tarsono, yang juga Kepala Dusun Jatiluhur, melakoni ritual harinya, mengambil atau mengangsu air. Kewajiban yang membuat lima dari 12 keluarga memilih keluar atau undur diri dari huntara.

Sebagian korban longsor Jatiluhur enggan tinggal di huntara yang telah dibangun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan swadaya masyarakat lantaran kesulitan akses air bersih. Mereka harus mengambil air ke sumber yang jaraknya sekitar 400 meter.

Dari 12 huntara yang dibangun, saat ini hanya tujuh yang dihuni oleh warga. Itu pun hanya enam keluarga yang menetap. Satu keluarga lainnya hanya di saat-saat tertentu saja tinggal di huntara. Akibatnya, lima huntara lainnya kosong.

Lima keluarga lainnya lebih memilih tinggal di rumah saudara atau menyewa rumah kosong yang ada di sekitar Dusun Jatiluhur dan tidak terdampak longsor.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

24 Rumah Rusak Total, 106 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Dalam peristiwa longsor Dusun Jatiluhur, Cilacap, pada 2017, ada 24 rumah yang roboh atau rusak total. Kebanyakan warga korban longsor memilih tinggal di rumah saudara. Ada pula yang mendirikan gubuk sendiri di daerah yang dianggap aman.

"Sebanyak 24 rumah, tetapi yang mutlak itu 18, yang roboh total. Cuma kalau yang retak-retak rusak berat itu ada 24 seluruhnya. Ada sekitar 106 jiwa kalau tidak salah,” Tarsono menuturkan, Senin, 26 Maret 2018.

BPBD, pemerintah desa dan warga Jatiluhur sempat membuat sumur di sekitar huntara. Akan tetapi, baru sekitar 2 meter, penggali sumur menyerah. Pasalnya, banyak batu yang keras dan tidak bisa tertembus mata bor.

"Lokasi lainnya sulit berdekatan dengan tempat pemakaman umum (TPU),” ucapnya.

Korban longsor tentu berharap agar rencana relokasi segera terealisasi. Pasalnya, huntara dengan kondisi serba terbatas amat menyulitkan warga.

3 dari 3 halaman

Kapan Relokasi untuk Korban Longsor Terlaksana?

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majenang, Edi Sapto Priyono, mengatakan relokasi korban longsor Jatiluhur tengah diproses. Dana pembelian lahan relokasi bakal dialokasikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Cilacap 2018 ini.

Selanjutnya, BPBD akan mengusulkan pematangan lahan dan pembangunan rumah permanen bagi korban longsor. Dari pengalaman sebelumnya, relokasi membutuhkan waktu yang panjang, antara tiga hingga lima tahun.

Dia mencontohkan, 123 jiwa korban longsor di Dusun Cijeunjing, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, sudah terdampak longsor sejak 2015 lalu. Pada 2017, tanah untuk relokasi sudah dibeli oleh pemerintah daerah.

Tetapi, hingga kini pembangunan rumah permanen untuk relokasi belum jelas kabarnya. Padahal, sebelum pembangunan, ada masa penataan lahan yang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar setahun.

"Kami inginnya cepat. Tapi ini yang Cibeunying saja belum. Padahal, pembebasan lahannya sudah. Tahun 2017 kemarin," kata Edi.

Diperkirakan, relokasi paling cepat baru bisa dilaksanakan pada 2019. Bahkan, menilik kondisi Cijeunjing, korban longsor Jatiluhur ada kemungkinan baru direlokasi penuh pada 2020.

"Semoga lebih cepat," dia berharap.