Sukses

Pagi yang Indah di Istana Tokek Pegunungan Menoreh

Ribuan tokek hidup di daerah gersang bernama watu tekek. Warga meyakini watu tekek itu menjadi istana tokek yang hidup di sana.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pagi mengiringi tekek atau tokek kembali ke sarangnya. Gundukan batu-batu di desa Madigondo, Sidoarjo, Samigaluh, Kulonprogo ini menjadi istana bagi ratusan atau bahkan ribuan tokek sehingga warga menyebutnya sebagai Watu Tekek.

Watu tekek atau Batu Tokek ini berada di kawasan perbukitan Menoreh dengan ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Warga sekitar akhirnya membuat lokasi ini menjadi wisata baru karena memiliki pemandangan yang bagus.

"Wisata Watu Tekek dari Kalibawang sejalur dengan wisata embung Mini Banjaroyo dan juga Puncak Suroloyo," kata Pengelola Watu Tekek Murni SP beberapa waktu lalu.

Saat pagi hari suasana di Watu Tekek sangat indah karena pengunjung dapat melihat matahari terbit dari puncak Batu Tokek ini. Begitu juga suasana pagi dengan udara yang masih bersih bisa didapat.

"Matahari terbit bisa, bisa kalo pas tidak ada mendung keliatan sunrise," katanya.

Tidak hanya matahari terbit pengunjung juga bisa melihat Gunung Merapi dari puncak Watu Tekek. Terlebih di tempat ribuan tokek ini juga ada gardu pandang yang bisa melihat jauh kota Yogyakarta.

"Menara pandang bisa lihat puncak Merapi. Juga Panorama Gunungkendil, Suroloyo dan Watu Bangkong. Di samping itu kalo malam Hari tampak Gemerlapnya Kota Jogjakarta dari sisi Timur Selatan. " katanya.

2 dari 3 halaman

Istana Tekek

Murni mengatakan Watu Tekek ini menjadi sarang bagi ratusan tokek di Madigondo. Biasanya tokek itu keluar di sore hingga malam hari.

"Di sana bisa dikatakan istana tekek disitu jadi habitat tekek apalagi tambah gazebo semakin banyak jumlahnya," katanya.

Walaupun belum ia menyebut jumlah tokek di watu tekek ini bisa mencapai ribuan. Hal ini dari pantauannya bersama warga sekitar.

"Berapa ya ratusan tapi sebenarnya kalo dihitung bener bisa sampai ribuan jumlahnya," katanya.

Menurutnya habitat tokek di watu tekek ini terjaga karena berada di bebatuan dengan ketiinggian tertentu. Sehingga banyak hewan serangga yang bisa menjadi bahan utama makanan tokek.

"Makanya habitatnya terjaga disini," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Wisata baru

Murni mengatakan potensi ini membuat warga sekitar berupaya membangun fasilaitas obyek wisata. Pembangunan ini dilakukan dengan gardu pandang, gazebo, toilet.

"Tempat yang gersang dan tandus ini, di musim penghujan sudah mulai hijau dan sedikit demi sedikit kita buat fasilitasi secara swadaya, baik jalan tangga menuju lokasi," katanya.

Murni mengatakan ke depan para pengelola ini merencanakan untuk tempat santai bagi pengunjung berupa ayunan, flying fox, dan jalur off road bagi motor tril dengan race sepanjang 2 km. Nantinya akan melewati tempat wisata Watu Jonggol yang memiliki pemandangan sangat bagus.

"Karena tempatnya ada di puncak, seakan di kelililingi jurang jurang yang dalam dari sungai sebelah Barat dan Timur. Sehingga View foto yang terjadi seperti diatas awan," katanya.

Ia mengaku obyek wisata ini baru dikembangkan selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2015 lalu. Tidak hanya spot wisata yang bisa dirasakan pengunjung tapi juga makanan khas Kulonprogo seperti kopi khas Menoreh dan geblek.

"Kopi sama geblek pakai kopi menoreh cuma.penyajian pakai glas dari bambu. Kalo pagi hari kan jadi gimana gitu rasanya," katanya.

Pengunjung juga bisa memesan menu berat untuk sarapan seperti makanan khas watu tekek. Sajian komplit kuliner ini bisa dinikmati dengan harga 200 ribu perpaketnya. "Satu paket untuk enam orang ada nasi jagung atau beras dan ayam utuh," katanya.

Â