Liputan6.com, Palembang - Pembunuhan sadis Tri Widiyantoro (43), sopir taksi online Palembang membawa luka mendalam bagi keluarganya, terutama anak-anaknya. Sebelum menghilang pada hari Kamis (15/3/2018) siang, ayah tiga anak ini biasanya menjemput anak keduanya,KH (11) di sekolahnya setiap hari.
Usai pulang dari proses belajar mengajar (PMB) di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Palembang, Tri Widiyantoro selalu menjemput KH pada pukul 12.00 WIB.
Advertisement
Baca Juga
Namun di hari kejadian, sopir taksi online Palembang ini tak kunjung menemui anak perempuannya ini. KH yang sudah lama menunggu, akhirnya menghubungi ibunya, Rohana.
Ibundanya akhirnya menjemput anak kedua dari tiga bersaudara ini sekitar pukul 13.30 WIB di depan sekolah Khairiah.
"Setiap hari sekolah, ayah selalu jemput adek (sapaan KH), tapi hari itu tidak datang-datang. Makanya telepon ibu," ucapnya kepada Liputan6.com, saat ditemui di Lantai 2 Sekretariat DIV Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang, Sabtu (31/3/2018).
KH pun tak menyangka kalau dia akan bertemu lagi dengan ayah tercintanya yang sudah meninggal dunia. Bahkan, tubuh sopir taksi online Palembang ini sudah tidak dikenali lagi, karena hanya tinggal kerangka tulang saja.
Â
Berdoa Setiap Hari
RS (13), anak pertama Tri Widiyantoro juga sering dijemput pulang sekolah setiap hari Senin. Siswa kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini merasa sangat kehilangan sosok ayahnya yang dikenal sangat baik.
"Waktu diberitahu kalau ayah menghilang, kami dirumah terus berdoa setiap hari dan membaca Surat Yaasin untuk keselamatan ayah," katanya.
Selama penantian pencarian Tri Widiyantoro, Rasiyah dan kedua adiknya sering sakit-sakitan. Ibunya juga terus menenangkan, jika anak-anaknya bertanya dimana keberadaan Tri Widiyantoro.
Sebelum berangkat ke RS Bhayangkara Palembang, RS hanya diberitahu ibunya untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. RS terus menggandeng KH dan MS, adik laki-laki satu-satunya yang masih berusia 2 Tahun.
"Saat diajak kesini, ibu belum memberitahukan apapun mau kemana. Cuma diajak pergi saja, bersama adik-adik," katanya.
Menurut Romawi, kakak Rohana, Tri Widiyantoro dikenal sebagai sosok kepala keluarga yang selalu bisa diandalkan. Alumni mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) Fakultas MIPA Biologi ini juga tidak suka keluar rumah, untuk sekedar berkumpul bersama teman-temannya.
Â
Advertisement
Bantuan Rekan Kerja
"Kalau dia telat pulang ke rumahnya, istrinya pasti selalu mencari dan bertanya ke keluarga. Apalagi kalau belum pulang hingga dini hari, Rohana langsung cemas. Dia tidak suka kumpul-kumpul," katanya.
Para ojek dan sopir taksi online Palembang lainnya turut membantu keluarga untuk mencari korban. Bahkan keluarga pun beberapa kali diberi bantuan dana oleh komunitas sopir taksi online.
"Kita berterima kasih kepada sopir taksi online Palembang, karena sudah bekerja keras membantu pencarian Tri Widiyantoro. Mereka tidak mau dibantu dana, malah mereka yang memberi. Silaturahmi ini harus tetap dijaga," katanya.
Edy Medan, Tim Satgas 1 komunitas sopir taksi online Palembang mengatakan, mereka sangat berterima kasih kepada Polda Sumsel, yang sudah mengungkap kasus ini.
“Semoga pelaku lainnya segera ditangkap, kita mengecam keras aksi kriminal yang menyebabkan salah satu rekan kami meninggal dunia," katanya.